Indonesia Laboratorium Tanaman Obat Terbesar Dunia
Indonesia merupakan salah satu laboratorium tanaman obat terbesar di dunia. Sekitar 80 persen herbal dunia tumbuh di negeri ini.
Indonesia sendiri, kata Paramasari Dirgahayu, dr PhD, memiliki sekitar 35 ribu jenis tumbuhan tingkat tinggi, 3.500 diantaranya dilaporkan sebagai tumbuhan obat.
"Nenek moyang kita memanfaatkan flora kekayaan alam itu dengan cerdas. Dikenal istilah jamu untuk menyebut ramuan dari tanaman obat," katanya pada pidato orasi ilmiah "Aktualisasi Kearifan Lokal Bidang Kesehatan Untuk Mewujudkan Pembangunan Melenium (MDGs), pada Dies Natalis ke -36 Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) di Kampusnya Kentingan, Solo, Senin (12/3).
Tak hanya itu, lanjut Paramasari, Indonesia disebut juga merupakan mega senter keanekaragaman hayati terbesar di dunia -- berupa tumbuhan tropis dan biota laut -- yang memiliki kurang lebih 30.000 jenis tumbuhan, dan sekitar 7.000 di antaranya berkhasiat obat.
Terdapat 45 macam obat penting yang beredar di Amerika Serikat (AS) berasal dari 14 species tumbuhan Indonesia. Termasuk, vinblastin dan vincristin (obat anti kanker) yang berasal dari tanaman tapak dara.
"Namun sangat disayangkan, bahwa potensi besar tersebut belum dimanfaatkan seoptimal mungkin, bahkan China, Korea dan Jepang lebih dikenal sebagai negara penghasil herbal terkemuka di dunia," katanya.
Ia mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa, herbal medicine Indonesia belum mendapatkan kepercayaan seutuhnya dari masyarakat Indonesia, terbukti Indonesia masih mengimpor herbal dari China, Korea dan Jepang.
Tren pengobatan kembali ke alam mencuat lantaran pengobatan berbasis herbal dapat memicu usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronis meningkat.
Selain itu, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu (seperti kanker), mahalnya harga obat, dan komplikasi yang ditimbulkan dari obat sintetik, serta meluasnya akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia membuat herbal semakin diminati masyarakat dunia.
Kenyataan ini, kata Paramasari, harus dilihat sebagai kesempatan dan peluang pengembangan khasiat tanaman obat Indonesia, yang tadinya merupakan obat tradisional, menjadi obat tersertifikasi.