Merubah Indonesia - Menjadi Rubah Indonesia?

Sabtu, April 14, 2012 0 Comments



Wisnu Cipto
Penting untuk ditekankan tulisan ini sama sekali bukan kampanye hitam menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta. Apalagi bertujuan mendiskreditkan salah satu calon pasangan yang maju dalam pesta demokrasi ibu kota negara kita Juli mendatang. Ini hanyalah studi kasus sebagai pembelajaran agar kita bisa menerapkan pamakaian bahasa Indonesia dengan lebih baik.

Awal bulan ini, ketika saya tengah melihat-lihat buku di toko buku salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan, ada satu buku yang menarik perhatian. Awalnya mata saya tertuju kepada nama pengarang buku itu, Basuki Tjahaja Purnama, atau akrab disapa Ahok, calon wakil gubernur pasangan Calon Gubernur Joko Widodo (Jokowi), yang diusung koalisi PDIP dan Gerindra menuju DKI 1 dan 2.

Untuk diketahui, Jokowi adalah wali kota Solo aktif, sosok yang banyak mendapat sorotan media sejak beberapa tahun belakangan ini. Mulai dari model kepemimpinannya yang karismatik, dengan menolak menerima gaji sebagai wali kota selama menjabat, hingga mempromosikan mobil Esemka – hasil karya siswa-siswa SMK di sana menjadi mobil nasional – dengan secara resmi dijadikan mobil dinas wali kota dan wakil wali kota Solo.

Sebaliknya, Ahok juga tidak kalah fenomenal. Dia pernah terpilih menjadi Bupati Belitung Timur yang berpenduduk mayoritas muslim fanatik pada 2005. Pada pemilu legislatif 2004, kawasan itu merupakan basis pendukung Partai Bulan Bintang (PBB) yang jelas-jelas mengusung asas Islam. Padahal, pria bernama asli Zhong Wan Xie itu sendiri adalah non-muslim.

Keberanian PDIP dan Gerindra mengusung kedua tokoh dengan latar belakang unik dan penuh keberagaman itu, membuat saya tertarik membolak-balik halaman buku itu. Sepintas tak ada yang aneh dalam buku setebal 127 halaman yang diterbitkan pada 2008 lalu. Namun, ketika hendak mengembalikan ke rak, ada sesuatu yang mengganggu mata saya. Di sampul buku itu, tertulis judul "Merubah Indonesia".

Jika dilihat sekilas, memang tidak terlihat ada yang salah dalam judul tersebut. Namun, jika ditelisik lebih jauh dalam kaidah bahasa Indonesia, penulisan judul buku yang dicetak penerbit PT Gramedia itu perlu sedikit dikoreksi. Kata "merubah" seharusnya ditulis "mengubah". Alasannya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), selaku acuan baku berbahasa Indonesia, tidak terdapat kata "merubah", yang ada "mengubah".

Jelas apa yang dimaksud dalam judul itu adalah membuat wajah Indonesia menjadi lain dari kondisi yang ada sekarang, atau membuat lebih baik. Apa yang dimaksud itu sesuai dengan arti "mengubah" dalam KBBI, yakni meng-u-bah v 1 menjadikan lain dari semula: timbul niatnya untuk mengubah kebiasaan yang buruk itu; 2 menukar bentuk (warna, rupa, dsb): operasi telah mengubah hidungnya yang pesek menjadi agak mancung; 3 mengatur kembali: mengubah susunan kalimat.

Jika merujuk kepada arti kata dasar kedua kata itu, semakin jelas perbedaannya. "Merubah" berasal dari kata dasar rubah, yang mendapat awalan me. Mengacu panduan KBBI, "rubah" berarti binatang jenis anjing, bermoncong panjang, makanannya daging, ikan, dsb; dengan nama latin Canis vulpes, atau dalam bahasa Inggris ditulis "fox".

Sedangkan, "mengubah" berasal dari kata dasar "ubah" yang mendapat awalan me. KBBI sendiri menjabarkan kata "ubah" mengandung sejumlah makna: 1 menjadi lain (berbeda) dari semula; 2 bertukar (beralih, berganti) menjadi sesuatu yang lain, 3 berganti (tentang arah).

Awalan me sendiri dalam bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti, antara lain:
1. Melakukan pekerjaan, misalnya menyapu, menulis, memotong, mengetik dan lain sebagainya.
2. Menjadi, misalnya memerah artinya menjadi merah; memutih artinya menjadi putih; dan lain sebagainya.
3. Membubuhi dengan, misalnya menyemir artinya membubuhi dengan semir; mengecat artinya membubuhi dengan cat; dan lain sebagainya.
4. Memakan atau mengisap, misalnya merokok artinya mengisap asap rokok; menyirih artinya memakan sirih; dan lain sebagainya.
5. Menempuh atau pergi ke, misalnya melaut artinya menuju ke laut; melangit artinya menuju ke langit; mendarat artinya menuju ke darat; dan lain sebagainya.
6. Mencari atau mengumpulkan, misalnya mendamar artinya mencari damar; merotan artinya mencari rotan; dan lain sebagainya.
7. Membentuk kalimat aktif, misalnya :
a. Anjing dipukuli Hasan, maka kalimat aktifnya Hasan memukul anjing
b. Ikan dimakan kucing, maka kalimat aktifnya Kucing memakan ikan.

Artinya, jika judul buku itu bersikukuh memakai kata "merubah", maknanya akan menjadi lucu mengacu pada kaidah berbahasa, dengan melihat awal me di depan kata "rubah", yang berarti menjadi rubah. Jika dikaitkan dengan judul "Merubah Indonesia", maka akan bermakna "menjadi rubah Indonesia".

Kekeliruan penulisan kata "ubah" memang kerap menjadi batu sandungan bagi kalangan penulis atau jurnalis yang setiap hari harus bergelut dengan ribuan kata, tapi bukan sesuatu yang bisa dibenarkan. Kesalahan lain yang jamak ditemukan adalah penulisan kata "dirubah", yang harusnya ditulis "diubah".

Namun, ketika sudah masuk ke ranah bahasa tulisan, kekhilafan itu tak bisa lagi ditolerir. Untuk kasus buku "Merubah Indonesia", tentu akan membuat kita semakin miris melihat kondisi pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar semakin dilupakan saat ini.

Sebagai buku yang diterbitkan perusahaan penerbitan besar harusnya sudah melalui berbagai macam proses penyaringan, sehingga kekeliruan yang dianggap remeh-temeh seperti itu bisa dihindari. Ataukah memang berbahasa Indonesia yang baik sudah tidak lagi dipedulikan, sehingga terjadi kekhilafan berjamah, mulai dari pengarang, penyunting, pengedit, hingga pihak penerbit.

Bisa jadi memang, kesalahan penulisan itu disengaja, dengan tujuan menarik perhatian mata calon pembeli. Jika benar, saya akui itu sebuah strategi pemasaran yang hebat dan tak pernah terpikirkan sebelumnya. Tapi, sekali lagi, saya hanya bisa menduga-duga dan biarlah itu dikembalikan kepada sang pengarang dan pihak penerbit.

Namun yang pasti harus diingat, berbahasa itu harus taat asas. Ibarat pertandingan sepak bola ada wasit yang menjadi hakim di lapangan, maka dalam berbahasa Indonesia itu hakim yang resmi ditunjuk adalah KBBI.

Taat asas KBBI adalah wajib hukumnya dalam pemakaian bahasa Indonesia. Karena itu, mari kita budayakan taat asas berbahasa Indonesia dalam keseharian berbahasa lisan maupun tulisan, sesuai aturan baku KBBI. Misalnya, dalam pemakaian kata "ubah", bukan "rubah".


Penulis: Wisnu Cipto

DAVINA NEWS

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.