Lambat asal selamat, sisi lain kepemimpinan SBY
sidang kabinet. rumgapress/abror rizki |
"SBY berusaha memecahkan masalah dengan tidak tergesa-gesa sehingga cenderung lambat. Harmoni dia berharap bisa menguntungkan semua pihak dalam mengambil keputusan."
- Nyoman Subanda
Presiden SBY merupakan pemimpin yang tergolong lamban dalam mengambil keputusan atas suatu persoalan. Namun sikap itu diambil demi mengakomodasi beragam kepentingan.
Hal itu terungkap dalam diskusi "Sisi Lain Kepemimpinan SBY" di Denpasar, Rabu (31/10). "Banyak yang bilang SBY lamban. Padahal, dalam mengambil keputusan SBY mempertimbangkan beragam kepentingan," ungkap Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Publikasi dan Dokumentasi A Bakir Ihsan yang menjadi pembicara dalam diskusi itu.
Bakir mencontohkan perselisihan KPK versus Polri dalam menangani penyidikan dugaan kasus korupsi simulator SIM. Sebenarnya SBY tidak mau mencampuri urusan dua lembaga negara itu agar bisa menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing dengan baik.
"Tetapi karena desakan agar Pak SBY membantu menyelesaikan konflik karena kemudian dua lembaga negara itu posisinya saling berhadapan seperti itu, Pak SBY turun tangan," ujar Bakir.
SBY, kata Bakir juga menginginkan lembaga negara bisa berdiri sejajar. Hanya saja, keinginan itu hingga kini terbentur oleh ego sektoral masing-masing lembaga yang begitu kuat. Sehingga, apa yang diharapkan bertolak belakang dengan realitas.
Namun demikian, Bakir menampik jika SBY gagal mengelola lembaga pemerintah. "Koordinasi antar lembaga merupakan agenda utama yang terus menjadi perhatian SBY," imbuh dia.
Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar Nyoman Subanda yang menjadi pembicara lain dalam diskusi itu juga menilai menilai Presiden SBY lebih banyak menonjolkan politik akomodasi dan harmonisasi.
"SBY berusaha memecahkan masalah dengan tidak tergesa-gesa sehingga cenderung lambat. Harmoni dia berharap bisa menguntungkan semua pihak dalam mengambil keputusan," kata Subanda.
Namun, lanjut dia, politik harmoni menjadi bumerang bagi SBY seperti tampak pada kabinetnya yang diisi orang-orang yang kurang kompeten. "Ujungnya yang dikorbankan adalah profesionalitas," pungkas Subanda.
Editor: Gurun Ismalia
Sumber :