Tuah Sabda Palon, Runtuhnya Majapahit Dan Masuknya Islam
Di akhir kejayaan Majapahit keberagaman suku, agama dan ras mendapat tempat di nusantara.
Masyarakat nusantara dan kebhinekaan adalah bagai ikan dan air. Sejak bumi nusantara dihuni manusia, sejak itu pula leluhur kita hidup dalam keberagaman. Maka menjadi aneh bila sekarang ada sebagian kelompok di masyarakat yang menginginkan satu warna dalam hal suku, agama ras dan golongan.
Untuk tidak jauh-jauh membangunkan memori keberagaman kita, mari kita simak bagaimana keberagaman hidup di zaman Majapahit hingga keruntuhannya. Novel Sabda Palon Seri II (Roh Nusantara dan Orang-orang Atas Angin) ini berkisah tentang kisah-kisah kehidupan di akhir masa kejayaan Majapahit.
Sabda Palon adalah dua punggawa raja terakhir Majapahit, Raden Brawijaya V. Dua punggawa kerajaan ini memilih untuk berbeda jalan dengan junjungannya. Raden Brawijaya memilih menjadi muallaf seiring menguatnya pengaruh Islam di pesisir Jawa yang dibawa oleh Walisongo.
Sementara Sabda Palon memilih tetap memeluk Agama Hindu – Budha (Syiwa Budha). Sabda Palon sempat bersumpah untuk kembali lagi dalam 500 tahun, di saat keserakahan, korupsi dan bencana hebat melanda nusantara. Sabda Palon akan mengembalikan ajaran budi dan kebajikan yang telah ditinggalkan.
Sabda Palon tak terima ketika pada tahun 1478 Majapahit digulingkan oleh tentara Demak dengan bantuan dari Walisongo yang menandai runtuhnya ajaran lama dan digantikan ajaran baru. Sabda Palon akan kembali untuk mengembalikan kejayaan nusantara yang sudah lama dikuasai oleh Eropa, China, Arab, Amerika dan negeri manca lainnya.
Islam masuk ke nusantara melalui proses yang pelan tapi pasti. Meluasnya Islam dimulai ketika wilayah Raja Vietnam Selatan yang dikenal dengan Champa memeluk Islam. Islam dibawa ke Champa oleh ulama Islam dari Samarqand (wilayah Rusia Selatan), Syekh Ibrahim As-Samarqand. Raja Champa memiliki dua putri: Dewi Candrawulan dan Dewi Anarawati. Syekh Ibrahim As-Samarqand dinikahkan dengan Dewi Candrawulan dan melahirkan dua orang anak: Sayyid Ali Murtadlo dan Sayyid Ali Rahmad atau yang lebih dikenal Bong Swie Hoo.
Champa adalah kerajaan besar tetangga Majapahit yang kala itu diperintah Prabu Brawijaya. Pendek cerita, Dewi Anarawati menikah dengan Prabu Prawijaya. Dalam kisah-kisah Majapahit, Dewi Anarawati meminta kepada Brawijaya untuk dibangun asrama pendidikan bagi China muslim yang terus bertambah jumlahnya di Jawa.
Maka dibangunlah asrama di Ampeldhenta (sekarang Surabaya). Dewi Anarawati pula yang meminta agar iparnya dari Champa, Syekh Ibrahim As-Samargqand dipekanankan sebagai pemuka agama di asrama tersebut.
Sejak itulah agama Islam menyebar di Jawa dari pendatang China Champa. Kecakapan berdagang kaum China membawa dampak kesenjangan orang kaya dan miskin. China muslim semakin makmur, sementara orang Jawa Hindu terbelakang secara ekonomi.
Dalam buku Sabda Palon Jilid II ini banyak dikisahkan bagaimana orang China muslim membaur dengan orang Jawa. Menurut penulisnya Damar Shashangka, saat diwawancari Beritasatu.commenyatakan pada abad 15 pembauran mulai dilakukan dan dipelopori oleh sosok Bong Swie Hoo alias Sunan Ampel. Pembauran itu berhasil. Tak ada lagi beda antara orang Jawa dan China. "Bahkan orang-orang China sudah wajar menduduki tempat penting di jajaran pemerintahan Jawa. Bahkan mayoritas orang China saat itu Muslim," kata Damar.
Kelak di kemudian hari, pembauran ini mulai terusik setelah peristiwa pembantaian orang China (Chinezenmoord) di Batavia oleh VOC pada 1740. VOC lantas menerapkan politik diskriminatif dengan menggolongkan orang China pada golongan sosial Timur Asing (Vreedem Oosterling) selain golongan Eropa (Europeanen) dan Pribumi (Inlander). Pembauran terusik sudah. Ditambah dengan datangnya imigran baru orang China ke Hindia Belanda yang kebanyakan beragama Kong Hu Cu, Buddha dan Tao.
Gelombang pendatang baru ini, walau sama-sama orang China, namun seolah terputus dengan orang China muslim yang semenjak abad 15 sudah berbaur di nusantara. Orang China Muslim rata-rata masih keturunan para pejabat Dinasti Ming atau setidaknya simpatisan Dinasti Ming. Namun imigran China baru pada abad 18 adalah simpatisan Dinasi Manchu.
Melalui buku Sabda Palon II ini, penulis hendak menyatakan bahwa sosok Bong Swie Hoo (Sunan Ampel) layak diangkat sebagai bapak pembauran China-Jawa. "Peran besar beliau ini yang kurang diketahui oleh kita semua. Dalam novel Sabda Palon II ini sengaja saya angkat kembali." kata Damar.
Novel Sabda Palon II adalah kelanjutan dari Novel Sabda Palon I (Kisah Nusantara Yang Disembunyikan). Dalam Sabda Palon I, penulis lebih banyak berkisah tentang sabab musabab runtuhnya Majapahit. Sabda Palon dan Naya Genggong, dua punakawan Brawijaya, melihat dengan mata batinnya bahwa trah Majapahit akan lumpuh. Selama lima ratus tahun awan hitam akan menaungi Nusantara seiring datangnya para pengusung keyakinan baru yang bakal mengakhiri kekuasaan Majapahit.
Kedua novel Sabda Palon ini merupakan rangkaian dari trilogi Sabda Palon yang disiapkan penulis. Ketiganya lebih tepat kita sebut fakta sejarah yang dinarasikan. Penulis mengakui hanya 10% yang bisa disebut fiktif. Novel tersebut sengaja dibuat dengan secara ketat menghindari pencampuradukkan kisah dan tokoh fiktif dengan kisah dan tokoh historis sebagaimana lazimnya novel-novel berlatar sejarah, yang banyak beredar selama ini.
Jika anda termasuk orang yang jenuh mempelajari sejarah berwajah akademis, maka Novel ini sangat tepat untuk Anda. Pembaca akan dibawa wisata imajinasi untuk mengenal nama-nama daerah di masa lalu yang sampai sekarang masih ada.
Sebut saja pusat kerajaan Majapahit di Trowulan (Mojokerto) dengan pelabuhan internasional Gresik, Ujung Galuh (sekarang Tanjung Perak) dan Kambang Putih (sekarang Tuban). Lalu Blambangan (sekarang Banyuwangi), Pengging (sekarang kecamatan di Kabupaten Boyolali), Wandan (sekarang Banda Neira, Maluku), Tarub (daerah di Purwodadi), Glagah Wangi (sekarang Demak) dan lainnya.
Narasi novel ini sangat mengagumkan pada tiap bagian. Pembaca diajak berkelana ke nusantara masa lampau. Kita yang hidup di abad 21 ini harus membaca sejarah abad 15. Jangan kaget kalau Anda terpaksa harus membaca ulang kisah pada bab sebelumnya untuk memahami kisah berikutnya.
Sabda Palon adalah perlambang untuk mengingatkan kita untuk kembali pada kebajikan dan budi luhur. Hanya dengan cara itu kejayaan individu akan didapat. Dan hanya dengan kejayaan individu maka akan melapangkan jalan kejayaan kembali nusantara.
Judul: Sabda Palon Seri II. Roh Nusantara dan Orang-orang Atas Angin
Penulis: Damar Shasangka
Penyunting: Salahuddien Gz
Pemindai Aksara: Webri Veliana
Penggambar Sampul: Yudi Irawan
ISBN: 978-979-17998-2-9
Harga: Rp 75.000,- (485 halaman bookpaper)
Penerbit: Dolphin
Penulis: Damar Shasangka
Penyunting: Salahuddien Gz
Pemindai Aksara: Webri Veliana
Penggambar Sampul: Yudi Irawan
ISBN: 978-979-17998-2-9
Harga: Rp 75.000,- (485 halaman bookpaper)
Penerbit: Dolphin