Migrain Tingkatkan Risiko Depresi pada Perempuan
Hasil penelitian tersebut belum lama ini dirilis oleh peneliti dari Amerika Serikat. Ini merupakan penelitian pertama yang meneliti hubungan antara migrain dengan perkembangan depresi dari waktu ke waktu.
Dalam penelitian tersebut, peneliti mengklasifikasikan 36.154 perempuan tanpa depresi yang terdaftar dalam studi kesehatan perempuan dan telah memberikan informasi tentang migrain.
Peserta diklasifikasikan menjadi tiga kelompok : Penderita migren aktif dengan aura, penderita migrain aktif tanpa aura, pernah menderita migrain (tapi tidak dalam satu tahun terakhir) atau sama sekali tidak memiliki riwayat migrain. Mereka juga dimintai informasinya tentang diagnosa depresi.
Dari pengelompokkan tersebut terdata sebanyak 6.456 perempuan menderita migrain saat ini atau pernah menderita sebelumnya. Setelah sekitar 14 tahun ditindaklanjuti, ditemukan 3.971 di antaranya mengalami depresi.
Itu berarti perempuan dengan riwayat migren sekitar 40 persen lebih mungkin mengembangkan depresi daripada perempuan tanpa riwayat migren.
"Ini merupakan salah satu studi besar pertama yang meneliti hubungan antara migrain dan perkembangan depresi dari waktu ke waktu," kata Tobias Kurth, MD, ScD, dari Brigham and Women's Hospital Boston, Amerika Serikat.
Dia berharap temuan tersebut akan mendorong dokter untuk berbicara dengan pasiennya tentang risiko depresi tersebut dan menjelaskan bagaiman cara-cara pontesial untuk mencegahnya.
Penelitian yang baru saja dirilis ini akan dipresentasikan pada American Academy of Neurology Pertemuan Tahunan ke-64 di New Orleans 21 April - 28 April 2012.