Pilot Sukhoi Diduga Tak Kuasai Medan
Akan tetapi, Alex malah meminta izin kepada Air Traffic Center (ATC) untuk turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Padahal ketinggian Gunung Salak adalah 7.000 kaki.
Pilot Pesawat Sukhoi Superjet 100 Alexander Yablontsev diduga tidak menguasai medan pada penerbangan gembira (Joyflight), Rabu (9/5) lalu.
Jeffrey Adrian, Pilot Senior Garuda Indonesia usai acara diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/5), mengatakan sebelum memutuskan untuk terbang di daerah tersebut, pilot semestinya menguasai jalur terbang.
"Dia lebih kurang harus menguasai daerah tersebut," kata Jeffrey.
Menurut Jeffrey, Alex yang tergolong penerbang senior itu mengetahui secara pasti soal prosedur penerbangan.
Sebagai pilot, Alex, kata Jeffrey, mengetahui bahwa batas minimal ketinggian penerbangan adalah 1.000 kaki di atas daratan.
Akan tetapi, Alex malah meminta izin kepada Air Traffic Center (ATC) untuk turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Padahal ketinggian Gunung Salak adalah 7.000 kaki. Sehingga batas minimal ketinggian menjadi 8.000 ribu kaki.
Saat ingin turun, pilot menginformasikan hal tersebut ke ATC. ATC pun mempertanyakan apakah berdasarkan pandangan mata (visual) pilot, penurunan ketinggian itu aman untuk dilakukan.
"Itu boleh turun ke 6.000, walau ketinggian gunung 7.000. Tapi ditanya dulu sama ATC, itu visual tidak. Kalau mereka bilang visual oke, mereka dibolehkan turun," kata Jeffrey.
Sebenarnya, kata Jeffrey, tak masalah apabila pilot turun melebihi batas minimal. Tapi, tegas Jeffrey, pilot harus memastikan bahwa secara visual, hal itu aman untuk dilakukan.
"Dia boleh terbang di bawah (batas) minimum kalau ada visual itu tadi. Dia harus menguasai (medan). Sehingga kalau dia lihat di sebelah kanan ada gunung pada saat itulah mungkin ada kesalahan di situ. Tidak tepat atau dia kurang menguasai," tutur Jeffrey.
Pilot Pesawat Sukhoi Superjet 100 Alexander Yablontsev diduga tidak menguasai medan pada penerbangan gembira (Joyflight), Rabu (9/5) lalu.
Jeffrey Adrian, Pilot Senior Garuda Indonesia usai acara diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/5), mengatakan sebelum memutuskan untuk terbang di daerah tersebut, pilot semestinya menguasai jalur terbang.
"Dia lebih kurang harus menguasai daerah tersebut," kata Jeffrey.
Menurut Jeffrey, Alex yang tergolong penerbang senior itu mengetahui secara pasti soal prosedur penerbangan.
Sebagai pilot, Alex, kata Jeffrey, mengetahui bahwa batas minimal ketinggian penerbangan adalah 1.000 kaki di atas daratan.
Akan tetapi, Alex malah meminta izin kepada Air Traffic Center (ATC) untuk turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Padahal ketinggian Gunung Salak adalah 7.000 kaki. Sehingga batas minimal ketinggian menjadi 8.000 ribu kaki.
Saat ingin turun, pilot menginformasikan hal tersebut ke ATC. ATC pun mempertanyakan apakah berdasarkan pandangan mata (visual) pilot, penurunan ketinggian itu aman untuk dilakukan.
"Itu boleh turun ke 6.000, walau ketinggian gunung 7.000. Tapi ditanya dulu sama ATC, itu visual tidak. Kalau mereka bilang visual oke, mereka dibolehkan turun," kata Jeffrey.
Sebenarnya, kata Jeffrey, tak masalah apabila pilot turun melebihi batas minimal. Tapi, tegas Jeffrey, pilot harus memastikan bahwa secara visual, hal itu aman untuk dilakukan.
"Dia boleh terbang di bawah (batas) minimum kalau ada visual itu tadi. Dia harus menguasai (medan). Sehingga kalau dia lihat di sebelah kanan ada gunung pada saat itulah mungkin ada kesalahan di situ. Tidak tepat atau dia kurang menguasai," tutur Jeffrey.