Bila Usia Pasangan Terpaut Jauh
Banyak orang berpikir, bahwa membangun rumahtangga dengan perbedaan usia yang terpaut jauh akan menemui banyak hambatan, karena adanya perbedaan kondisi fisik dan psikis.
Meski demikian, psikolog, Henni Norita dari Lembaga Psikologi Hikari, mengatakan, perbedaan usia tersebut bukan berarti akan menimbulkan perbedaan pula dalam pemikiran.
Ini bisa terjadi, karena dalam psikologi, kata Henni, ada istilah cronological age (usia kalender pertumbuhan) yang menilai, bahwa perempuan cenderung memiliki kematangan pribadi lebih cepat daripada lelaki seusianya.
Bahkan secara psikologis, perempuan cenderung memiliki kedewasaan dua tahun lebih maju dari usia sebenarnya. Jadi, bila ditelisik dari aspek ini, lanjut dia, perkawinan beda usia yang terpaut jauh -- dimana usia istri jauh lebih muda daripada suami -- bukanlah sebuah penghalang, karena perempuan cenderung bisa mengimbangi pasangannnya.
“Apalagi bila landasan cintanya sangat kuat. Perbedaan seperti apapun bisa diatasi, karena pasangan yang berkomitmen kuat selalu mengedepankan persamaan, tanpa meributkan perbedaan,” imbuhnya kepada Beritasatu.com.
Begitu pula dengan urusan seks. Henni berpendapat, pasangan suami istri (pasutri) yang usianya terpaut sangat jauh, tak terlalu mengalami kendala yang berarti. Ini dikarenakan, kebanyakan lelaki meski usianya sudah lanjut, gairah seksnya tetap tinggi. Jadi, tetap bisa mengimbangi istrinya yang masih bersemangat dalam bercinta.
Komitmen dan Toleransi Tinggi
Tak hanya itu, lanjut Henni, saat memutuskan untuk memilih pasangan yang lebih tua, baik lelaki maupun perempuan tentunya telah menyadari dan memahami kemungkinan kendala yang akan dihadapinya kelak.
“Karenanya, komitmen sejak awal amat dibutuhkan. Begitu pula dengan kesetiaan, rasa saling memahami, percaya, toleransi, serta menerima kelemahan–kelemahan masing-masing juga harus selalu dijadikan pondasi untuk kelanggengan rumahtangga,” jelas Henni.
Semua itu tentu saja bisa terwujud, bila kedua belah pihak menjalin komunikasi yang terbuka dan berkualitas. Henni menilai, ini sangat diperlukan agar pemahaman dan pengertian terhadap pasangan dapat terjaga dengan baik dalam mengarungi kehidupan rumahtangga yang dinamis.
Apalagi perkawinan beda usia yang terpaut jauh, kata Henni, rentan mengalami masalah superioritas dari pasangan yang usianya lebih tua.
Ketika gejala ini timbul, masing-masing pihak harus segera berupaya untuk mendiskusikan segala hal dengan bijak, terbuka dan proaktif dalam menyikapi masalah yang ada.
Kendala lain yang juga biasanya terjadi dalam perkawinan beda usia jauh, kata Henni, adalah rasa sungkan. Perasaan ini harus dihilangkan, karena dapat memengaruhi kualitas keharmonisan hubungan suami-istri.
“Bagaimana mereka bisa mengekspresikan rasa cinta dan kasih sayangnya secara utuh kalau masih terganjal rasa sungkan. Padahal kemesraaan dan keromantisan yang diekpresikan oleh kedua belah pihak sangat dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan rumahtangga,” urainya panjang lebar.
Cari Persamaan, Meski Tahap Hidup Berbeda
Masalah lain yang juga kerap dialami oleh pasangan yang usianya terpaut jauh (15 – 30 tahun) adalah, masing-masing sedang menjalani tahap hidup yang berbeda.
Suami, kata Henni, bisa jadi sedang membuat rencana untuk pensiun, sementara istri sedang berencana meningkatkan karier.
Tak hanya itu, istri yang usianya masih muda juga pasti menginginkan anak dari hasil perkawinannya, sementara suami yang usianya jauh lebih tua, mungkin tak terlalu ngoyo lagi untuk memiliki anak. Artinya, bila memang dikarunai anak, sang suami akan bahagia, tapi kalaupun toh tak memiliki anak, tak dijadikan masalah.
“Nah, keinginan-keinginan seperti ini yang harus didiskusikan secara terbuka oleh mereka untuk menyamakan visi. Sehingga tak menjadi masalah di kemudian hari,” imbuh Henni.
Belum lagi masalah pilihan aktivitas atau minat yang berbeda, juga bisa menjadi masalah bila tak dikomunikasikan dengan baik. Sementara, lanjutnya, tidak semua orang bisa membiarkan pasangannya memiliki sisi kehidupan yang tak ia kenali kondisinya.
Pasangan seperti ini, kata Henni, harus menyiapkan banyak ruang untuk menikmati waktu bersama. “Kedua belah pihak harus mencari minat atau ketertarikan yang sama agar hubungan itu bisa bertumbuh," sambungnya.
Kebersamaan itu sangat penting dilakukan, karena suami yang usianya sudah lanjut akan bersemangat bila ditemani istrinya yang masih muda dan segar. Sementara si istri akan merasa lebih aman dan nyaman saat bersama suami yang bisa melindungi dan mengayominya.
Kebutuhan-kebutuhan semacam itu harus selalu dikomunikasikan secara terbuka agar masing-masing mengetahui apa yang diinginkan dari pasangannya. Yang jelas, kata Henni, pasangan beda usia jauh memang sangat membutuh komunikasi yang lebih intens, dibandingkan pasangan yang usia tidak terpaut jauh.
Hal ini tentu saja membutuh usaha keras, toleransi, dan pengertian yang tinggi dari kedua belah pihak.