Duel Jokowi vs Foke Lebih Panas
Ilustrasi Duel Jokowi vs Foke |
Pilgub Dua Putaran, Validitas Lembaga Survey Dipertanyakan
Hampir dipastikan Pilgub DKI Jakarta akan dilangsungkan dua putaran dengan dua peserta tersisa, pasangan Jokowi-Ahok melawan Fauzi Bowo-Nahrowi. Ini setelah sejumlah hasil quick count menyebutkan kemenangan Jokowi atas rival-rivalnya dengan suara sekitar 42 persen. Disusul Fauzi Bowo 34 persen, Hidayat Nur Wahid sekitar 11 persen dan sisanya di bawah 10 persen.
Karena Tidak ada pemenang yang meraih 50 persen suara lebih, maka Pilgub akan dilanjutkan dua putaran. Menurut hasil penghitungan cepat (quick count) Jaringan Suara Indonesia (JSI), Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung putaran kedua. Dari enam pasangan yang bertarung di pesta demokrasi lokal itu, pasangan Jokowi-Ahok dengan nomor urut 3 berada di posisi pertama dengan perolehan 41,97 persen.
Sedangkan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dengan nomor urut 1 berada di posisi kedua dengan perolehan 34,42 persen. Berada pada posisi ketiga yakni pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini nomor urut 4 dengan perolegan suara 11,4 persen. Di posisi keempat terdapat pasangan Faisal Basri-Biem Benyamin nomor urut 5 dan pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono nomor urut 6 dengan perolehan sama yakni 5,16 persen.
Sementara pasangan Hendardji-Riza nomor urut dua berada di posisi terkahir dengan perolehan 1,88 persen. Sejumlah quick count lain juga menampilkan hasil yang kurang lebih sama. Quick count Prisma melaporkan, Jokowi-Ahok mendapat 42,75 persen dan Foke-Nara 34,53, quick count Indo Barometer Jokowi-Ahok meraih 42,9 persen dan Foke-Nara 33,6 persen, quick count Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jokowi-Ahok 42,56 persen dan Foke Nara 33,60 persen.
Sedangkan quick count Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Jokowi-Ahok mendulang 43,04 persen dan Foke-Nara 34.17 persen. Kordinator Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin mengatakan, hasil penghitungan cepat, membuktikan imbauan kepada pemilih untuk tidak percaya terhadap lembaga survey. "Sekarang terbukti, mereka tidak lebih dari korporasi pencari uang.
Utamanya adalah lembaga survey yang pernah merilis bahwa nomor 1 akan menang satu putaran dengan perolehan suara di atas 50 persen," terang Said kemarin. Saat ini, kata dia, semua melihat bahwa warga Jakarta benar-benar sudah cerdas. "Perolehan suara Jokowi yang melampaui Foke membuktikan hal itu," terangnya. Sosok yang sederhana dan berhasil dari sebuah daerah, di antaranya menjadi salah satu kepala daerah terbaik di dunia, lebih didambakan oleh pemilih.
Lainnya, hasil penghitungan cepat, menggugurkan adanya pertimbangan etnis, bahkan agama oleh warga Jakarta dalam pemilukada. "Masyarakat tidak lagi peduli dengan itu semua," pungkasnya. Menurut Wakil Direktur Eksekutif JSI Fajar S Tamin, dari hasil penghitungan cepat tersebut Pilgub DKI 2012 akan berlangsung dua putaran. Kendatipun pihaknya belum memprediksi limpahan dukungan empat pasangan calon yang tidak lolos di putaran pertama.
”Itu akan kami survey lagi. Namun pendekatan personal akan sangat menentukan kemana dukungan empat pasangan tersebut,” tuturnya. Kemenangan Jokowi di putaran pertama dinilai belum berarti dia akan memenangkan putaran kedua. Sebab, dia masih butuh sekitar 7 persen suara tambahan untuk mengunci kemenangan. Sementara Fauzi Bowo masih butuh sekitar 16 persen tambahan suara.
Akhirnya, suara massa pendukung Hidayat Nur Wahid, Faisal Basri, Alex Noerdin, dan Hendardji bisa jadi penentu kemenangan salah satu calon. Meski kans terbesar ada di kubu Jokowi tetapi kompetisi di putaran kedua diprediksi akan berlangsung lebih panas. Potensi itulah yang ditangkap Jokowi yang kemarin siang usai pencoblosan langsung merapat ke kubu Hidayat Nur Wahid. Jokowi yang juga Walikota Solo itu mengakui, selain untuk tujuan silaturahmi, pertemuan dengan Hidayat juga sudah mengantisipasi putaran II pilgub DKI.
Hanya saja, ditegaskan Jokowi, pembicaraan masih sangat awal. Dia menyebut, mantan Presiden PKS itu baru tingkat menyampaikan kemauan untuk mendukungnya di putaran II. "Perlu dikonkritkan, agar dukungan konkrit, dukungan yang riil, yang betul-betul mendukung," ujar Jokowi.
Dikatakan walikota penggemar musik aliran cadas itu, bukan hanya pendukung Hidayat-Didik yang ingin dia gaet untuk bekal maju di putaran kedua, menghadapi incumbent, Foke-Nara. Warga DKI lainnya, yang pada putaran pertama belum mendukungnya, juga akan diupayakan untuk beralih mencoblosnya di pemunguatan suara putaran kedua nanti. Karenanya, di masa jeda untuk menunggu pemungutan suara tahap kedua nanti, Jokowi mengaku akan terus berkeling menemui warga DKI Jakarta.
"Saya akan muter-muter Jakarta, sambil cari makan," cetusnya, disambut tawa para pendukungnya, yang setia mengerumuni pria bertubuh ceking itu. Lantas bagaimana suara dari kubu Foke? Kepada wartawan, Foke menegaskan optimismenya untuk bisa menang di putaran kedua. "Kita gelorakan semangat juang dan optimisme yang tinggi. Perjuangan belum selesai.
Kita tunggu putaran kedua. Insya Allah kita menang pada putaran kedua," kata Foke. Menurutnya, dia optimistis menang pada putaran kedua karena perbedaan suara dengan rivalnya, Jokowi-Ahok, hanya sekitar 8-9 persen. ”Kami yakin potensi (massa) yang kenal (kepada kami) segera merapat ke kami," timpal Nara. Pada kesempatan tersebut, Foke turut didampingi Nara dan tim suksesnya.
Keduanya sempat mengucapkan terima kasih kepada para tim sukses, pendukung, dan kelompok orang yang mengaku sebagai massa loyalis Foke-Nara. Para simpatisan ini dianggap berjasa pada putaran Pilgub 2012 putaran pertama. Secara terpisah, Direktur Eksekutif Puskaptis Yusin Yazid mengatakan, kekalahan Foke dikarenakan sejumlah faktor. Paling utama adalah kinerja tim sekses yang buruk. Tim sukses Foke-Nara, kata dia, selama ini terkesan tidak profesional dan kurang kreatif. Selain itu, pendekatan kepada media massa juga kurang baik.
Karena, tidak semua media massa dirangkul, melainkan hanya media-media tertentu saja. "Jadi, kalau ingin menang di putaran ke dua, Foke-Nara harus mengevaluasi tim medianya," kata Yusin. Selain itu, mesin Partai Demokrat (PD) sebagai salah satu partai pengusungnya, tidak bekerja secara maksimal. Pendekatan kepada masyarakat dan simpatisan juga kurang.
"Dari semua partai yang memajukan calon di Pilkada, sebenarnya yang efektif bekerja hanya PKS. Karena itu dari perhitungan cepat kami, pasangan Hidayat Nur Wahid - Didik J Rachbini memperoleh 11,97 persen, sesuai dengan jumlah massa PKS yang memang berkisar antara 11-14 persen. PDIP pun sebenarnya tidak bekerja efektif. Jokowi menang karena warga Jakarta merasa, figur seperti Walikota Solo itulah yang mereka butuhkan," jelasnya.
Menurut pakar politik Universitas Indonesia, Prof. Budyatna, hasil penghitungan cepat mencerminkan keinginan warga Jakarta. Menurut dia, pemilih di Jakarta sudah mulai cerdas serta tidak fanatik kesukuan. "Dan lagi dulu orang lebih percaya kepada incumbent, sekarang orang melihat perubahan," ujarnya Rabu kemarin.
Terkait hasil penghitungan cepat, Budyatna mengaku, suara dari empat kontestan akan jadi rebutan. Menarik ditunggu akan mendukung siapa, partai politik ataupun independen yang jagonya tidak lolos keputaran ke dua. "Saya melihat, dari enam kontestan, lima calon selalu mengkritik Foke. Jadi ada kemungkinan suara yang tidak menang, sebagian besar akan mengarahkan ke Jokowi," pungkas Budyatna.