Penggemar Lady Gaga Masih Menanti Kepastian
Belum menginjakkan kaki di tanah air Lady Gaga sudah menuai kontroversi. Tindak tanduk sang diva kontroversi tersebut rupanya menjadi perhatian dunia sehingga dirinya tampak sangat pantas dijadikan perdebatan sengit yang terjadi di sejumlah negara, termasuk di Indonesia.
Selain perilakunya yang dianggap melanggar norma-norma agama, banyak yang menilai, lirik lagu-lagunya mencerminkan persembahan kepada setan.
Bermula saat salah salah satu petinggi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Cholil Ridwan berbicara kepada media perihal opininya tentang sosok lady Gaga yang akan merusak moralitas bangsa, Maret lalu. Ia juga juga menganjurkan kepada pemilik tiket konser Lady Gaga, agar segera mengembalikan tersebut dan meminta uangnya kembali.
Opini yang dilayangkan Cholil Ridwan tersebut menjadi polemik dalam tubuh MUI sendiri. Sebab salah satu petinggi MUI lainnya, Slamet Effendi Yusuf, apa yang dilontarkan Cholis bukanlah pernyataan resmi dari MUI melainkan hanya opini pribadi. Ia senidiri tidak mempermasalahkan jika pelantun Poker Face itu menggelar konser di Bumi Pertiwi, sepanjang apa yang dikenakannya disesuaikan dengan adat ketimuran.
FPI turun tangan menolak Lady Gaga
Kehadiran Lady Gaga dicap tidak sesuai kaidah berpakaian agama Islam dan bisa merusak moral pemuda Indonesia oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Ridwan. Langkah MUI itu kemudian disambut ormas Front Pembela Islam (FPI) dengan menggelar demonstrasi menolak konser Lady Gaga di bilangan Bunderan Hotel Indonesia pada akhir Maret. Ormas itu bahkan mengancam jika konser tetap digelar, mereka tidak segan-segan untuk melakukan aksi anarkis di Jakarta.
"Kalau tidak ingin terjadi yang kita sama-sama tidak inginkan, jangan berikan izin untuk konser Lady Gaga. Bila konser dipaksakan untuk digelar, saya tidak bertanggung jawab kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau pengin Jakarta chaos, gelar aja," kata Habib Rizieq, kala itu.
Tidak hanya dari FPI, Lembaga Adat Besar Indonesia (LABRI) juga melakukan hal serupa dengan menyerukan penolakan terhadap konser Lady Gaga di Indonesia. Suasana semakin menghangat, saat artis seksi Uli Auliani ikut memberikan dukungan terhadap penolakan konser Lady Gaga di Indonesia.
Gayung sepertinya bersambut, sejumlah penolakan dari ormas dan elemen masyarakat membuat Polda Metro Jaya, sebagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan keamanan di lapangan saat konser akhirnya merekomendasikan kepada Markas Besar Kepolisian RI (Mabes Polri) agar tidak menerbitkan izin konser Lady Gaga.
Alasannya cukup krusial, yakni potensi ketidakmampuan untuk menjamin keamanan juga menjadi dasar penolakan izin. Penolakan ini juga disebut-sebut atas persetujuan pihak Istana Presiden.
"Sekretariat Negera lalu melanjutkan (surat itu) kepada Polda agar dipertimbangkan sebuah kebijakan supaya keadaan ibukota (Jakarta) tetap kondusif, karena alasan-alasan itulah, dan atas dasar pertimbangan keamanan, Polda Metro Jaya tidak memberi rekomendasi," kata Kadiv Humas Polri Irjen Saud Usman Nasution, Selasa (15/5).
Penggemar masih menanti
Pernyataan pihak Polri membuat penggemar Lady Gaga yang disebut Little Monsters terpana. Tiket yang diperjuangkan dengan susah payah dan berada di tangan, seakan sia-sia belaka. Padahal, untuk mendapatkan selembar tiket, mereka harus menghabiskan waktu berjam-jam menahan lapar, tubuh dibanjiri peluh dan jumlah rupiah yang tidak sedikit.
Di akun twitter resmi Big Daddy, sejumlah penggemar langsung memberikan dukungan kepada Big Daddy sebagai promotor untuk memperjuangkan izin yang masih tersangkut di Mabes Polri. Bahkan, para Little Monster rela, jika kondisi di Jakarta dianggap tidak kondusif, konser Lady Gaga dilangsungkan di Bali.
Namun sebelum palu diketuk, masih ada asa dan harapan jika konser Lady Gaga akan tetap dilangsungkan di Jakarta. Pihak promotor juga melalui Michael Rusli dan akun twitter resmi Big Daddy menyatakan masih berusaha untuk meloloskan izin konser Lady Gaga.
Lantas, mungkinkah pihak berwenang akan benar-benar memberikan izin untuk konser Lady Gaga ditengah tekanan dan ancaman dari berbagai pihak?