Keluarga Korban: Masih Ada Mukjizat
Meski kemungkinan selamat sangat kecil, namun Dhasanti masih tetap berharap bahwa kakak kandungnya, Anton Daryanto, 55 tahun, lolos dari kecelakaan maut pesawat Sukhoi Superjet-100 yang hilang sejak Rabu (9/4) kemarin.
"Saya masih yakin dia selamat karena dia itu ‘fighter', dia juga suka mendaki gunung sejak kuliah. Kalau cuma faktor cuaca, dia akan selamat. Kalau pesawat hancur ya mungkin tidak bisa berbuat apa-apa," ujar perempuan yang disapa Santi tersebut kepada Beritasatu.com, Kamis (10/5).
Sejak berita hilangnya pesawat buatan Rusia tersebut, Santi sudah berkali-kali menghubungi Anton yang bekerja di Sky Aviation tersebut sejak Rabu sore, namun tetap tidak ada jawaban.
"Saya dengar berita tapi saya masih tetap yakin. Sekarang pun saya masih tetap yakin," ujarnya sambil menahan tangis.
Sebagai anak kesepuluh dan Anton, anak kesembilan, Santi mengatakan bahwa dia sangat dekat dengan kakaknya tersebut. "Dia itu sangat cerdas meski pendiam. Sekolah Boeing lulus dengan Cum Laude. Dia memang ingin bekerja di bidang penerbangan," ungkapnya.
Perasaan was-was dan cemas juga menghantui Paulus Setiohutomo, 47 tahun, yang menunggu kabar dari adik iparnya, Maria Marcela, koodinator flight attendants dari Sky Aviation.
"Saya sudah ada feeling ketika dapat sms teman saya bilang kalau ada Sukhoi yang jatuh. Adik ipar saya pernah kasih tahu kalau mereka mau mendatangkan pesawat yang komersial," jelas Paulus. "Pas telepon adik saya, suami Marcela, dia bilang katanya HP tidak bisa dihubungi. Itu jam 4 sampai 5 sore."
Paulus mengatakan bahwa Seli, sapaan akrab Maria, tidak pernah memberitahukan bahwa dia akan ikut terbang hari itu. "Dia tidak kasih tahu suaminya kalau mau ikutan terbang. Dia cuma bilang kalau akan ada konperensi pers, ada wartawan yang akan lihat pesawat tersebut. Ternyata, pas kita lihat dimanifest ada nama Seli," lanjutnya menambahkan suami Seli dan kakaknya yang lain sudah menuju posko Cidahu untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut.
Ia mengatakan bahwa Seli, mantan senior flight attendant di Garuda, sudah lama pensiun karena usianya sudah tidak memungkinkan. "Memang keluarga dia semuanya di bidang penerbangan. Anaknya juga care dan keibuan, dan penopang keluarga makanya masih mau kerja," kata Paulus sambil mengatakan bahwa Marcela meninggalkan dua putra yang baru duduk di Kelas VI SD dan berusia lima tahun.
Keluarga sudah pasrah dengan keadaan tersebut, lanjutnya, karena hanya mukjizat yang bisa selamatkan para penumpang dari pesawat yang hancur tersebut.