Harris: Kader Gerindra Dipecat, Tragedi Demokrasi Partai
Demikian proklamator Muhammad Hatta menulis 52 tahun yang lalu.
Menurut Muhammad Harris Indra, Ketua Bidang Pertahanan DPP Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), tulisan lawas Hatta itu masih relevan di dalam kehidupan kita saat ini.
"Rezim Orde Baru dirubuhkan oleh rakyat Indonesia karena memenjarakan demokrasi dan tegaknya supremasi hak asasi manusia (HAM)," jelas Indra di Jakarta, Jumat (6/7).
Ia menerangkan, tujuan rakyat Indonesia menjatuhkan rezim diktator dan represif di era Soeharto adalah untuk menghilangkan kesewenangan yg dibuat oleh pemimpin lama.
Namun, hal itu bukan justru menghadirkan diktator baru dalam era kehidupan selanjutnya.
Oleh sebab itu, Indra menjelaskan, merupakan sebuah kesalahan besar apabila kita mendiamkan sikap otoritarian pemberhentian Fami Fachrudin, Ketua Bidang Ilmu Pengetahuan DPP Partai Gerindra oleh Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
"Pemberhentian dan penghilangan nama Fami Fachrudin dalam struktur DPP Partai Gerindra adalah tragedi demokrasi partai kita."
"Kami ingin mengabdi kepada Republik, melalui ide dan gagasan Prabowo. Namun jika Prabowo kemudian menyelingkuhi ide dan gagasannya sendiri. Maka kita patut untuk mengkoreksi kekeliruan tersebut, dan bukan untuk mendiamkan," ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut Indra, demi demokrasi dan aufklarung cita-cita dalam mendirikan partai Gerindra, ia memberanikan diri membuat catatan kecil ini sebagai reaksi atas munculnya bibit diktator baru.
"Sejarah sudah menulis, diktator hadir karena dibentuk justru oleh orang disekitarnya yang mendiamkan ketika pemimpinnya salah,' paparnya.
Ketika dikonfirmasi, Fami Fachruddin menolak menjelaskan lebih jauh soal pencoretan namanya di DPP Gerindra.
"Nanti aku jelaskan dalam 1-2 hari ini," ujarnya kepada wartawan
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengaku tidak ikut campur dalam perombakan susunan DPP Partai Gerindra termasuk soal pencopotan Fami.