Bentuk Apresiasi Terpenting dari Orangtua Kepada Anak
Adalah hal yang wajar bila orangtua mengharap anak-anaknya meraih prestasi tertinggi. Namun, di balik ekspektasi itu, anak juga berhak mendapatkan bentuk apresiasi dari orangtua atas usahanya.
Situs perkembangan anak Teach Kids How menjabarkan, apresiasi adalah sebuah bentuk penghargaan dari seberapa spesial, beruntung, unik, terberkati, besar, indah, hebatnya sesuatu hal.
Apresiasi tidak berdasar perbandingan, melainkan berdasar nilai yang terkandung, karakter, keluasan/kedalaman suatu hal. Meski anak juga tetap harus diajarkan mengenai kegagalan.
Mengenai bentuk apresiasi dari orangtua kepada anak Novita Tandry, Director Tumble Tots Indonesia kepada Beritasatu.com mengungkap, ada satu jenis apresiasi yang penting untuk anak dan akan berdampak hingga masa depannya.
"Saya dan beberapa pakar percaya, anak yang sering disentuh, akan sering menyentuh pula di saat dewasa. Ini adalah bentuk [apresiasi] paling sederhana," jelas Novita usai peresmian SGM Prestasi Center, Jakarta, Selasa (1/5).
Menurut Novita, anak yang banyak dipuji dan dipeluk saat kecil juga akan melakukan hal yang sama kala dewasa. Ketika ia mendapat apresiasi itu, empatinya akan lebih besar.
Dampak dari bentuk apresiasi ini akan terus berlangsung hingga si anak dewasa. "Anak yang tidak pernah disentuh/dipuji, akan jarang menyentuh/memuji pasangannya saat dewasa. Karena dia tidak bisa. Kita percaya, dengan sedikit apresiasi saja akan memengaruhi anak saat dewasa," kata Novita lagi.
Mulai dari kecil, menurut Novita, apresiasi sentuh itu bisa dilakukan dengan pijatan saat ia masih bayi, misalnya. Dengan memijat sambil mengoleskan minyak, bicara, bernyanyi, dan kontak mata saja sudah luar biasa. "Tidak harus memeluk berlebihan," tutur Novita.
Apresiasi, menurut perempuan yang mendalami psikologi pendidikan di University of New South Wales, Australia ini adalah hal yang juga akan memengaruhi kepercayaan diri hingga dewasa.
Dalam penilaian Novita yang sempat mengenyam pendidikan di beberapa negara ini, bila dibandingkan dengan negara-negara lain, masyarakat Indonesia, secara rata-rata, kurang punya kepercayaan diri.
"[Padahal] pujian atas usaha anak, tatapan bangga, pujian-pujian, dan lainnya akan membangun self confidence. Sementara masyarakat Indonesia secara rata-rata kekurangan hal ini. Contoh, banyak masyarakat Indonesia saat diminta untuk bicara di depan umum secara mendadak akan menolak dan menyuruh orang lain. Sementara untuk yang percaya diri tinggi, dia akan melihatnya sebagai hal yang positif, bahwa ia dihormati, dihargai, dan diapresiasi, karena itu ia dipilih," jelas Novita.
Ditambahkan konsultan program pendidikan anak usia dini SGM Prestasi Center ini, anak yang percaya diri akan melihat segala sesuatu dengan kacamata positif.
Sementara, dalam penilaian Novita, bila anak selalu didorong untuk sukses dalam bidang akademik, misal mementingkan ranking dan nilai 100 setiap saat, ia akan ketinggalan dalam bidang lain.
"Akademik bisa saja berkembang [bila didorong terus], padahal ada banyak aspek dalam manusia. Fisik, tahapan motorik, emosional. Percuma pintar akademik tapi tidak bisa menahan rasa marah, tidak punya attitude baik, tidak bisa bersosialisasi. Semua tahapan perkembangan anak harus dioptimalkan," jelas Novita.