Film "Romi dan Yuli Dari Cikeusik" Ajarkan Tentang Toleransi
Puluhan orang berkumpul di pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk menonton pemutaran perdana film "Romi dan Yuli dari Cikeusik". Film yang dibuat oleh Denny JA dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo itu mengisahkan tentang diskriminasi dan kebencian yang dialami oleh warga Ahmadiyah.
Pemutaran film "Romi dan Yuli dari Cikeusik" malam ini menjadi pembuka dalam konser yang bertajuk "Beda is Me". Konser itu merupakan acara hasil inisiatif dari Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama (AKKB).
Turut hadir dalam konser itu istri almarhum Abdurahman Wahid yakni Sinta Nuryah Wahid serta perwakilan dari berbagai golongan agama yang terdiskriminasi seperti Ahmadiyah, GKI Yasmin, HKBP Filadelfia, dan gereja di Aceh Singkil.
Film "Romi dan Yuli dari Cikeusik" dikemas dengan kisah cinta yang romantis antara Juleha dan Rochmat. Kisah cinta mereka terbentur oleh perbedaan keyakinan karena Rochmat merupakan seorang Ahmadiyah. Film itu mengambil setting tragedi pembantaian warga Ahmadiyah di Cikeusik pada 6 Februari 2011.
Film itu mengungkapkan nilai penting keberagaman bahwa perbedaan tidak harus melahirkan kebencian, sebaliknya cinta seharusnya berada di atas segala perbedaan.
Pemeran utama dalam film itu adalah Zaskia Adya Mecca dan Ben Kasyafani.
Acara ini menghadirkan sejumlah band dan penyanyi yaitu Lokal Ambience, Marjinal, Kill the DJ, Melanie Subono, dan puncaknya akan menampilkan Superman is Dead (SID).
Salah satu panitia penyelenggara acara, Firdaus, mengatakan konser bertajuk "Beda is Me" adalah salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni lalu.
"Kami ingin membuat acara dengan konsep tidak biasa. Sebab setiap ngomongin Pancasila biasanya hanya lewat seminar atau oleh tokoh-tokoh, padahal Pancasila bukan hanya milik tokoh saja tapi milik anak-anak muda juga maka acara kami konsep dengan gaya anak muda," kata Firdaus.
Firdaus mengatakan konser merupakan bagian acara dalam pekan keragaman yang sudah digelar pada 1-10 Juni 2012. Dia menjelaskan "Beda is Me" adalah penjabaran dari kata Bhineka Tunggal Ika. Lewat pesan "Beda is Me" yang bergaya Indonesia, dia berharap masyarakat khususnya anak-anak muda sadar bahwa Indonesia dibangun oleh bangsa yang beragam, suku, kelompok, dan agama.
Konser ini, didedikasikan untuk para korban kekerasan atas nama agama. Maka, dalam acara ini akan ada kotak donasi yang diedarkan sebagai tanda solidaritas untuk para korban kekerasan atas nama agama.