Orang-orang Anas Urbaningrum di DPR tak Terbabat
19 Mei, dua tahun lalu, Anas Urbaningrum bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk membicarakan rencana bekas Ketua Umum PB HMI itu sebagai calon Ketua Umum Partai Demokrat. Pembicaraan itu belum sampai memutuskan apa pun, dan keduanya berjanji untuk bertemu lagi keesokan harinya.
Pada pertemuan kedua yang direncanakan pada 20 Mei itu, sekitar beberapa jam sebelum pembukaan kongres partai di Bandung, Jawa Barat, diminta bukan hanya antara mereka berdua lagi. Anas harus datang dengan para pendukung serta para anggota tim suksesnya.
19 Mei malam hingga subuh, Anas dan timnya berkumpul di sebuah hotel di Bandung, untuk membicarakan apa-apa saja yang harus mereka nyatakan di hadapan SBY. Siap tidak siap, diterima atau tidak diterima, jawaban harus ada.
Pada 20 Mei, pagi hari, iring-iringan mobil bergerak memasuki pintu gerbang tol Pasteur, Bandung, mengarah ke Jakarta. Tujuan: kediaman SBY di Cikeas, Bogor.
Tiba-tiba ponsel salah satu peserta rombongan berbunyi.
"Katanya mau pada datang ke rumah yah? Sudah, kita ketemu di Bandung saja," kata sang penelepon.
Sang penelepon yang dimaksud, ternyata Ani Yudhoyono, istri SBY. Penerima telepon adalah Nurhayati Ali Assegaf, yang kemudian menginformasikan hal itu via telepon ke anggota rombongan lainnya. Dan mereka pun memutar arah pulang ke Bandung.
Tiga hari kemudian, Anas terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat yang baru.
Sekelumit cerita itu dikisahkan seorang bekas anggota tim pemenangan Anas, yang menolak dibuka identitasnya.
"Bu Nurhayati memang dekat dengan Bu Ani. Dia pernah menjadi staf pribadi Bu Ani," kata sumber itu.
Nurhayati kini baru saja ditunjuk sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat yang baru, menggantikan Jafar Hafsah. Sejumlah kalangan menspekulasikan bahwa Nurhayati adalah titipan Cikeas sebagai orang dekat Bu Ani.
Kedekatan itu dikonfirmasikan juga oleh Jafar Hafsah. "Secara formal Bu Nurhayati itu pernah menjadi staf khusus Bu Ani," tutur Jafar.
Namun sumber itu menyatakan Nurhayati juga sebenarnya cocok dengan Anas, apalagi keduanya pernah bersama-sama memenangkan posisi ketua umum partai untuk Anas.
"Itu yang jangan dilupakan. Tidak benar kalau dianggap orang-orang Anas habis di fraksi dan pimpinan komisi, justru makin banyak," kata sang sumber.
Bara Pasca Kongres 2010
Perdebatan soal orangnya Anas atau bukan, sebenarnya berawal dari perkubuan yang terjadi selama Kongres Partai Demokrat 2010 di Bandung. Saat itu ada tiga calon ketua umum; Anas Urbaningrum, Marzuki Alie, dan Andi Malarangeng. Yang terakhir ini kerap disebut mendapat dukungan dari keluarga SBY.
Di kalangan anggota DPR dari Fraksi Demokrat sendiri sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka juga terbelah menjadi tiga kelompok itu. Hanya belakangan, antara anggota yang menjadi pendukung Malarangeng lebih bisa bekerja sama dengan yang mendukung Marzuki.
Nurhayati Assegaf sendiri pernah berseteru dengan Marzuki Alie. Walau sesama anggota partai Demokrat, Marzuki pernah 'marah-marah' karena Nurhayati berani maju sebagai calon Presiden International Parliamentary Union (IPU) dengan disokong sejumlah anggota DPR. Padahal, Marzuki konon sudah terlanjur bersepakat dengan anggota IPU dari Mesir, bahwa Indonesia akan mendukung calon yang diajukan Mesir.
Perdebatan ini sempat muncul di media sosial twitter, antara Marzuki dan Meutya Hafid, Politisi Golkar pendukung Nurhayati.