Kiat Menghadapi Gendam dan Sirep
"Beberapa kejadian hipnotis atau gendam sudah pernah terjadi. Berdasarkan keterangan yang didapat saat pengungkapan, biasanya pelaku berpenampilan rapi dan berperilaku baik-baik. Kedok tersebut dilakukan untuk mengelabui calon korban. Karena dikira orang baik, makanya orang mudah percaya," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi, Rikwanto, kepada Beritasatu.com.
Dikatakan Rikwanto, pihaknya sudah beberapa kali mengungkap tindak kejahatan bermodus hipnotis dan menangkap pelakunya.
"Polisi pernah menerima beberapa laporan dan menangkap pelakunya. Ketika terjadi peristiwa, polisi kemudian meminta keterangan korban serta saksi bagaimana ciri-ciri pelaku, lalu olah TKP (Tempat Kejadian Perkara), melakukan penyelidikan atau pengejaran, dan menangkap tersangka," tambahnya.
Terkait antisipasi, kata Rikwanto, dalam beberapa kesempatan pihaknya juga kerap melakukan razia dadakan di sejumlah tempat yang dinilai rawan tindak kejahatan hipnotis.
"Polisi melakukan upaya antisipasi, melalui razia dadakan di beberapa tempat seperti terminal atau stasiun yang dimungkinkan terjadi tindakan hipnotis atau gendam. Upaya seperti itu akan terus dilakukan untuk menekan tingkat kejahatan bukan hanya hipnotis, namun juga kejahatan lainnya," terangnya.
Rikwanto mengimbau, agar masyarakat tak mudah percaya dengan orang yang baru dikenal dan selalu waspada.
"Buat masyarakat, kami imbau agar paham dengan lingkungan sekitar bila berpergian. Jangan mudah percaya dengan orang lain yang baru dikenal, apalagi yang menawarkan minuman dan barang lainnya. Jangan melamun dan jangan gampang menerima bantuan orang tak dikenal, karena bukan tidak mungkin orang tersebut punya maksud tertentu seperti gendam dan hipnotis. Harus tetap waspada, sebab kalau sampai dibius atau dihipnotis korban bisa tak sadar dan pelaku dengan mudah mengambil barang-barang pribadi yang dimilikinya," tandasnya.
Sementara itu, dr. Tubagus Erwin Kusuma SpKJ (K), psikiater dari Pro V clinic, Jakarta mengatakan, bahwa untuk menangkal gendam dan sirep, maka seseorang harus memperkuat auranya dan dibuat benteng.
Caranya, dengan mengikuti pelatihan aura yang dipandu oleh seorang terapis berpengalaman. "Ada teori dan pelatihan aura. Untuk pelatihan pengertian dasarnya saja membutuhkan waktu 18 jam," imbuhnya.
Untuk melihat adanya perubahan aura yang semakin menguat, lanjut dia, bisa dilakukan foto aura sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. "Jadi menangkal gendam dan sirep tidak berdoa saja, karena memang menghadapi tipu daya tersebut tidak tergantung dari iman seseorang. Anda juga harus belajar taktik dan latihan. Ibaratnya, kalau ingin menang pertandingan bola, tidak cukup dengan berdoa, tetapi juga harus belajar taktik dan banyak berlatih," jelasnya panjang lebar.
Sementara itu, seorang ulama bernama, KH Ir Nugroho Moempoeni MBA mengatakan, bahwa kiat untuk menghadapi gendam dan sirep adalah menghindari diri dari pikiran kosong seperti melamun. "Daripada melamun lebih baik perbanyak dzikir atau berdoa sesuai agama dan kepercayaannya untuk membentengi dirinya dari pengaruh negatif," imbuhnya.
Menghadapi praktik gendam dan sirep untuk memperdayai korban, pelindung Yayasan As-Sholihah Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon ini menyarankan untuk memperbanyak doa sebagai berikut:
1. Umat muslim disarankan melakukan shalat sunnah tasbih minimal sekali dalam sehari, kemudian sering dzikir Al Ikhlas di mana pun berada.
2. Umat Katolik disarankan memanjatkan doa rosario minimal sekali dalam sehari.
3. Umat Protestan disarankan memanjatkan doa Syafaat minimal sehari dalam sehari.
4. Untuk Umat Hindu dan Budha disarankan memanjatkan doa Gayatri sambil memegang hio minimal sekali dalam sehari.
Semua doa tersebut, kata Nugroho, tak hanya bermanfaat untuk mencegah pengaruh negatif seperti, energi negatif, makhluk gaib maupun orang jahat, tapi juga untuk perlindungan dalam segala hal, keselamatan, kesehatan dan rezeki.