Kepercayaan masyarakat terhadap parpol menurun
Jika pemilihan umum diadakan hari ini, semua partai mengalami penurunan dari pemilu 2009 karena pemilih secara umum kecewa terhadap semua partai politik dan cenderung bingung untuk memberikan dukungannya.
"Jika pemilihan umum diadakan hari ini, semua partai mengalami penurunan dari pemilu 2009 karena pemilih secara umum kecewa terhadap semua partai politik dan cenderung bingung untuk memberikan dukungannya," kata peneliti CSIS, Sunny Tanuwidjaja, ketika memaparkan hasil survei CSIS tentang politik nasional 2012 di Jakarta, Senin.
Sunny mengatakan dengan kondisi seperti itu, pemilihan legislatif berpotensi menjadi sangat kompetitif, bukan karena meningkatnya persaingan, tetapi karena tidak ada satu partai yang menonjol.
Survei CSIS itu mencatat Partai Demokrat menjadi partai yang mengalami penurunan dukungan publik terbesar dengan angka penururan 8,25 persen, sehingga hanya memperoleh dukungan 12,6 persen.
Sementara itu Partai Golkar diperkirakan memperoleh dukungan 10,5 persen, menurun 3,95 persen dari pemilu 2009 lalu, sedangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mendapat dukungan 7,8 persen, dengan tingkat penurunan sebesar 6,23 persen.
Menariknya, sebanyak 48,4 persen masyarakat tidak memiliki pilihan ketika ditanyai dukungan mereka terhadap partai politik.takan
"Jumlah golput (masyarakat yang tidak memilih) berpotensi meningkat melihat tren tiga pemilu lalu, apalagi dengan semakin rendahnya kepercayaan publik terhadap partai," kata Sunny.
Sunny mengatakan partai yang bergantung pada figur dan pemilih tradisional akan mengalami kesulitan merebut pangsa pemilih "undecided" tersebut, karena belum ada figur yang menonjol dan disukai masyarakat seperti pada pemilu lalu.
"Penilaian publik terhadap pemerintah yang dianggap stagnan ternyata berpengaruh terhadap dukungan Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu, tetapi sayangnya pihak oposisi juga dianggap tidak lebih baik, sehingga masyarakat cenderung bingung terhadap pilihannya," kata Sunny.
"Sebenarnya ada celah bagi partai baru untuk muncul, namun tantangan seperti eksklusifnya sistem pemilu dan ketidakpercayaan publik terhadap institusi partai politik harus diatasi," katanya.
(P012)
Sunny mengatakan dengan kondisi seperti itu, pemilihan legislatif berpotensi menjadi sangat kompetitif, bukan karena meningkatnya persaingan, tetapi karena tidak ada satu partai yang menonjol.
Survei CSIS itu mencatat Partai Demokrat menjadi partai yang mengalami penurunan dukungan publik terbesar dengan angka penururan 8,25 persen, sehingga hanya memperoleh dukungan 12,6 persen.
Sementara itu Partai Golkar diperkirakan memperoleh dukungan 10,5 persen, menurun 3,95 persen dari pemilu 2009 lalu, sedangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mendapat dukungan 7,8 persen, dengan tingkat penurunan sebesar 6,23 persen.
Menariknya, sebanyak 48,4 persen masyarakat tidak memiliki pilihan ketika ditanyai dukungan mereka terhadap partai politik.takan
"Jumlah golput (masyarakat yang tidak memilih) berpotensi meningkat melihat tren tiga pemilu lalu, apalagi dengan semakin rendahnya kepercayaan publik terhadap partai," kata Sunny.
Sunny mengatakan partai yang bergantung pada figur dan pemilih tradisional akan mengalami kesulitan merebut pangsa pemilih "undecided" tersebut, karena belum ada figur yang menonjol dan disukai masyarakat seperti pada pemilu lalu.
"Penilaian publik terhadap pemerintah yang dianggap stagnan ternyata berpengaruh terhadap dukungan Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu, tetapi sayangnya pihak oposisi juga dianggap tidak lebih baik, sehingga masyarakat cenderung bingung terhadap pilihannya," kata Sunny.
"Sebenarnya ada celah bagi partai baru untuk muncul, namun tantangan seperti eksklusifnya sistem pemilu dan ketidakpercayaan publik terhadap institusi partai politik harus diatasi," katanya.
(P012)
Editor: Ella Syafputri