BI Antisipasi Memburuknya Krisis Eropa
Pasokan Valas
Dalam mengantisipasi potensi memburuknya krisis Eropa, khususnya terkait pelaksanaan pemilihan umum di Yunani pada 17 Juni 2012, Bank Indonesia (BI) terus memantau dan telah mempersiapkan langkah-langkah antisipatif yang diperlukan.
“Kami akan meningkatkan pasokan valas di pasar, sesuai dengan kebutuhan sebagai bagian untuk stabilisasi nilai tukar rupiah,” ujar Gubernur BI, Darmin Nasution, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.
Selain intervensi di pasar valuta asing (valas), BI terus melanjutkan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah yang selama ini telah dilakukan.
Diantaranya termasuk pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, penerbitan Term Deposit (TD) valas, dan pengembangan instrumen-instrumen transaksi valas di dalam negeri lainnya.
“BI menilai dampak langsung dari krisis Eropa terhadap korporasi maupun perbankan Indonesia sejauh ini relatif terbatas,” kata Darmin.
Hingga April 2012, posisi utang luar negeri swasta Indonesia dari Eropa tercatat sebesar US$ 21,6 miliar.
Sebagian besar di antaranya berasal dari Belanda (57,3%), Inggris (10,7%), Jerman (6,4%), dan Prancis (2,5%).
“Eksposur utang ke negara-negara PIIGS (Portugal, Irlandia, Italia, Yunani dan Spanyol) sangat kecil. Demikian pula eksposur perbankan Indonesia terhadap Eropa juga relatif kecil,” katanya.
Dampak memburuknya krisis Eropa terutama dirasakan pada tekanan di pasar valas dan pasar keuangan. Dampak tersebut telah terjadi selama ini, dengan intensitas yang meningkat khususnya sejak awal Mei 2012.
“Itu tercermin pada tekanan pelemahan nilai tukar dan penurunan indeks harga saham di kawasan Asia, termasuk Indonesia,” imbuh Darmin.
Sebab itu, BI selama ini telah meningkatkan pasokan likuiditas valas, untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah dan juga melakukan pembelian SBN di pasar sekunder.
Cadangan devisa per 31 Mei 2012 mencapai US$ 111,5 miliar, atau cukup untuk memenuhi 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.
“Sejauh ini kondisi kecukupan likuiditas baik valas maupun rupiah tetap terjaga,” tegas Darmin.
Di samping intervensi pasar valas untuk meningkatkan pasokan valas di dalam negeri, BI juga telah memulai lelang TD valas, yang berjalan dengan sukses.
Saat ini sejumlah instrumen untuk menambah pasokan valas dan instrumen lindung nilai juga disiapkan.
“BI terus melanjutkan langkah-langkah pendalaman pasar valas dalam negeri untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah,” tukas Darmin.
Dia menegaskan, BI juga memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, termasuk tindak lanjut dari nota kesepahaman, dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas sistem keuangan, yang telah ditandatangani pada 7 Juni 2012.
“Dengan Nota Kesepahaman tersebut, telah terdapat kejelasan mekanisme dan rencana tindak di masing-masing institusi maupun koordinasi langkah-langkah yang diperlukan,” kata Darmin.