Jenderal Suriah Membelot ke Prancis
Seorang jenderal Suriah yang berasal salah satu keluarga paling berkuasa dan termasuk dalam lingkaran dalam Presiden Bashar al-Assad telah menyeberang ke Paris, Prancis, demikian ungkap Menteri Luar Negeri Laurent Fabius, Jumat (6/7).
Fabius menggambarkan perkembangan terbaru itu sebagai "pukulan keras bagi rezim Assad", membuktikan bahwa kelompok pendukung Assad pun sudah menyadari bahwa rezim yang kini menguasai Suriah itu tidak stabil.
Brigadir Jenderal Manaf Tlas meninggalkan Suriah melalui Turki. Kepergiannya merupakan salah satu aksi pembelotan tingkat tinggi sejak aksi protes meletus di negeri itu.
Adapun website pro-pemerintah Suriah menyebut Jenderal Tlas "melarikan diri" dan menambahkan bahwa kepergiannya "tidak signifikan" bagi pemerintah Suriah.
"Pejabat senior dari rezim Suriah, seorang komandan Garda Republik, telah membelot dan datang ke Paris. Bahkan mereka yang dekat dengan Assad telah mulai sadar bahwa seseorang tidak boleh mendukung seorang pembantai seperti Bashar al Assad," kata Fabius.
Ayah Manaf, mantan Menteri Pertahanan Mustafa Tlas, dilaporkan menetap di Prancis. Meski demikian alasan mengapa ia membelot baru akan jelas ketika Jenderal Manaf berbicara di hadapan publik.
Sementara itu Amer al-Sadeq, anggota kelompok oposisi yang berbasis di Damaskus menilai pembelotan itu sebagai "tanda-tanda bagus".
"Tentara yang membelot, seperti yang banyak kami saksikan, dan perwira yang membelot, semakin banyak akan semakin membuat rezim kian lemah," kata Sadeq kepada BBC.
Brigadir Jenderal Tlas, yang diyakini masih berusia 40an, adalah komandan pasukan elit Suriah, Garda Republik. Ketika masih belia, ia mengikuti pelatihan militer bersama Presiden Assad.
Menurut sumber BBC, Tlas telah dikenai tahanan rumah sejak Mei 2011 karena menolak solusi militer yang diterapkan rezim Assad menghadapi protes anti-pemerintah. Ia juga pejabat pemerintah pertama yang mau bertemu pihak oposisi dan memulai dialog.