Kota Tua Dapat Perhatian dari UNESCO
Bekas Stadhuis (Balai Kota) Batavia, kantor Gubernur Jenderal VOC. Bangunan ini sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta. (Foto: Wikipedia.org) |
Menurut Kabiro Kepala Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri (KDH dan KLN) DKI Jakarta Heru B Hartono mengatakan Unesco sangat antusias terhadap Kota Tua karena perhatian dari pemerintah yang kurang.
"Selama ini Kota Tua di Jakarta tidak seperti 10 tahun lalu, karena ada Dinas Kebudayaan yang memperhatikannya sangat intens," ujarnya di Balai Kota, Jl Merdeka Selatan, Rabu (20/3).
Padahal Kota Tua merupakan area bersejarah yang bagus apabila direvitalisasi. Heru mencontohkan stasiun Tanjung Priok yang infrastruktur bangunannya hanya dua di dunia, Eropa dan Indonesia.
Permasalahan utama kurang diperhatikannya Kota Tua karena bangunan disana sebagian besar adalah milik pribadi. Meskipun ada beberapa yang dimiliki BUMD, BUMN.
Dua tahun lalu sempat ada program untuk perbaikan Rel Kereta Api yang kini dimiliki PT KAI. "Perbaikan Kota Tua- Tanjung Priok dan Kota Tua - Manggarai harusnya bisa berjalan berkolaborasi," ujarnya.
Dari pemerintah Kota Jakarta Barat dan Jakarta Utara pun juga harusnya dapat bekerja sama. Padahal bangunan tua disana memiliki nilai sejarah yang bagus tetapi mereka kurang memahaminya.
Sedangkan program kongkrit perbaikan Kota Tua masih dalam bentuk proposal dari Unesco. Selanjutnya pengajuan usulan tersebut akan diberikan arahan terlebih dahulu dari Pemprov DKI.
"Kita akan berkolaborasi dengan Menteri BUMN, Menkokesra, dan Menteri Pariwisata," ujarnya. Waktu untuk perbaikan Kota Tua rencananya masih menunggu proposal yang harus dipelajari.
Pihaknya akan mempelajari selama dua minggu kemudian akan mengundang pihak terkait untuk mendapatkan arahan. Sebelumnya renovasi insiatif telah dilakukan di Kota Tua, salah satunya Toko Merah.
[rol/rat]