Kanker Paru-paru Pun Bisa Dialami Non Perokok
Hari ini, mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih menutup usia. Dari keterangan Direktur Utama RSCM Akmal Taher, Menkes meninggal karena penyakit paru. Dikabarkan situs Departemen Kesehatan, mendiang Ibu Endang telah didiagnosa kanker paru sejak Oktober 2010. Meski sudah menjalani perawatan di dalam dan luar negeri, Ibu Endang akhirnya menutup usia setelah berjuang selama lebih dari satu setengah tahun melawan penyakit tersebut.
Dalam acara Temu Nasional Strategi Kemitraan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dalam Penguatan Sistem Kesehatan pada Era desentralisasi di Jakarta, Kamis 18 Agustus 2011, mendiang Ibu Endang yang saat itu masih menjabat sebagai Menkes mengungkap, proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007.
Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM bisa terjadi di perkotaan dan perdesaan.
Saat itu Menkes Endang mengatakan, PTM dipicu berbagai faktor risiko, antara lain: merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat.
Secara khusus mengenai kanker paru, dalam acara acara Round Table I bersama 27 negara, International Union Against TB and Lung Diseases, pada Selasa 20 September 2011 memaparkan tiga penyakit paru utama merupakan PTM, yaitu asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dan kanker paru. Diperkirakan, saat ini terdapat 64 juta orang dengan PPOK, dan di 2030 akan jadi penyebab kematian ketiga di dunia.
Gejala
Gejala kanker paru umumnya tidak segera terlihat. Ada beberapa gejala di tahap awal kanker paru. Seiring meningkatnya level kanker paru, ada beberapa gejala yang umum terlihat: batuk yang tak kunjung berhenti, sakit di dada (khususnya saat mengambil napas dalam-dalam), napas pendek dan berbunyi, batuk berdahak dan berdarah, sering mengalami kelelahan.
Dalam kebanyakan kasus, kanker paru tahap awal tidak langsung terdeteksi karena tak memiliki gejala jelas. Setelah ada keluhan batuk yang tak kunjung berhenti dan mengi (napas berbunyi) umumnya baru terdeteksi kanker paru, lalu setelah melewati tes sinar X dan atau tes lain, seperti pengetesan dahak, baru terdeteksi. Jika terdeteksi kanker, kemungkinan terbesar akan dilanjutkan dengan biopsi untuk mengkonfirmasi diagnosa tersebut dan menentukan jenis serta tingkat kanker.
Tipe kanker paru, menurut situs WebMD, ada 2, tergantung dari tampilan sel kanker di bawah mikroskop. Kanker paru sel kecil adalah tipe yang lebih agresif, artinya bisa menyebar dengan cepat ke bagian tubuh lain sejak awal penyakit. Amat erat kaitannya dengan rokok dan jarang terlihat pada non perokok. Jenis lainnya adalah non sel kecil yang tumbuh perlahan dan lebih sering ditemukan.
Penyebab
Situs kesehatan WebMD menjelaskan, kanker paru bisa menyebabkan kematian perempuan maupun lelaki. Sebelum meluasnya penggunaan mesin penggulung rokok mekanik, kanker paru jarang ditemui. Saat ini, situs tersebut mengabarkan, merokok merupakan penyebab kematian 9 dari 10 kematian pengidap kanker paru.
Merokok adalah salah satu penyebab kanker paru. Rokok tidak hanya banyak mengandung zat-zat penyebab kanker, tetapi juga bisa menurunkan sistem daya tahan alami paru-paru. Saluran udara paru-paru memiliki silia (mirip rambut-rambut kecil) yang berfungsi melindungi paru-paru dari racun, bakteri, dan virus. Rokok dari bahan tembakau melumpuhkan silia hingga tidak bisa berfungsi, mengakibatkan zat karsinogen (pemicu kanker) dengan mudah masuk ke dalam paru-paru.
Tak hanya perokok aktif, perokok pasif juga memiliki risiko terkena kanker paru. Menghirup sisa asap rokok di rumah atau ruang kerja juga bisa meningkatkan risiko terkena kanker paru. Orang non perokok yang menikah dengan perokok memiliki kemungkinan 20-30 persen terkena kanker paru ketimbang pasangan suami istri yang sama-sama tidak merokok.
Para peneliti belum mengetahui secara pasti alasannya, namun, kanker paru lebih memengaruhi perempuan non perokok jauh lebih banyak ketimbang lelaki non perokok.
Beberapa pekerjaan juga bisa meningkatkan risiko kanker paru baik perokok pasif maupun aktif. Orang yang selama waktu kerjanya banyak terekspos dengan zat-zat tertentu, seperti uranium, arsenik, dan zat industrial kimia buatan disarankan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan dan membatasi eksposurnya. Asbestos juga adalah salah satu bahan yang dikenal bisa menyebabkan kanker paru.
Gas radon juga diperkirakan menjadi penyebab kanker paru. Radon adalah gas radioaktif yang bisa berada di dalam rumah dan meningkatkan risiko penghuni rumah terkena kanker paru, terutama bagi perokok. Gas radon tidak bisa terlihat maupun tercium.
Polusi udara juga berkontribusi dalam memicu perkembangan kanker paru. Para ahli berpendapat polusi dari mobil, pabrik, dan pembangkit listrik juga bisa memicu kanker paru, serupa dengan bagaimana pengaruh yang dialami perokok pasif. Secara global, polusi udara diperkirakan menjadi penyebab kematian akibat kanker paru sebanyak 5 persen.
Selain itu, faktor-faktor yang menyebabkan kanker paru antara lain; faktor keturunan dan mengkonsumsi air minum yang kadar arseniknya tinggi.
Kanker paru adalah salah satu jenis kanker paling banyak membunuh orang, namun bisa dicegah, salah satunya dengan berhenti merokok. Setelah berhenti selama 5 tahun, risiko terkena kanker paru pada perokok bisa menurun sebanyak 50 persen dibanding orang yang merokok satu bungkus rokok per hari.