FBJ Merasa Dirugikan Kupon Palsu Sembako Gratis
Forum Bersama Jakarta (FBJ) merasa dirugikan oleh kampanye hitam (black campaign) kepada calon incumbet Fauzi Bowo, terkait kupon palsu sembako yang mengatasnamakannya. Pasalnya, dalam kupon tersebut tertulis nama organisasi FBJ sebagai salah satu pemberi sembako palsu tersebut.
"Kami merasa dirugikan dengan adanya penyebaran kupon sembako palsu tersebut. Karena pasti masyarakat menilai pembagian sembako tersebut dilakukan oleh FBJ, sehingga mereka menganggap FBJ harus bertanggung jawab. Kami sama sekali tidak mengagendakan hal itu dalam pemenangan pasangan Foke-Nara," kata Ketua FBJ, Irwan Setiawan, dalam jumpa pers di Media Center Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Jalan Diponegoro No. 61, Jakarta, Selasa (8/5).
Menurutnya, kejadian ini dilakukan oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab dan menginginkan Jakarta tidak aman. Dan dikhawatirkan kampanye gelap tersebut juga membuat masyarakat terpengaruh. Masyarakat bisa menganggap buruk kepada pihak Foke-Nara. "Kita menginginkan kompetisi Pilkada DKI Jakarta ini berlangsung secara fair. Bukan dengan cara tidak sehat dan menjatuhkan ini," kata Irwan.
Sekretaris Tim Sukses Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, Budi Siswanto, menambahkan atas kejadian ini pihaknya telah melaporkan ke Polsek Menteng, Jakarta Pusat. "Laporan itu telah diteruskan ke Polda Metro Jaya," sebut Budi.
Belajar dari pengalaman ini, Budi menegaskan setiap produk alat kampanye dari pasangan Fauzi-Nara disertai tanda keaslian khusus. Tanda keaslian itu hanya diketahui oleh beberapa orang khusus di Tim Sukses dan tidak mudah ditiru pihak lain.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Universitas Nasional (Unas), Alfan Alfian, mengangggap black campaign sebagai suatu fenomena biasa yang selalu terjadi dalam Pemilukada maupun Pilpres. Cara seperti ini tidak mencerdaskan masyarakat Jakarta dalam berpolitik.
"Cara seperti ini tidak laku lagi bagi masyarakat Jakarta. Karena rakyat Jakarta tidak mudah terpengaruh dengan cara tersebut. Sebab, masyarakat ibukota sudah cerdas dalam berdemokrasi dan berpolitik," kata Alfan.
Kampanye hitam, sambung Alfan berbeda dengan kampanye negatif. Kampanye hitam dilakukan oleh pihak luar dan tidak bertanggungjawab dengan menjatuhkan sasarannya dan menguntungkan pelakunya. Cara itu bisa jadi bumerang, karena masyarakat akan bersimpati terhadap korban kampanye hitam tersebut.
Sedangkan kampanye negatif adalah berkampanye yang dilakukan secara terang-terangan oleh pihak lain untuk mengkoreksi lawannya. Sifat dari negatif campaign ini lebih untuk meningkatkan legitimasi pada calon dan saling membangun.
Budi mengharapkan, para pelaku politik di Indonesia, khususnya di Jakarta, bertindak dan berpikir lebih cerdas lagi dalam mengedepankan calon yang diusungnya. "Lakukan langkah yang cerdas dong. Bukannya menjatuhkan dengan cara yang tidak fair," kata Budi.