Jidat Orang Miskin Banyak "Capnya"
Dalam penyampaian visi dan misinya, calon gubernur DKI Jakarta dari jalur independen Faisal Basri mengusung visi Jakarta Kota Kampung Rumah Kita. Dia menyatakan mengutamakan pembangunan keadaban manusia di Jakarta yang saat ini telah hilang.
Kota Jakarta bukanlah onggokan gedung-gedung bertingkat atau gencarnya pembangunan transportasi publik melainkan pembangunan manusianya.
“Mari kita dorong, kita jebol segala hal yang menghambat pembangunan manusia, yang telah menghilangkan keadaban manusia di kota ini. Karena yang dibangun adalah manusia, bukan onggokan gedung bertingkat atau transportasi publik,” kata Faisal Basri dalam pemaparan visi dan misi di DPRD DKI, Minggu (24/6).
Pembangunan keadaban manusia di Jakarta sudah terkikis habis. Tercermin dari, orang miskin dijadikan objek kebijakan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam bentuk cap penerima SKTM, Raskin dan lain lain.
“Sekarang ini jidat warga miskin sudah banyak capnya. Mau raskin dicap miskin jidatnya, mau berobat gratis dicap SKTM dan Gakin jidatnya,” ujarnya.
Menurutnya, hal tersebut harus dirubah dengan membangun dan meningkatkan keadaban manusia. Sebab kalau pembangunan keadabannya sudah beres, maka pemerintah daerah akan dapat membangun dengan konsisten.
Dicontohkannya, selama ini pembangunan keadaban sudah dilakukan kota-kota besar dunia. Seperti, Athena, Roma dan New York. Kota tersebut "memanusiakan" manusianya terlebih dahulu sebelum membangun infrastruktur.
"Pembangunan keadaban yaitu dimana warganya nyaman beraktualiasi ditengah keberagaman, tanpa rasa takut apalagi terhadap ormas yang tidak punya kredibilitas hukum. Keadaban adalah dimana warga tidak ada takut beribadah," tegasnya.
Tidak hanya itu, pembangunan keadaban adalah pembangunan tanpa mengusur. Jika memimpin DKI Jakarta nantinya, dia berjanji tidak mengorbankan tempat tinggal orang miskin untuk kepentingan para pemodal.
Untuk membangun keadaban manusia, Faisal akan menjadikan para pemuda sebagai mitra dan ujung tombak pembangunan ekonomi di DKI Jakarta. Usia rata rata 25 -29 tahun yang ada di DKI Jakarta, menjadikan Jakarta sebagai kota dengan usia paling produktif di Indonesia.