Brutalisme Suporter Wujud Emosi yang Terpendam

Rabu, Mei 30, 2012 0 Comments



Ilustrasi suporter sepak bola Indonesia.
Ilustrasi suporter sepak bola Indonesia. (sumber: Antara)
Luapan emosi akibat frustasi terhadap kondisi sosial yang ada.

Meninggalnya tiga suporter dalam laga Persija dan Persib di Gelora Bung Karno, Minggu (27/5), mengundang keprihatinan banyak pihak.  

Itu pula yang dirasakan oleh Kastorius Sinaga, sosiolog dari Universitas Indonesia (UI). 

Ia menilai, kericuhan suporter yang berujung maut terjadi bukan semata-mata kecewa dengan hasil pertandingannya, tapi lebih karena ada momen yang tepat untuk melampiaskan emosi mereka yang selama ini dipendam.

“Orang yang dalam kehidupan sehari-harinya terbiasa dengan kekerasan akan mudah pula meluapkan emosinya dengan bentuk kekerasan. Nah, luapan emosi itulah yang dilakukan secara sadar oleh mereka dalam bungkus solidaritas yang semu,” jelas Kastorius yang dihubungi Beritasatu.com melalui telepon.

Sebenarnya, menurut dia, solidaritas atau fanatisme bisa disalurkan dengan cara-cara yang positif dan sportif melalui berbagai cara. Misalnya, penyaluran hobi atau melakukan kegiatan-kegiatan positif lainnya. 

Sayangnya, lanjut Kastorius, penyaluran secara positif tersebut tidak terjadi pada sebagian besar suporter Indonesia. Mengapa? Karena mereka banyak yang frustasi (sakit) dengan kondisi sosial yang ada. 

“Mereka mengalami kejenuhan sosial dan melampiaskannya dengan perilaku-perilaku berbahaya. Kebetulan saja momennya pas pertandingan sepak bola. Kalau ada momen lain yang dianggap bisa menjadi pemicu, pasti kericuhan serupa bisa terjadi,” imbuhnya.  

Kastorius berpendapat, ada banyak penyebab mengapa suporter bertindak sedemikian brutal. Mulai dari berbagai masalah sosial dan ekonomi yang dihadapinya sehingga memengaruhi psikologisnya. Pun tidak adanya panutan yang layak untuk diteladani ikut berkontribusi dalam membentuk perilaku mereka yang brutal. 

“Mereka butuh panutan dan celakanya kita sedang mengalami krisis panutan dalam berbagai hal seperti panutan nilai, tokoh dan panutan kelompok yang memiliki solidaritas positif,” sambungnya.

Fenomena ini, kata Kastorius, sebenarnya merupakan sinyal yang menunjukkan betapa kondisi psikologis masyarakat kita sangat mengkhawatirkan. Karenanya harus disikapi secara serius oleh pemerintah dan semua pihak, termasuk manajemen suporter dan klub. 

“Cara pandang mereka jangan hanya berhenti pada paradigma klub, komunitas atau kelompoknya, tapi juga harus berpikir secara menyeluruh demi kekompakan yang akan berimbas pada keutuhan bangsa ini,” tutupnya. 
 

DAVINA NEWS

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.