Harga Emas Turun Tajam
Emas kembali terkoreksi kemarin akibat penguatan dollar AS yang dipicu oleh membaiknya data penjualan ritel bulan Februari yang naik 1,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya naik 0,6 persen.
Bagusnya data penjualan ritel ini menambah keyakinan para pelaku pasar terhadap pemulihan ekonomi Amerika Serikat setelah data tenaga kerjanya Jumat lalu (9/3) juga mengalami kenaikan di atas ekspektasi para analis.
Di samping itu, pernyataan bank sentral AS setelah FOMC (Federal Open Market Committee) yang lebih optimis terhadap ekonomi AS juga memberikan keyakinan pemulihan ekonomi AS meningkat. Dengan demikian potensi dirilisnya program pelonggaran kuantitatif tahap 3 mengecil.
Faktor-faktor tersebut di atas mendorong penguatan nilai dollar AS dan menyebabkan harga komoditi tertekan. Dengan Fed yang tidak akan mengguyur dana baru ke pasar tentunya akan mengurangi potensi inflasi dan harga emas yang berkorelasi positif dengan inflasi dan berkorelasi negatif dengan dollar AS pasti akan tertekan jauh.
Dari grafik, kini terlihat harga emas bergerak di dekat support penting di US$ 1.650 per troy ons. Pagi ini terlihat upaya rebound ke area US$ 1.677 per troy ons.
"Penembusan support bisa membawa harga emas ke area US$ 1.600 per troy ons dalam waktu dekat. Level US$ 1.700 kini menjadi level tahanan atas atau resistennya," tutur Ariston Tjendra Head of Research and Analysis PT Monex Investindo Futures, dalam risetnya hari ini.
Sementara dari grafik mingguan, terlihat potensi tren kenaikan harga emas masih terjaga, meski kini mengalami koreksi yang cukup besar dan dalam tekanan.