Pemuda Demokrat Indonesia Komitmen Hapus Liberalisme
Organisasi yang pernah menjadi underbouw atau organisasi sayap Partai Nasional Indonesia (PNI), Pemuda Demokrat Indonesia, bangkit lagi dengan semangat menyebarkan paham nasionalisme dan menghalau pengaruh buruk liberalisme dari Indonesia.
"Kami akan melaksanakan kongres nasional pada Januari tahun depan. Tadi malam, pertemuan pra kongres," kata Ketua Dewan Pembina Pemuda Demokrat (PD) Indonesia, Edwin H.Suekowati, dalam keterangan pers organisasi itu yang diterima di Jakarta, hari ini.
Dia mengatakan, kebangkitan kembali partainya merepons bentuk kolonialisme, kapitalisme, dan imperialisme seperti yang terjadi di masa kelahiran partinya jaman penjajahan. "Kita tolak paham-paham negatif yang mengandung kejahatan kapitalisme," kata Edwin.
Saat ini, Indonesia sangat tercengkeram dan tak bisa lepas dari permainan serta jerat liberalisme dengan ciri tidak bisa berdaulat di negeri sendiri. Para pemodal asing dibiarkan masuk ke Indonesia berkolaborasi dengan pejabat menghasilkan pengusaha yang berkolaborasi dengan asing.
Akibatnya, pengusaha lokal dan kecil mati, sementara sumber daya dan anggaran negara dihisap habis-habisan oleh kroni pengusung liberalisme.
"Contoh soal BBM, kita impor minyak mentah dari Iran dan Libya. Jenis inilah yang dibawa ke kilang Balongan dan Cilacap. Minyak jenis lain tak bisa masuk. Kita tergantung itu. Penyediaan disediakan oleh kartel tertentu, dan itu yang dikuasai melalui Petral. Dan itu semua dibayar kakek, bapak, sampai cucu anda melalui pajak," beber Edwin.
"Presiden tak bisa apa-apa karena sudah terjerat liberalisme dan kapitalisme itu."
Kondisi semakin parah karena tangan-tangan jahat liberalisme memasuki partai politik sehingga memunculkan krisis besar.
"Kita ini bukan krisis kepemimpinan nasional, tapi krisis kepartaian. Banyak calon pemimpin nasional, namun dia tak ada kesempatan karena partai sudah berubah jadi agen liberal kapitalis," tandas dia.
Dia melanjutkan bahwa banyak anggota Pemuda Demokrat Indonesia yang tersebar sebagai anggota partai politik di Indonesia. "Sayangnya tokoh-tokoh kita banyak ditolak karena menelurkan pemikiran nasionalis yang tegas," tuturnya.
Pemuda Demokrat Indonesia didirikan 31 Mei 1947 oleh tokoh nasionalis seperti Isnaini dan Soebagyo Reksodipuro. Saat itu, secara resmi mereka adalah underbouw PNI.
Pada 1962, nama organisasi diubah menjadi Pemuda Marhaenis. Krisis 1965 menjadikan perpecahan terjadi di internal Pemuda Marhaenis dan menjadi masa suramnya. Kegiatan vakum hingga 1973, dibentuk kepengurusan baru Pemuda Marhaenis.
Pada 1999, para pengurus organisasi mencoba mendirikan partai bernama Partai Nasional Demokrat, namun gagal berbicara banyak saat pemilu. Nama partai kemudian diambil alih oleh Patrice Rio Capella dan mendirikan Partai Nasdem pada tahun lalu.
Pada 2002, Pemuda Demokrat Indonesia kembali melaksanakan kongres, dan menunjuk Haryanto Taslam sebagai Ketua Umum, dan Ribka Tjiptaning sebagai Sekjen.
"Melalui kongres ini, selain mencari kepemimpinan baru, kami juga akan ciptakan 1000 kader pertahun yang paham ideologi nasionalis," kata Edwin.