Gula Tambahan pada Makanan Kemasan Sebabkan Sindrom Metabolik
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr Prijo Sidipratomo mengimbau masyarakat untuk membiasakan pola makanan tradisional, dan bukan makanan modern dari pabrikan yang umumnya mengandung kadar gula tambahan berlebih.
Konsumsi gula tambahan berlebih yang banyak terkandung dalama makanan modern dari pabrikan (kemasan) akan berpengaruh terhadap penurunan pengeluaran energi yang disebabkan gaya hidup modern, sehingga membatasi aktivitas fisik.
Demikian yang dikemukakan oleh Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Prijo Sidipratomo, Selasa (28/2).
Akibatnya, lanjut dia, akan memicu meningkatnya sindrome metabolik dan penyakit lain seperti obesitas, hiperlipidemia, hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner dan stroke.
Tak hanya itu, asupan gula tambahan juga meningkatkan pertumbuhan penyakit kronis non infeksi (chronic non communicable disease) akibat perubahan diet dan gaya hidup yang dipicu oleh proses industrialisasi, perkembangan urbanisasi, serta globalisasi ekonomi dan pasar selama dekade terakhir.
Karena itu, IDI memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat untuk ikut mencegah penyakit tersebut akibat gula bertambah berlebih itu.
Upaya yang dilakukan IDI adalah melakukan kampanye edukasi kepada masyarakat tentang bahaya konsumsi gula tambahan berlebih.
Selain itu IDI juga mengajak masyarakat untuk lebih arif dalam memilih makanan yang sehat dengan memerhatikan zat-zat yang terkandung dalam makanan tersebut. “Dan mengajak pemerintah serta lembaga terkait lainnya untuk mencegah dan mengendalikannya,” kata Prijo.