Ibu Negara pun Angkat Bicara Soal BBM
Kebijakan menaikkan harga BBM bukan untuk menyengsarakan rakyat.
Ibu Negara Ani Yudhoyono membahas tentang kenaikan harga BBM bersubsidi, kemarin, dalam pidato peringatan HUT ke-32 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Gedung SME Tower, Jakarta, hari ini.
Dia menegaskan, kebijakan menaikkan harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah bukan untuk menyengsarakan rakyat. "Sekali lagi, ini bukan untuk menyengsarakan rakyat. Tapi, untuk menyelamatkan ekonomi nasional dan APBN kita," ujarnya.
Ani yang berbicara di hadapan sekitar 1.000 peserta acara yang mayoritas kaum perempuan itu cukup fasih menjelaskan penyebab pemerintah harus menaikkan harga BBM.
Karena krisis politik di Timur Tengah, menurut dia, harga minyak mentah dunia terus melambung hingga berada pada kisaran 120 dolar Amerika Serikat (AS) per barel. Harga itu, lanjut dia, telah melampaui harga asumsi dalam APBN yang dipatok pada angka 90 dolar AS per barel.
"Bila harga minyak dunia terus merangkak naik, maka akan berdampak pada perekonomian kita, sehingga muncul pemikiran penyesuaian harga BBM agar ekonomi nasional kita selamat," tutur Ani.
Ani mengakui, menaikkan harga BBM bukanlah suatu kebijakan populis. Selama tujuh tahun mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin pemerintahan ia pun mengakui kebijakan menaikkan harga BBM adalah pilihan yang tidak mudah.
Namun, kata dia, keputusan tersebut tetap harus diambil demi penyehatan ekonomi jangka panjang.
Ani pun meminta dukungan masyarakat agar DPR menyetujui usulan pemerintah untuk memberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebesar Rp150 ribu per bulan selama sembilan bulan, beasiswa bagi masyarakat miskin, serta pemberian beras untuk rakyat miskin selama 14 bulan yang tadinya hanya untuk 12 bulan.
Sementara itu, rapat kabinet paripurna yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan pada pukul 14.00 WIB dilangsungkan di tengah-tengah unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM di depan Istana Merdeka.
Orasi para pengunjuk rasa melalui pengeras suara cukup nyaring terdengar hingga halaman tengah kompleks Istana Kepresidenan.
Kontras dengan para pengunjuk rasa yang menolak kenaikan harga BBM, di dalam istana kepresidenan juga berlangsung "kampanye tandingan" untuk mendukung kenaikan harga BBM.
Seorang staf yang bekerja untuk Staf Khusus Kepresidenan Bidang Komunikasi, Sardan Marbun, membagi-bagikan poster berukuran kertas A3 yang menjelaskan alasan pemerintah menaikkan harga BBM.
Poster tersebut bertuliskan "Harga Minyak Dunia Meroket" dengan sepasang gambar roket di kiri dan kanan. Di bawahnya, tertulis dua pilihan dengan kondisi harga minyak mentah dunia yang menembus angka 106,67 dolar AS per barel.
Pilihan pertama yaitu "Selamatkan Ekonomi Nasional tetapi harga BBM dinaikkan menjadi Rp6.000 dan mengurangi anggaran kementerian/lembaga sehingga beban APBN berkurang". Sedangkan pilihan kedua adalah "Ekonomi Nasional Tidak Diselamatkan Akhirnya Rakyat Semakin Sengsara." Di bawah tulisan tersebut terdapat foto Presiden Yudhoyono yang sedang membagikan paket bantuan kepada seorang perempun berkerudung. Di samping foto tersebut dipaparkan penjelasan tentang kompensasi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat miskin yang akan terkena dampak kenaikan BBM, yaitu program BLSM, penambahan raskin menjadi 14 bulan, insentif pengelolaan transportasi, beasiswa untuk siswa miskin, serta pasar murah rakyat.
Sedangkan di bagian bawah poster terdapat tulisan "Waspadai. Rakyat Miskin mau dibantu kok masih ada saja yang menentang?"
Sumber:Antara