Koleksi VW Klasik, dari Rp6 Juta Sampai Tak Terbatas

Senin, Mei 07, 2012 0 Comments



Dody Hapsoro, penggemar VW di Jakarta Selatan, tengah memasang jendela bahan semi kulit dan plastik di VW Safari miliknya, Minggu (6/5/2012).
Dody Hapsoro, penggemar VW di Jakarta Selatan, tengah memasang jendela bahan semi kulit dan plastik di VW Safari miliknya, Minggu (6/5/2012). (sumber: Heru Andriyanto/Beritasatu)
Tak ada satu pun mobil jenis lain yang bisa menandingi suara merdu mesin VW kodok.

Enaknya mengoleksi mobil klasik Volkswagen bukan cuma karena ada ribuan teman di seluruh Indonesia, tapi juga mereka ini sangat solider dan siap membantu jika ada sesama yang mobilnya mogok di tengah jalan, itu testimoni seorang kawan yang punya VW Beetle produksi 1960-an.

Klub penggemar mobil VW banyak jumlahnya dan tersebar di seantero negeri, bisa dibilang hampir setiap kota dan kabupaten ada klub mobil VW.

“Komunitas mobil VW klasik ini memang terkenal solid. Kalau ada masalah saling dibantu,” kata Maman Suherman, salah satu pengurus komunitas VW Bekasi dalam perbincangan dengan Beritasatu.com akhir pekan kemarin.

Dirinya bercerita bahwa kekompakan para pemilik VW ini bukan hanya sebatas Pulau Jawa saja.

Juni tahun kemarin, klub-klub VW se-Jawa diundang dalam Jambore Nasional di Balikpapan dan pihak pengundang menanggung 50 persen ongkos transport ke sana, kata Maman.

“Kemudian di bukan Desember kami juga diundang ke Bangka-Belitung, mereka full menanggung ongkos transport untuk 500 mobil,” tambahnya.

Para penggemar mobil klasik ini, baik jenis Beetle atau di sini dikenal mobil kodok, Safari atau mobil camat, mobil van Combi, Golf klasik, dan Variant, tak perlu khawatir soal suku cadang, katanya.

“Khususnya di Pulau Jawa, banyak supplier suku cadang baik buatan Taiwan, Meksiko, Brasil atau AS,” katanya.

Jangan Pusingkan Harganya

Soal harga mobil, karena masuk kategori hobi, tidak ada patokan khusus.

“Di sini tidak ada yang namanya harga pasar. Kalau jodoh bisa dapat yang terjangkau dan sesuai keinginan. Tapi kalau memburu barang yang spesifik dan persis seperti yang dikehendaki, seorang kolektor tak akan segan membayar mahal,” katanya.

“Mobil itu misalnya, saya tahu dibeli seharga Rp100 juta dari pemilik sebelumnya,” katanya sambil menunjuk sebuah mobil Combi warna biru. “Biasanya tambah tua tambah mahal. Ada yang harganya di atas Rp200 juta.”

Wah, cukup untuk beli mobil Jepang baru jenis Nissan Livina atau Toyota Avanza.

Untuk kolektor golongan serius, atau kelas vintage yang hanya mau bodi, cat, asesoris dan mesin orisinil, Maman mengaku tidak tahu kisaran harganya. Namun anomali harga sangat mungkin. Bisa jadi harga satu mobil tua mengalahkan mobil VW terbaru jenis Caravelle.

Tapi tidak perlu kecil hati untuk memulai. Kalau siap menjadi salah satu kolektor, bisa membeli VW Beetle atau Safari kondisi apa adanya seharga Rp6 juta sampai Rp10 juta, lalu dibawa ke bengkel restorasi.

Di sinilah harga sebenarnya mobil anda mulai ditentukan.

“Untuk restorasi penuh bisa menelan biaya Rp30 juta,” kata Dody Hapsoro, pemilik sebuah bengkel restorasi mobil VW di Jakarta Selatan.

“Kalau saya memang tidak tanggung-tanggung, lantai-lantai saya ganti, juga blok mesin. Dan semua menggunakan suku cadang asli, walau sebetulnya banyak yang bikinan Taiwan,” akunya.

Dody menekuni pekerjaan itu bukan sebagai mata pencaharian utama, tetapi semata-mata karena kecintaannya pada mobil VW. Karena itu restorasi satu mobil bisa memakan waktu sampai empat bulan.

“Saya ini seorang akuntan sebagai pekerjaan utama. Tapi saya juga pecinta mobil VW,” kata pria berumur 55 tahun ini. Saat ini dirinya tengah memulai proyek restorasi mobil Kubelwagen, salah satu generasi pertama mobil VW Beetle versi militer.

Kalau sudah punya satu mobil kodok atau van, anda bisa bergabung dengan salah stau komunitas di Jakarta maupun kota-kota lain, seperti Volkswagen Beetle Club (VBC), Frogs Bread Club (FBC), Independence Volkswagen Society (IVS), Volkswagen Van Club (VVC) atau Volkswagen Depok Club.

Kebanyakan klub tidak meminta persyaratan yang berat.

“Di tempat kita, cukup bayar registrasi Rp50.000 dan iuran bulanan Rp10.000 saja,” kata Maman. Namanya juga Volkswagen, atau mobil rakyat.

Dirancang Oleh Hitler

Sedikit tentang sejarah mobil kodok ini, ide pengembangannya datang tak lain dari pemimpin kontroversial Jerman, Adolf Hitler, dan kelahiran mobil ini juga tak lepas dari sejarah kelam bangsa Jerman yang waktu itu suka berperang.
 
Hitler menginginkan mobil yang murah untuk rakyatnya sekaligus kendaraan perang yang bisa mengangkut dua-tiga personel dan senapan mesin plus pelurunya. Bahkan disebut-sebut sketsa rancangan mobil kodok yang khas itu dibuat oleh sang Fuhrer sendiri.

Ketika Partai Nazi berkuasa tahun 1933, proses rancang bangun mobil kodok ini pun dimulai, sesuai spesifikasi yang diminta Hitler. Pembangunan pabrik pertama dilakukan pada 1938 diikuti pengembangan berbagai model Beetle untuk keperluan sipil maupun militer. Setelah era perang selesai, mobil kodok diproduksi di banyak negara, seperti Brasil, Meksiko, Afrika Selatan dll.

Yang Besar Yang Dicari

Jenis Combi yang dikembangkan setelah era perang mempunyai cerita sendiri. Mobil yang dianggap sebagai ‘adik Beetle' ini termasuk salah satu pelopor kendaraan people carrier untuk keluarga di dunia.

Lebih kecil dari kelas mikro bus jaman sekarang namun cukup besar untuk mengangkut sembilan orang dewasa. Ciri khasnya, punya banyak jendela. Untuk model tertentu, kaca depan atau wind shield malah bisa dibuka ke atas.

Konon orang-orang Amerika dulu sangat gandrung dengan mobil ini. Mereka datang ke Jerman di musim liburan untuk membeli Combi, memakainya berkendara menyusuri daratan Eropa yang indah untuk mengisi liburan karena waktu itu Combi tergolong bermesin bandel, kokoh dan nyaman untuk perjalanan jauh berombongan. Ketika liburan habis, barulah mobil itu dikapalkan ke Amerika menyusul pemilik barunya.

Kepuasan Memiliki VW Klasik

Namanya juga hobby, mainan kesayangan, atau “klangenan” dalam bahasa Jawa, kepuasan para pemilik VW klasik bukan pada kekuatan mesin, kecepatan di jalan tol, perangkat stereo modern, AC yang dingin atau hal-hal lain yang umumnya diharapkan dari sebuah mobil.

Sebaliknya hampir semua mobil VW itu dirancang sederhana dan bukan untuk ngebut. Malah banyak kolektor Combi memasang stiker peringatan yang cantik dan melekat indah di kaca belakang bertuliskan: “Slow Moving Vehicle.”

Beberapa kolektor mengaku ada rasa puas yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata ketika mereka selesai mencuci dan memoles bodi mobil, kemudian melihat tak setitik pun noda yang melekat. Karena teman sehobi banyak, ada saja acara yang diadakan untuk ritual itu setiap akhir pekan.

Di komunitasnya, tak perlu malu disebut narsis atau norak karena mengelus-elus mobil selama berjam-jam.

Bukannya kalau soal begitu semua kolektor mobil merk lain juga bisa melakukannya?

“Tapi tidak ada satu pun mobil lain yang bisa menandingi suara merdu VW kodok ketika dihidupkan,” kata seorang pemilik Beetle fanatik, diikuti bunyi mulutnya menirukan suara mesin.

Ini juga susah ditulis, tapi kurang lebih demikian “jez jez jez jez jezzzzz…” Dari sudut pandang ini, titik kepuasannya mungkin sama dengan hobi bangsawan Jawa dulu mendengarkan kicauan perkutut kesayangan.

Banyak kisah unik dan sejarah besar yang menyertai kehadiran mobil VW klasik di seluruh dunia, dan karena itu juga membuat jatuh hati para penggemar otomotif di Indonesia.
 

DAVINA NEWS

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

Tentang DaVinaNews.com

Davinanews.com Diterbitkan oleh Da Vina Group Davinanews.com adalah situs berita dan opini yang memiliki keunggulan pada kecepatan, ketepatan, kelengkapan, pemilihan isu yang tepat, dan penyajian yang memperhatikan hukum positif dan asas kepatutan Davinanews.com memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk berinteraksi. Pada setiap berita, pembaca bisa langsung memberikan tanggapan. Kami juga menyediakan topik-topik aktual bagi Anda untuk saling bertukar pandangan. Davinanews.com menerima opini pembaca dengan panjang maksimal 5.000 karakter. Lengkapi dengan foto dan profil singkat (beserta link blog pribadi Anda). Silakan kirim ke email: news.davina@gmail.com.