Kini Saatnya Euro 2012
Masih belum hilang adrenalin para penggila sepak bola menyaksikan sengitnya persaingan liga-liga Eropa, masih banyak yang terbelalak dengan pencapaian Roberto Di Matteo dan Chelsea musim ini, UEFA sudah memiliki agenda besar yang akan memanjakan para penggemar olahraga si kulit bundar ini: Piala Eropa 2012.
Di putaran final Euro 2012 di Polandia dan Ukraina nanti, para penggemar sepak bola baik kasual maupun tradisional cukup puas melihat partisipan turnamen. Bisa dikatakan tidak ada negara-negara kuat yang absen dari perhelatan empat tahunan turnamen yang oleh sebagian orang lebih sulit dibanding Piala Dunia itu.
Jika empat tahun lalu kehilangan Inggris yang disingkirkan Kroasia, kali ini tim the Three Lions kembali ke pentas internasional itu setelah Fabio Capello membawa mereka melewati babak kualifikasi dengan meyakinkan.
Namun seperti biasa tim nasional Inggris memang lebih akrab dengan permasalahan ketimbang ketenangan. Pengunduran mendadak Capello akibat pencopotan ban kapten dari John Terry dan absennya Wayne Rooney di dua pertandingan awal membuat mereka diragukan untuk tampil maksimal.
Penunjukan pelatih Roy Hodgson yang dilakukan di waktu mepet menunjukkan kegamangan FA yang akan mempengaruhi kesiapan tim nasional Inggris.
Di lain pihak, rasa penasaran atas gelar bergengsi di major tournament juga tengah dirasakan Jerman. Terakhir kali merebut gelar bergengsi di tahun Euro 1996, Jerman kini dipandang paling siap untuk menjuarai Piala Eropa kali ini setelah tampil baik di beberapa kejuaraan besar terakhir.
Di saat nama-nama macam Mesut Ozil dan Thomas Muller masih dianggap belum sepenuhnya menggapai potensi terbaik, kini generasi penerus mereka macam Mario Goetze, Mats Hummels, dan Marco Reus sudah siap mentas. Piala Eropa kali ini adalah ajang perkenalan mereka kepada dunia.
Pola pembinaan pemain muda yang dijalankan DFB dengan anggaran besar memang tidak sia-sia karena Jerman memiliki pemain berbakat yang seolah tiada habisnya.
Kemewahan skuat yang dimiliki Joachim Loew memang patut membuat Roy Hodgson iri. Satu-satunya potensi pengganjal langkah Jerman mungkin fakta bahwa mereka berada di grup neraka bersama Belanda, Portugal dan Denmark.
Bagaimana dengan Spanyol? Negara ini adalah pemenang dua turnamen besar terakhir, Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010. Siapa pun akan menempatkan mereka sebagai unggulan mengingat komposisi pemain yang menghuni skuad La Furia Roja tidak banyak berubah.
Namun cedera yang menimpa bek rockstar Carles Puyol dan kurang baiknya musim yang dijalani Gerard Pique menyisakan tanda tanya akan ketangguhan lini belakang Spanyol. Nyatanya, tanpa kontribusi maksimal duet beda generasi ini prestasi Barcelona juga menurun. Hasil uji coba mereka melawan tim-tim kuat juga berakhir mengecewakan, seperti saat dibantai Argentina dan Portugal.
Tim lain yang menarik perhatian adalah Italia. Pendekatan baru Cesare Prandelli menjadikan Italia tim muda yang bermain menyerang dan mengandalkan ball possession dengan pimpinan Andrea Pirlo di lini tengahnya.
Di usia yang sudah 32, pengaruh eks Milan ini nyatanya masih yang terbaik di posisinya. Kedigdayaan Juventus di seri A juga dimanfaatkan Prandelli dengan memanggil para Juventino itu untuk dijadikannya poros tim.
Ketiadaan seorang prima puntaakan disiasati Prandelli dengan menggunakan strategi false nine. Di ruang amunisi tersebut, Italia memiliki pemain-pemain kreatif macam Antonio Cassano dan Sebastian Giovinco yang akan mempertontonkan pola serangan dinamis yang sulit dibaca lawan. Lini depan Italia juga akan berharap-harap cemas pada sosok bengal Mario Balotelli.
Bagaimana kans kedua tuan rumah? Berada di grup yang relatif lebih mudah, Polandia diunggulkan untuk setidaknya melaju ke fase knock-out. Sementara Ukraina peluangnya lebih sulit karena berada satu grup dengan Inggris, Prancis, dan Swedia.
Dari komposisi peserta tersebut, Piala Eropa kali ini dianggap akan berjalan seru. Hanya satu negara yang saya sayangkan tidak lolos ke putaran final, yaitu Belgia. Absennya Belgia memang sebuah ironi mengingat mereka dihuni oleh pemain-pemain bagus yang menjadi tulang punggung klub-klub papan atas di Eropa.
Sayang sekali kita tidak bisa menyaksikan sihir dari Eden Hazard, kecepatan Mousa Dembele, bakat Axel Witsel, kekuatan Marouane Fellaini, ketajaman Romelu Lukaku, visi hebat Stefan Defour, dan ketangguhan duet bek Vincent Kompany-Thomas Vermaelen serta penjaga gawang berbakat, yang cemerlang di Atletico Madrid, Thibault Courtois.
Berbeda dengan sepak bola di Amerika Latin yang kaya skill dan bakat alam, sepak bola Eropa kaya akan taktik. Beberapa tim telah mengalami evolusi permainan yang drastis.
Jerman dan Italia yang sebelumnya dikenal memainkan sepak bola efektif dan efisien serta mengutamakan pertahanan kini berevolusi menjadi tim yang banyak memainkan bola untuk dapat mencetak gol ke gawang lawan.
Sebaliknya, Belanda yang identik dengan Tootal Voetball kini bermain dengan cara yang amat “tidak Belanda” sejak ditangani Bert Van Marwijk. Jangan harap melihat Van Marwijk memainkan Robin Van Persie dan Klaas Jan Huntelaar bersamaan, karena dia lebih memilih untuk memberi tempat kepada duet jagalMark Van Bommel dan Nigel de Jong di area mesin permainan.
Menarik ditunggu gelaran empat tahunan yang dianggap lebih seru dari Piala Dunia oleh sebagian orang ini.
Di putaran final Euro 2012 di Polandia dan Ukraina nanti, para penggemar sepak bola baik kasual maupun tradisional cukup puas melihat partisipan turnamen. Bisa dikatakan tidak ada negara-negara kuat yang absen dari perhelatan empat tahunan turnamen yang oleh sebagian orang lebih sulit dibanding Piala Dunia itu.
Jika empat tahun lalu kehilangan Inggris yang disingkirkan Kroasia, kali ini tim the Three Lions kembali ke pentas internasional itu setelah Fabio Capello membawa mereka melewati babak kualifikasi dengan meyakinkan.
Namun seperti biasa tim nasional Inggris memang lebih akrab dengan permasalahan ketimbang ketenangan. Pengunduran mendadak Capello akibat pencopotan ban kapten dari John Terry dan absennya Wayne Rooney di dua pertandingan awal membuat mereka diragukan untuk tampil maksimal.
Penunjukan pelatih Roy Hodgson yang dilakukan di waktu mepet menunjukkan kegamangan FA yang akan mempengaruhi kesiapan tim nasional Inggris.
Di lain pihak, rasa penasaran atas gelar bergengsi di major tournament juga tengah dirasakan Jerman. Terakhir kali merebut gelar bergengsi di tahun Euro 1996, Jerman kini dipandang paling siap untuk menjuarai Piala Eropa kali ini setelah tampil baik di beberapa kejuaraan besar terakhir.
Di saat nama-nama macam Mesut Ozil dan Thomas Muller masih dianggap belum sepenuhnya menggapai potensi terbaik, kini generasi penerus mereka macam Mario Goetze, Mats Hummels, dan Marco Reus sudah siap mentas. Piala Eropa kali ini adalah ajang perkenalan mereka kepada dunia.
Pola pembinaan pemain muda yang dijalankan DFB dengan anggaran besar memang tidak sia-sia karena Jerman memiliki pemain berbakat yang seolah tiada habisnya.
Kemewahan skuat yang dimiliki Joachim Loew memang patut membuat Roy Hodgson iri. Satu-satunya potensi pengganjal langkah Jerman mungkin fakta bahwa mereka berada di grup neraka bersama Belanda, Portugal dan Denmark.
Bagaimana dengan Spanyol? Negara ini adalah pemenang dua turnamen besar terakhir, Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010. Siapa pun akan menempatkan mereka sebagai unggulan mengingat komposisi pemain yang menghuni skuad La Furia Roja tidak banyak berubah.
Namun cedera yang menimpa bek rockstar Carles Puyol dan kurang baiknya musim yang dijalani Gerard Pique menyisakan tanda tanya akan ketangguhan lini belakang Spanyol. Nyatanya, tanpa kontribusi maksimal duet beda generasi ini prestasi Barcelona juga menurun. Hasil uji coba mereka melawan tim-tim kuat juga berakhir mengecewakan, seperti saat dibantai Argentina dan Portugal.
Tim lain yang menarik perhatian adalah Italia. Pendekatan baru Cesare Prandelli menjadikan Italia tim muda yang bermain menyerang dan mengandalkan ball possession dengan pimpinan Andrea Pirlo di lini tengahnya.
Di usia yang sudah 32, pengaruh eks Milan ini nyatanya masih yang terbaik di posisinya. Kedigdayaan Juventus di seri A juga dimanfaatkan Prandelli dengan memanggil para Juventino itu untuk dijadikannya poros tim.
Ketiadaan seorang prima puntaakan disiasati Prandelli dengan menggunakan strategi false nine. Di ruang amunisi tersebut, Italia memiliki pemain-pemain kreatif macam Antonio Cassano dan Sebastian Giovinco yang akan mempertontonkan pola serangan dinamis yang sulit dibaca lawan. Lini depan Italia juga akan berharap-harap cemas pada sosok bengal Mario Balotelli.
Bagaimana kans kedua tuan rumah? Berada di grup yang relatif lebih mudah, Polandia diunggulkan untuk setidaknya melaju ke fase knock-out. Sementara Ukraina peluangnya lebih sulit karena berada satu grup dengan Inggris, Prancis, dan Swedia.
Dari komposisi peserta tersebut, Piala Eropa kali ini dianggap akan berjalan seru. Hanya satu negara yang saya sayangkan tidak lolos ke putaran final, yaitu Belgia. Absennya Belgia memang sebuah ironi mengingat mereka dihuni oleh pemain-pemain bagus yang menjadi tulang punggung klub-klub papan atas di Eropa.
Sayang sekali kita tidak bisa menyaksikan sihir dari Eden Hazard, kecepatan Mousa Dembele, bakat Axel Witsel, kekuatan Marouane Fellaini, ketajaman Romelu Lukaku, visi hebat Stefan Defour, dan ketangguhan duet bek Vincent Kompany-Thomas Vermaelen serta penjaga gawang berbakat, yang cemerlang di Atletico Madrid, Thibault Courtois.
Berbeda dengan sepak bola di Amerika Latin yang kaya skill dan bakat alam, sepak bola Eropa kaya akan taktik. Beberapa tim telah mengalami evolusi permainan yang drastis.
Jerman dan Italia yang sebelumnya dikenal memainkan sepak bola efektif dan efisien serta mengutamakan pertahanan kini berevolusi menjadi tim yang banyak memainkan bola untuk dapat mencetak gol ke gawang lawan.
Sebaliknya, Belanda yang identik dengan Tootal Voetball kini bermain dengan cara yang amat “tidak Belanda” sejak ditangani Bert Van Marwijk. Jangan harap melihat Van Marwijk memainkan Robin Van Persie dan Klaas Jan Huntelaar bersamaan, karena dia lebih memilih untuk memberi tempat kepada duet jagalMark Van Bommel dan Nigel de Jong di area mesin permainan.
Menarik ditunggu gelaran empat tahunan yang dianggap lebih seru dari Piala Dunia oleh sebagian orang ini.
Penulis: Aditya Nugroho
Karyawan swasta