Tak Menggandeng Seluruh Partai, Foke Terancam
Foke |
Kelemahan yang ada di tim sukses Fauzi Bowo-Nachrowi yakni ketiadaan figur yang mampu membangun komunikasi dengan para pimpinan basis massa.
Ketua Bidang Departemen Politik PDI Perjuangan Marihot Napitupulu menegaskan tengah menjajaki rencana koalisi dengan sejumlah parpol menuju Pilkada DKI putaran kedua pada 20 September mendatang. Meskipun KPU DKI Jakarta baru akan memutuskan hasil Pilgub pada 20 september mendatang, angka penghitungan cepat yang menempatkan Jokowi-Ahok dengan persentase 43 persen, sementara Foke-Nara 34 persen, sebagai gambaran awal untuk menentukan langkah. “Kemenangan Jokowi-Ahok merupakan bukti nyata bahwa masyarakat menginginkan perubahan nyata.
Begitupun dengan sejumlah parpol yang memiliki keinginan yang sama,” ujar Marihot kepada INDOPOS, kemarin (13/7). Karena itu, upaya membangun komunikasi secara intensif terus dilakukan kepada sejumlah parpol. “Selama ini banyak parpol yang juga menyusun sejumlah program yang pro rakyat. Sebab masyarakat butuh kepastian, bukan sekedar angan-angan.
Makanya koalisi dengan parpol sangat dimungkinkan,” tandas Marihot. Sambil menunggu koalisi parpol, sambung Marihot, pihaknya membuka posko pengaduan masyarakat yang tidak mendapatkan hak suara pada pemilihan 11 Juli. Hasilnya akan dijadikan bahan diskusi dengan KPU DKI Jakarta. “Perlu dicarikan solusinya. Jangan sampai ada hak politik masyarakat yang hilang,” imbuhnya.
Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik Amir Hamzah menilai, bila pasangan calon bisa menggalang koalisi parpol dimungkinkan bisa memenangkan Pilkada DKI di putaran kedua. Bahkan, bila Fauzi Bowo mampu menggandeng PKS, Golkar dan PPP diyakini bisa mendulang dukungan suara hingga 60 persen. “Tinggal bagaimana keduanya melakukan pendekatan kepada parpol-parpol tersebut,” kata dia.
Salah satu pendekatan yakni seperti yang dilakukan oleh Jokowi dengan Hidayat Nur Wahid. Kendatipun masih terdapat kehati-hatian oleh basis massa PKS atas perbedaan ideologi parpol pendukung. “Ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati,” tutur Amir. Pada prinsipnya, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi mampu mendulang suara signifikan bila memaksimalkan potensi melalui pendekatan kultural.
“Fauzi dengan NU dan Nachrowi dengan Muhammadiyah. Kalau dua basis massa ini solid, sudah cukup untuk memenangkan pilkada. Perlu dilakukan revitalisasi sosial kultural,” tambah Amir. Amir mencontohkan, kelemahan yang ada di tim sukses Fauzi Bowo-Nachrowi yakni ketiadaan figur yang mampu membangun komunikasi dengan para pimpinan basis massa. “Ini harus dipikirkan. Selama ini tidak ada orang di tim sukses yang bisa komunikasi dengan tokoh-tokoh selevel Said Agil Siradj (NU) dan Din Syamsudin (Muhammadiyah),” tukasnya.