Bank Dunia: Ketahanan Pangan Dunia Terancam
Bank Dunia melalui laporan kuartal I 2012 Food Price Watch menyatakan bahwa harga pangan global yang naik delapan persen pada Maret 2012 dibanding Desember 2011 mengancam ketahanan pangan banyak warga di dunia.
"Setelah empat bulan terjadi penurunan harga secara berturut-turut, harga pangan (pada kuartal I 2012) meningkat kembali dan mengancam ketahanan pangan dari jutaan orang," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pengurangan Kemiskinan dan Manajemen Ekonomi, Otavio Canuto, dalam keterangan tertulis Bank Dunia yang diterima di Jakarta, hari ini.
Oleh karena itu, Otavio Canuto mengimbau agar permasalahan menjaga ketahanan pangan mesti menjadi prioritas untuk komunitas internasional dan dalam program yang dilakukan Bank Dunia di negara-negara berkembang.
Berdasarkan laporan Food Price Watch, harga dari semua bahan makanan pokok meningkat mulai Desember 2011 hingga Maret 2012, kecuali beras yang dinilai masih memiliki pasokan yang melimpah dan terjadinya kompetisi ketat di antara para eksportir.
Laporan tersebut menyebutkan kenaikan harga jagung naik 9 persen, minyak kacang kedelai 7 persen, gandum 6 persen, dan gula 5 persen.
Kenaikan harga pangan global yang mengancam ketahanan pangan itu diakibatkan antara lain oleh kenaikan harga minyak global, kondisi cuaca yang tidak menentu, dan kuatnya permintaan impor pangan dari negara-negara di kawasan Asia.
Sebelumnya, pengamat pertanian Khudori mengatakan bahwa ketahanan pangan nasional harus memperhatikan lima aspek yang harus diprioritaskan, yaitu lahan pertanian, riset bibit unggulan, infrastruktur, alokasi anggaran, dan kelembagaan.
"Lahan yang ada saat ini jumlahnya tidak besar sehingga Pemerintah harus menjaga misalnya agar sawah yang ada tidak terkonversi dan mencetak lahan-lahan baru," kata Khudori di Jakarta, Selasa (24/4).
Terkait dengan riset, Khudori yang juga menjadi peneliti di Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) mengatakan bahwa saat ini memang sangat membutuhkan banyak riset untuk menghasilkan varietas bibit unggulan yang lebih produktif, jangka panen yang lebih pendek, serta tahan terhadap berbagai kondisi stres hara dan air.
Aspek selanjutnya yang harus diperhatikan adalah infrastruktur, terutama dalam memperbaiki fasilitas irigasi yang tingkat kerusakannya telah mencapai sekitar 50 persen.
Selain itu, lanjut dia, perbaikan infrastruktur tersebut juga harus memperhatikan dan memperbaiki kondisi dari berbagai daerah aliran sungai (DAS) yang sebenarnya merupakan urat nadi dari pasokan air ke lahan-lahan pertanian.
Khudori juga mengemukakan aspek lainnya yang harus mendapat perhatian adalah mengenai pengalokasian anggaran di bidang pertanian yang memadai dan cukup sehingga benar-benar dapat mengoptimalkan pertanian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan.
Aspek terakhir, kata Khudori, adalah kelembagaan, yaitu harus adanya lembaga yang memberikan komando sehingga berbagai kebijakan di sektor pertanian dapat berjalan dengan dibantu lintas kementerian dan tidak hanya dikerjakan oleh kementerian teknis, yaitu Kementerian Pertanian.