Menurun, Jumlah Pebulutangkis yang Berhak ke Olimpiade
Meskipun jumlah atlet yang berhasil lolos ke Olimpiade kali ini lebih kecil dibandingkan sebelumnya, Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Indonesia tetap fokus mempersiapkan para atletnya demi menjaga tradisi medali emas tetap berlanjut.
Pengumuman resmi dari Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) mengenai nama-nama atlet yang lolos kualifikasi memang baru dilakukan Kamis (3/5) besok, namun Indonesia berpeluang meloloskan sembilan orang pemainnya ke London.
Tunggal putra meloloskan paling banyak atlet yaitu dua orang, Simon Santoso dan Taufik Hidayat. Sementara itu keempat sektor lainnya hanya berhak mengirimkan satu perwakilannya.
Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan Olimpiade 2008 di Beijing, dimana Indonesia mampu mengirimkan 13 orang atletnya. Bahkan ganda putra dan ganda campuran masing-masing diisi dua perwakilan.
Saat itu, Indonesia sukses membawa pulang sebuah medali emas dari pasangan ganda putra Markis Kido-Hendra Setiawan, perak dari ganda campuran Nova Widianto-Liliyana Natsir dan perunggu dari tunggal putri Maria Kristin Yulianti.
Dengan jumlah yang menyusut, PBSI mengaku siap mendukung peningkatan performa para atlet.
“Kami akan terus mendukung kebutuhan mereka, mulai dari latihan fisik demi meningkatkan stamina, memberikan gizi dan suplemen yang baik hingga rekreasi. Semua sektor bisa mengajukan tambahan kebutuhan sesuai kebutuhan,” ujar Sekretaris Jenderal PBSI, Yacob Rusdianto. Pernyataan itu diutarakan Yacob di sela-sela acara Main Bulutangkis Bareng di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta, hari ini.
Acara ini adalah bagian dari rangkaian acara perayaan HUT PBSI ke-61. Bahkan PBSI berencana berangkat ke London lebih awal demi penyesuaian dini dan menyewa tempat khusus latihan untuk para pemainnya.
Tak hanya itu, PBSI juga akan memboyong pasangan ganda campuran Muhammad Rijal-Debby Susanto dan ganda putra Rian Agung Saputra-Angga Pratama sebagai partner latih tanding selama di sana.
“Apapun akan dilakukan. Itu komitmen PBSI,” tambah Yacob.
Untuk satu tempat di tunggal putri yang sudah pasti menjadi milik Indonesia, Yacob mengatakan baru akan menentukan nama pemain yang akan berangkat menjelang pendaftaran ditutup pertengahan Juni mendatang.
“Yang jelas, atlet yang akan berangkat adalah yang siap. Kami tidak mungkin memberangkatkan atlet yang cedera meskipun rangking dunianya lebih tinggi,” ujar Yacob.
Bahkan, tidak tertutup kemungkinan PBSI akan menggelar seleksi untuk menentukan nama yang berhak ke London.
Sejauh ini ada empat nama yang berada di peringkat 64 besar dunia; Maria Febe Kusumastuti, Adrianti Firdasari, Aprilia Yuswandari dan Lindaweni Fanetri.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Hadi Nasri, juga meminta agar jumlah yang sedikit ini tidak mempengaruhi semangat pemain untuk tampil all-out di London nanti.
Permintaan Hadi ini terutama ditujukan kepada Liliyana yang kini berada di peringkat ketiga dunia bersama pasangannya Tontowi Ahmad.
“Dia sudah berpengalaman tampil di Olimpiade sebelumnya. Harusnya ini tidak menjadi masalah besar bagi dia. Sebisa mungkin dia tampil all-out,” ujar Hadi.
Ucapan Hadi bukan tanpa alasan. Dengan modal prestasi yang membaik belakangan ini, termasuk merebut tiga gelar juara di tiga turnamen internasional berturut-turut, pasangan ini menjadi tumpuan harapan terbesar Indonesia agar tradisi medali emas bisa terus berlanjut.
“Mau kapan lagi dia berprestasi tinggi jika tidak sekarang. Ini saatnya,” tegas Hadi.