Tujuh Sebab Belanja Subsidi Lebih Tinggi
Belanja subsidi pada Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2012 diperkirakan lebih tinggi Rp 64,3 triliun (30,8 persen) dari pagu Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 208,9 triliun.
Menurut Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Herry Purnomo di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa malam, tingginya belanja subsidi tersebut karena tujuh hal.
Pertama, subsidi bahan bakar minyak (BBM) naik Rp 13,8 triliun, karena kenaikan ICP dari US$ 90 per barrel menjadi US$ 105 per barrel dan kenaikan kurs dari Rp 8.800 menjadi Rp 9.000, termasuk subsidi LGV.
Kedua, subsidi listrik naik Rp 48,1 triliun, ini akibat keterlambatan penyelesaian COD PLTU, perubahan bauran energi (fuel mix), kenaikan harga batubara dan keterlambatan pengoperasian floating storage regasification unit (FSRU).
Ketiga, subsidi pangan naik Rp 5,3 triliun, yang dipakai untuk tambahan penyaluran raskin ke 13 dan 14 serta kenaikan HPP beras untuk petani.
Keempat, subsidi pupuk turun Rp 3 triliun dan subsidi benih turun Rp 0,2 triliun. Hal ini mempertimbangkan rendahnya realisasi tahun sebelumnya.
Kelima, PSO PT, PELNI naik Rp 0,1 triliun, sebagai antisipasi terhadap perubahan besaran subsidi. Keenam, subsidi kredit program naik Rp 0,1 triliun.
Ini merupakan penambahan usulan baru sarana dan fasilitas diversifikasi BBM ke bahan bakar gas (BBG), dan ketujuh, subsidi pajak naik Rp 0,1 triliun untuk peningkatan subsidi PPh atas bunga dan atas imbal hasil SBN internasional.