Alex - Nono untuk Jakarta
Foto: google.co.id |
Rupanya Golkar ingin kembali “menguningkan” Jakarta yang dianggap sebagai barometer keberhasilan partai politik. Kembali, karena dulu Golkar pernah mendominasi Jakarta setelah peristiwa “kerusuhan” Banteng. Ketika PPP menang di wilayah Jakarta, ibukota RI, rezim pemerintahan ketika itu meradang, maka rezim Orba menyusun strategi bagaimana cara menaklukan Jakarta. Dan berhasil di pemilu tahun 1982. Dan kini Golkar ingin Jakarta kembali ke pangkuannya, maka Golkar menyodorkan Bung Alex, yang dianggap sebagai kader terbaik untuk menaklukan Jakarta. Tentu Bung tidak harus khawatir, Golkar mendukung “lahir” dan “batin”.
Bung Alex, Jakarta bukan Musi Banyuasain, Jakarta bukan juga Palembang. Wilayah Jakarta tidak seluas Sumatera Selatan, tetapi mempunyai kompleksitas paling tinggi dan ribet. Dari persoalan kemacetan di jalan, tingkat kriminalitas, tumpang tindih kewenangan hingga masalah pengangguran dan pengemis serta gelandangan. Ini merupakan “uji nyali” bagi Bung yang dianggap telah berpengalaman menjadi seorang bupati dan kemudian naik kelas menjadi seorang gubernur dalam era pemilihan langsung. Artinya Bung sudah memiliki kiat bagaimana cara memenangi pemilihan kepala daerah (pilkada). Saya pernah menyatakan bahwa Faisal Basri, cagub dari jalur independen, merupakan cagub yang “kurang gizi”, tetapi anda merupakan cagub dengan “gizi” melimpah. Secara “gizi”, anda telah mengungguli calon lain, kecuali Bang Foke. Jadi anda merupakan lawan yang seimbang bagi Bang Foke, gubernur vs gubernur, di kelas yang sama. Karena kalau melihat cagub lain, anda hanya berhadapan dengan walikota, dosen, purnawirawan, dan mantan ketua MPR.
Jadi kalau di ibaratkan dalam dunia ring tinju, anda dan Bang Foke masuk kelas berat, sedangkan lawan-lawan anda, ada yang dari kelas berat ringan (Hidayat Nur Wahid), ada yang dari kelas bantam (Jokowi) dan ada yang dari kelas bulu (Faisal Basri dan juga Hendarji). Tetapi pilkada bukanlah arena ring tinju, bisa saja anda maupun Bang Foke terkapar dikalahkan oleh kelas yang dibawahnya. Tentu saja ketika Golkar memilih anda, Golkar sudah menyeleksi kader-kader yang dianggap punya potensi dan telah melalui pertimbangan yang matang. Maka tidak mengherankan jika Golkar harus meng-eliminasi seorang Tantowi Yahya, yang telah menguras banyak duit dari kantongnya untuk sosialisasi demi maju sebagai cagub dari Golkar. Sungguh kasihan Tantowi, jika duitnya tidak kembali, tetapi itulah resiko hidup dalam dunia politik. Jika tidak kuat, banyak yang stress bahkan bunuh diri.
Alex di KPK titik lemah ? (tribunnews.com)
Bung Alex, nama anda sudah kadung tercemar, karena nama anda terseret kasus Wisma Atlitnya Nazarudin yang menghebohkan itu. Wisma Atlit dibangun di wilayah anda, ketika ada perhelatan Sea Games, sebagai seorang gubernur tidak mungkin anda tidak mengetahui proses pembangunan wisma yang menyedot duit puluhan bahkan ratusan milyar. Pertanyaannya apakah anda berani bersumpah bahwa anda tidak menerima satu rupiahpun dalam proses pembangunan Wisma Atlit sebagaimana yang ramai diberitakan. Terus terang kasus ini merupakan titik lemah bagi pencalonan anda. Dan hal ini tentu menjadi makanan empuk bagi lawan untuk menjatuhkan anda. Dan seperti anda tahu dalam sebuah kompetisi politik, mereka akan saling menjatuhkan dengan pemberitaan yang jelek walaupun itu baru dugaan bahkan fitnah.
Tetapi jangan khawatir, Golkar tentu saja sudah menyiapkan segalanya dan sebagai mesin politik Golkar telah siap apalagi petinggi Golkar ada yang memiliki dan ”menguasai” media. Kini semua terpulang kepada warga DKI, apakah masih mau dengan yang lama atau mencoba yang baru. Jika “kapal selem” Palembang sudah lama meng-invasi Jakarta, maka bukan tidak mungkin gubernurnya juga. Bung tahu kan yang dimaksud “kapal selem”, empek-empek Palembang.
Cuma yang menjadi ganjalan dalam pilkada nanti menurut saya adalah nama pasangan anda yakni Nono Sampono. Karena masalah perbekalan dan “amunisi” anda dan pasangan sudah lebih dari cukup untuk menghadapi medan juang Jakarta. Sudah kadung beredar nama pasangan cagub/cawagub dari Golkar yang didukung PPP dan PDS adalah “Alex-Nono”. Bukankah ini sebuah isyarat kegagalan anda untuk menaklukan Jakarta. Alex !!! No No Untuk Jakarta. Alex !!! Tidak dan Tidak Untuk Jakarta.
Penulis: Ismail Solichin
Biografi Cagub:
Nama : H Alex Noerdin
Tempat/tanggal lahir : Palembang, 9 September 1950
Orangtua : H. Moehamad Noerdin Pandji dan Hj Siti Fatimah
Istri : Hj Sri Eliza
Anak :
- H Dodi Reza Alex, Lic. Econ, MBA
- Deni Akendra Alex (meninggal tahun 2003)
- Hj Luri Elza Alex SH, LLM
Pendidikan :
- SD (Palembang, 1963)
- SMP (Palembang, 1966)
- SMA (Palembang, 1969)
- S1 dari Universitas Triksakti, 1980
- S1 dari Universitas Atmajaya, 1981
- International Training Course in Regional Development Planning, United Nations Centre for Regional Development, Nagoya, Jepang, 1985
- Post Graduate Diploma: Integrated Development Management Institute for Housing Studies, Roterdam, Netherlands, 1987-1988
- Program of the United Housing Urbanization, Harvard University, Cambridge, 1992
- International Training Course in Integrated Urban Policy United Nations Population Fund, Kobe, Jepang, 1996
Karier :
- 7 November 2008, Gubernur Sumatera Selatan
- 2001-2006 dan 2007-2012, Bupati Musi Banyuasin
- 14 Juni 2008, dalam periode kedua masa jabatannya, ia mengundurkan diri terkait dengan pencalonan dirinya sebagai Gubernur Sumatera Sumatera Selatan dalam Pilkada Sumatera Selatan periode 2008-2013.
Organisasi :
- Ketua Forum Komunikasi Daerah Penghasil Migas/FKDPM, 2006-2009
- Ketua DPC Pemuda Panca Marga Kodya Palembang, 1981
- Ketua DPD Pemuda Panca Marga Propinsi Sumatera Selatan, 1987
- Wakil Sekretaris Jenderal DPP Pemuda Panca Marga, 1991
- Wakil Sekretaris Jenderal DPP Patriot Panca Marga, 2002-sekarang
- Ketua DPD Patriot Panca Marga Propinsi Sumatera Selatan, 2007-2012
Organisasi Olahraga :
- Ketua DPD INKAI Sumatera Selatan, 1993-1995
- Wakil Ketua POSSI, 1997-sekarang
- Wakil Ketua PB PRSI, 2005-sekarang
- Ketua Bidang Dana PB PABSI, 2006-2011
- Ketua Umum Perbakin Sumatera Selatan, 2006-2010.
Organisasi Politik :
- Ketua DPD Partai Golkar Propinsi Sumatera Selatan, 2004-2009
- Juru Kampanye dan Pengajar Karakterdes Golkar Kodya Palembang, 1982
- Wakil Sekretaris DPD Golkar Kodya Palembang, 1988.
Biografi Cawagub:
Nama : Letnan Jenderal TNI (Marinir Purn) Nono Sampono
Tempat/tanggal lahir : Bangkalan, Madura, 1 Maret 1953
Istri : Norma Riana
Anak :
- Agustini Moerdiana
- Taufik Moerdianto
- Sheila Destaria Moerdianti
Cucu :
- Denaya.
Pendidikan :
- SD Xaverius, Ambon
- SMP Xaverius, Ambon
- SMA Xaverius, Ambon
- Fakultas Teknik Universitas Pattimura, Ambon
- 1972, masuk Akademi Angkatan Laut di Surabaya, lulus tahun 1976
- 1986, pendidikan spesialisasi Susstafpur TNI AD
- 1992, pendidikan OJT Antiteror Army Korsel dilanjutkan mengikuti pendidikan PASOC di Hawaii
- 1993, bergabung dengan Seskoal
- 1996, bergabung dengan Sesko TNI
- 2003, mendapatkan gelar sarjana perikanan dari Universitas Hang Tuah, Surabaya
- 2004, menjalani pendidikan militer kembali di Lemhanas
- 2007, meraih gelar Magister Kelautan dari Institut Pertanian Bogor (IPB)
Pengalaman karier :
- Komandan Pasukan Pengamanan Presiden pada masa Presiden KH Abdurrahman Wahid
- Gubernur Akademi Angkatan Laut
- Inspektur Jendral TNI AL
- Komandan Korps Marinir dan Komandan Jenderal Akademi TNI
- 2011, jabatan terakhirnya, Kepala Badan SAR