JRF Resmi Mengakhiri Mandat
JRF telah memberikan komitmen lebih dari US$90 juta.
Sebuah fasilitas hibah multidonor yang dikenal dengan sebutan Java Reconstruction Fund atau JRF akan segera mengakhiri mandat mereka. Fasilitas ini semula didirikan atas permintaan pemerintah untuk mendukung rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa bumi dan tsunami yang melanda Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kabupaten Ciamis pada tahun 2006.
Bekerjasama dengan pemerintah Republik Indonesia, Uni Eropa, pemerintah Belanda, Inggris, Kanada, Denmark, Finlandia serta Asian Development Bank, JRF telah memberikan komitmen lebih dari US$90 juta untuk membantu pembangunan kembali daerah yang terkena gempa dan tsunami serta erupsi gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Sampai dengan hari ini, kemitraan antara pemerintah Indonesia dan masyarakat di Jawa dengan para lembaga donor yang terkumpul di JRF telah berlangsung selama enam tahun lamanya. Dan tepat pada hari ini, Komite Pengarah selaku badan keputusan JRF yang diwakili oleh Stefan G. Koeberle selaku Country Director World Bank dan Erik Habers selaku Kepala Operasional Delegasi Uni Eropa serta Max Pohan selaku Deputi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional baru saja selesai melakukan pertemuan terakhir mereka di Hotel Hyatt Regency, Yogyakarta.
“Banyak prestasi yang telah dicapai oleh masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah selama enam tahun sejak dibentuknya JRF. Mereka mampu membantu diri mereka sendiri dalam melakukan penataan ulang infrastruktur yang terkena bencana. Hasilnya sangat luar biasa, air, listrik, perumahan, jalan raya, jembatan, shelter dengan waktu yang relative cepat berhasil dibangun,” ucap Stefan G. Koeberle.
Apa yang telah masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah lakukan dalam proses pembangunan kembali daerah mereka yang terkena bencana alam memang mengundang decak kagum dari para penyandang dana, bahkan negara-negara lain di dunia yang pernah mengalami bencana serupa.
“Masyarakat tidak hanya bangkit kembali, namun juga telah berkurang kerentanannya terhadap bencana. Uang yang diberikan dikelola dengan sangat baik dan transparan sehingga bias habis secara efektif. Hal ini dapat menjadi contoh bagi Negara-negara lain. Haiti, Laos, dan Pakistan datang juga kesini untuk mempelajari. Kami sangat bangga terhadap Indonesia. Negara ini sudah berkembang dan tumbuh,” kata Stefan.
Kemajuan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah lewat pendekatan berbasis komunitas yang diberi nama REKOMPAK (Rehabilitasi Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas) adalah salah satu kunci keberhasilan pembangunan ulang daerah yang terkena bencana alam. Lewat pendekatan ini, pemerintah menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama yang dipercaya mampu mengambil keputusan penting menyangkut hidup mereka dan mampu menyelenggarakan pemulihan permukiman mereka dengan pendampingan yang tepat. “Harapannya, untuk kedepan nanti sistem ini bisa direplikasi dan didukung penuh oleh pemerintah,” tutur Max Pohan.
Bermitra dengan Kementrian Pekerjaan Umum, Deutsche Gesselschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ), dan International Organization for Migration (IOM) sebagai lembaga pelaksana proyek, JRF bukan hanya berhasil membangun kembali infrastruktur, tapi juga ekonomi dan mata pencaharian penduduk yang telah dihancurkan oleh berbagai bencana.
Beberapa pencapaian penting JRF antara lain sukses membangun lebih dari 15.000 rumah di 270 desa serta hampir 5.000 proyek infrastruktur masyarakat. Selain itu JRF juga menyediakan lebih dari 7.000 hunian sementara untuk segera memenuhi kebutuhan pascabencana. Keterampilan bisnis dan teknis lebih dari 6.200 usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) telah meningkat . Bantuan juga disediakan bagi lebih dari 10.000 UMKM dan lebih dari 3.000 UMKM yang telah dibantu penggantian asetnya.
Pendekatan pemulihan ekonomi yang dilakukan JRF juga menitikberatkan pada pembangunan masyarakat yang tangguh untuk menghadapi bencana melalui kegiatan pelatihan dan pembangunan kapasitas Pengurangan Risiko Bencana. Model ini telah memberikan panduan yang bermanfaat dalam menghadapi situasi pascabencana di masa depan.
“Orang cenderung lupa atas kejadian yang pernah terjadi dan tidak bersikap waspada akan bahaya yang menanti di masa depan. Untuk itu, pencerahan dan sosialisasi serta pemberian keterampilan penting dilakukan secara konsisten. Kami berharap apa yang telah dilakukan selama ini tidak akan berhenti sampai disini saja, dan bisa dilanjutkan walaupun kita sudah tidak memberikan dana lagi,” kata Erik Habers.
JRF memang telah mengakhiri masa mandat mereka dan tidak lagi memberikan sokongan dana. Namun, apa yang telah dicapai oleh masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah selama enam tahun terakhir tidak akan berhenti begitu saja.
“Dengan atau tanpa JRF, pekerjaan ini akan tetap kita lakukan, dan ini sudah menjadi tanggung jawab pemerintah. Hal ini juga sudah ada di Prioritas Nasional untuk pemerintahan yang sekarang. Anggaran-anggaran pun akan senantiasa dialokasikan,” tutup Max Pohan.