Jatuhnya Ikhwanul Muslimin Gambaran Kegagalan PKS
Ilustrasi PKS. (Foto : Dok DaVinaNews) |
Kesalahan (1) mendasar dari ideologi Ikhwanul Muslimin adalah keinginan Ikhwanul Muslimin menjadikan Negara Teokrasi - menjadikan Negara Islam. Langkah pertama Mursi dengan parlemen yang dikuasai oleh Ikhwanul Muslimin adalah menetapkan Islam sebagai agama resmi Negara Mesir. Penetapan agama resmi Negara ini memicu kekerasan terhadap etnik asli Afrika yang menjadi penduduk asli Mesir sebelum kedatangan Mesir Arab. Kekerasan keagamaan dengan target pengikut Kristen Koptik yang sudah ratusan tahun lebih dulu datang ke Mesir.
Kesalahan (2) adalah ketidakmampuan Ikhwanul Muslimin mengeksekusi dan menjalankan kekuasaan. Setelah menetapkan konstitusi, sesuai keyakinan segregatif Ihkwanul Muslimin, posisi kehakiman menjadi kunci kekuasaan - sebagai penerapan hukum Islam bahwa mahkamah alias kehakiman harus dikuasai oleh unsur penguasa Islam alias Ikhwanul Muslimin. Untuk itu Mursi memecat Ketua Mahkamah Agung Mesir dan menggantikan kedudukannya ke tangan kekuasaan Mursi, itu terjadi pada 22 November 2012. Rakyat Mesir terhenyak. Demo besar-besaran menuntut Dekrit Mursi yang memberikan kekuasaan dan kekebalan diri Mursi untuk semua keputusan Mursi di masa lalu dan masa yang akan datang. Dekrit ini dicabut oleh Mursi pada 12 Desember 2012.
Kesalahan (3) Mursi adalah konsentrasi konsolidasi kekuasaan ke semua pos kekuasaan strategis tanpa memikirkan golongan lain. Mursi lupa bahwa Mursi hanya didukung tak lebih dari 25% rakyat Mesir. Akibat dari penempatan posisi kekuasaan yang dijalankan oleh orang yang tak berpengalaman, ekonomi, politik dan kehidupan sosial di Mesir terjun bebas. Ekonomi Mesir yang ditopang oleh pariwisata dan perdagangan hancur di tangan para pengambil kebijakan baru yang ditempatkan oleh Mursi.
Di Indonesia, PKS sebagai murid ideologis Ikhwanul Muslimin tertegun. Selama PKS berkuasa - dengan jargon dan tujuan yang sama persis dengan Ikhwanul Muslimin - PKS memainkan seluruh kesempatan untuk kepentingangan kader dan pentolan elite partai. Sebagaimana Ikhwanul Muslimin, PKS pun menggunakan alasan keagamaan untuk mendapatkan kekuasaan.
Agama dijadikan alat untuk memengaruhi masyarakat untuk mendukung para elite untuk berkuasa. Konsep membentuk keyakinan agama sebagai keyakinan politik ala Ikhwanul Muslimin sangat membahayakan kehidupan bermasyarakat. Kenapa? Begitu berkuasa, PKS maupun IKhwanul Muslimin, akan memanfaatkan kekuasaan untuk konsolidasi kader untuk kekuasaan lebih besar - dengan menafikan golongan dan kelompok lain.
Apa yang terjadi di Mesir dengan Ikhwanul Muslimin dan PKS misalnya di DKI Jakarta ketika berkuasa menunjukkan hal itu. PKS ketika pada 2004 menguasai kursi di DKI pun hanya memanfaatkan posisi strategis untuk mendapatkan dana pemilu berikutnya - aspek kesejahteraan rakyat tak diurus. Akibatnya PKS kehilangan mayoritas kursi pada Pemilu 2009.
Kerakusan model Ikhwanul Muslimin - dengan korupsi yang marak di Mesir selama setahun ini - juga dipraktekkan oleh PKS dengan ketiga kementrian Kominfo, Kementan, dan Kemensos. Segala hal terkait penyaluran proyek, bantuan sosial diarahkan untuk mengembangkan kekuasaan dan kepentingan kader. Publik jangan hanya terkecoh dengan ‘daging sapi’ dan ‘benih kopi’, hampir semua benih dari mulai kopi, padi, dan tanaman buah lainnya sebagai program bantuan sosial dan pertanian, pengadaan bibit dan penyalurannya dikuasai oleh kartel PKS. Yang telah terbukti dan dipaparkan ke publik adalah pengadaan bibit kopi. Selain tentunya pengaturan kuota impor barang-barang dan produk pertanian dan peternakan. Seperti yang tertangkap tangan impor daging sapi.
Maka, bisa dipahami bahwa PKS diam seribu bahasa dengan kesedihan yang luar biasa karena junjungan dan kiblat politik PKS selama puluhan tahun - dengan anggota pengajian usroh yang bercita-cita menguasai Negara berdasarkan teokrasi Islam - Ikhwanul Muslimin rontok. Akibatnya, kader PKS dan masyarakat umum menjadi meragukan kampanye PKS yang selama ini dikumandangkan dengan contoh Ikhwanul Muslimin di Mesir. Ketika Mursi diturunkan paksa jelas PKS tak bisa membuktikan bahwa PKS pun tak akan mampu berbuat banyak dengan istibat kepada kegagalan Ikhwanul Muslimin. PKS kehilangan model untuk jualan programnya. PKS layu sebelum berkembang.
(Ninoy N Karundenga/ Kompasiana)