Mendandani Mobil VW Koleksi
Ada satu alasan utama kenapa mobil-mobil jenis Volkswagen menjadi incaran para kolektor dan penggemar otomotif klasik di Indonesia.
Mobil Jerman ini memberi pilihan yang beragam untuk modifikasi dan restorasi yang dapat memuaskan insting “suka bermain” bagi para pria paruh baya pemiliknya.
“Senang aja rasanya kalau lagi di rumah, bisa memoles atau menggambar corak di bodi mobil, membongkar komponen mesin, lalu dipasang lagi,” kata Suwarto, satu dari ribuan pemilik VW Beetle di Indonesia, ketika ditemui bersama mainan kesayangannya itu di Tangerang, Minggu (6/5).
Hal-hal seperti itu tak mungkin dilakukan pada mobil Avanza miliknya.
“Bisa ngamuk istri kalau bodi mobil digambar-gambar,” kata pria asal Bekasi itu sambil tergelak.
Salah satu kolektor ada yang memenuhi bodi mobil Beetle-nya dengan corak batik Jawa Tengah. Namun meski corak batik memberi kesan lembut dan kalem, Beetle itu memamerkan kekuatannya dengan menarik kereta gandeng yang di atasnya memuat sepeda motor empat roda ATV.
“Ini mobil bos saya, seorang seniman. Saya pernah bawa dari Jakarta ke kota batik Pekalongan, lengkap dengan motor di belakang itu,” kata Asep, sang sopir, ketika ditemui di sebuah even di Tangerang.
Namun jangan salah, kaum muda pun banyak yang gemar VW.
Mobil tipe Beetle -- di Indonesia lebih populer sebagai mobil kodok -- dan Safari paling digemari untuk direstorasi menjadi mobil jenis dune buggy, kendaraan terbuka dengan ban besar yang cocok dipakai off-road. Sangat cocok untuk kaum muda.
Dan jika dikerjakan oleh ahlinya, mobil-mobil tahun 1960-an dan 1970-an itu bisa berubah menjadi mobil off-road yang nampak garang, modern dan memikat mata.
Lalu untuk jenis VW Combi, ruang untuk berimprovisasi dan berkreasi makin luas karena tipe mobil van ini memang lebih panjang dan tinggi.
Ada penggemar yang memenuhi interiornya dengan speaker-speaker besar dan perangkat stereo, ada yang memodifikasi menjadi ruang tamu berjalan, ada pula yang membangun tempat tidur mewah di buritan mobil.
Dari segi tampilan, karya modifikator lokal ini terlihat tak kalah dengan ciptaan tim West Coast Customs di Amerika Serikat yang dulu membuat acara Pimp My Ride di MTV menjadi begitu terkenal. Di interior sebuah Combi, warna dan pola pada kasur dan bantal disesuaikan dengan tirai jendela, plafon mobil dilengkapi TV LCD, dan langit-langit dibuat mirip eternit di kamar.
Beberapa mobil VW yang ambil bagian di sebuah acara di Perumahan Citra Raya, Tangerang, betul-betul tidak terlihat sebagai mobil renta dari dekade 1960an.
Tipe Safari, atau biasa disebut sebagai “mobil Pak camat”, diubah menjadi mobil roadster gagah dengan mempertahankan ciri khas atap terpal dan jendela plastik yang bisa dibongkar-pasang setiap saat.
“Plastik yang saya pakai ini tidak sembarangan. Ini biasa dipakai di kapal pesiar dan dijamin tahan jamur,” kata Dodi memamerkan “mobil camat” warna hijau muda miliknya.
Bagi kolektor serius, uang tak terlalu menjadi masalah asalkan mobil VW-nya nampak lebih keren dibandingkan punya kolektor yang lain.
“Salah satu teman saya baru saja membeli satu set velg asli Jerman untuk Combi seharga Rp22 juta, tunai,” kata Maman Suherman, salah satu pengurus komunitas pecinta VW Bekasi.