Magnet Jokowi Bukan Partai
Ilustrasi |
Kalau dasar berpikirnya harus ada perubahan melalui jalur regenerasi kepemimpinan partai, tidak ada masalah Jokowi disiapkan dan diusung untuk menjadi calon presiden dalam Pilpres 2014 mendatang.
Pasangan yang diusung PDIP dan Partai Gerindra, Jokowi-Ahok, berdasarkan hasil penghitungan cepat memenangkan putaran pertama Pilkada DKI 2012. Kemenangan Jokowi dinilai bukan karena pengaruh partai politik (parpol) pendukung melainkan murni karena faktor figur Jokowi sendiri.
Pasangan yang diusung PDIP dan Partai Gerindra, Jokowi-Ahok, berdasarkan hasil penghitungan cepat memenangkan putaran pertama Pilkada DKI 2012. Kemenangan Jokowi dinilai bukan karena pengaruh partai politik (parpol) pendukung melainkan murni karena faktor figur Jokowi sendiri.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Ibramsyah mengatakan, hal itu terbukti dari keoknya cagub usungan Partai Golkar, Alex Noerdin. Artinya, menurut Ibramsyah, masyarakat sudah tidak lagi mempertimbangkan partai pengusung calon gubernur.
’’Pelajaran dari Pilkada DKI kemarin, Alex yang diusung partai besar seperti Golkar dan PPP jatuh di posisi kelima hasil dari perhitungan cepat. Ini membuktikan bahwa warga terutama di Jakarta sudah tidak lagi melihat partai pengusung di balik kandidat,’’ Ibramsyah saat dihubungi wartawan, Kamis (12/7).
Ibramsyah menambahkan, kemenangan Jokowi menunjukkan bahwa masyarakat Jakarta merindukan sosok figur pemimpin yang dekat dengan rakyat. Menurut dia, figur birokrasi maupun tokoh nasional mulai dikesampingkan warga Jakarta.
’’Pemimpin seperti sosok Jokowi dinilai lebih memperlihatkan figur yang dekat dengan rakyat, sedangkan sosok Foke yang cenderung birokratis dan Hidayat yang diusung-usung sebagai tokoh nasional sudah tidak populer lagi di mata warga Jakarta,’’ papar Ibramsyah.
Menurut Ibramsyah, calon gubernur independen yang tidak didukung parpol semestinya bisa mendulang suara masyarakat. Hanya saja, calon independen selalu lemah dalam membentuk basis massa.
’’Independen selama ini memiliki kelemahan jaringan dan basis massa yang tidak kuat di grassroot, tidak seperti calon dari partai politik. Sehingga pas pemilihan seringkali massa mereka tercerai-berai," pungkas Ibramsyah.
Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan PDI Perjuangan (PDIP), Taufiq Kiemas mengatakan kemenangan Jokowi-A Hok dalam putaran pertama Pemilukada DKI Jakarta merupakan fenomena baru. ’’Ini bakal berdampak terhadap peta politik internal di PDIP, terkait pilpres 2014,’’ kata Taufiq Kiemas, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Kamis (12/7).
Tapi apakah dampak itu benar-benar Jokowi bisa diajukan sebagai capres, menurut Ketua MPR itu, sangat tergantung pada Ketua Umum PDIP, Ibu Megawati. ’’Kalau dasar berpikirnya harus ada perubahan melalui jalur regenerasi kepemimpinan partai, tidak ada masalah Jokowi disiapkan dan diusung untuk menjadi calon presiden dalam Pilpres 2014 mendatang,’’ tegasnya.
Dikatakan, kemenangan Jokowi ini tidak disangka-sangka dan itu seperti mengulang sejarah PDIP pada 1999. Saat itu, Megawati bersama partainya menang telak dalam Pemilu. "Jadi, membalikkan segala peta yang ada. Survei semua kalah. Itu seperti tahun 1999 semua tidak menyangka Mbak Mega menang, padahal kita tidak punya apa-apa,’’ kenang Taufiq Kiemas.
Selain itu, Taufiq mengingtakan Jokowi tidak perlu euforia dulu. ’’Kita harus tenang, sabar, dan berkonsep. Sebab, jika tidak selesai selama 2 tahun nasibnya akan sama dengan gubernur sebelumnya,’’ ungkap Taufiq.
Taufiq balik bertanya, kalau bukan Jokowi, lalu siapakah kader muda PDIP paling layak menduduki kursi kandidat capres? ’’Yang tahu, Ibu Mega,’’ imbuhnya.
Demokrat Bantah Kalah
Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR Nurhayati Ali Assegaf membantah kekalahan Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli di Pemilukada DKI 2012 akibat melorotnya citra partai binaan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu akibat kasus korupsi. Nurhayati menegaskan, masyarakat DKI sudah cerdas dalam mengenali para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang bersaing.
Demokrat Bantah Kalah
Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR Nurhayati Ali Assegaf membantah kekalahan Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli di Pemilukada DKI 2012 akibat melorotnya citra partai binaan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu akibat kasus korupsi. Nurhayati menegaskan, masyarakat DKI sudah cerdas dalam mengenali para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang bersaing.
“Saya rasa masyarakat kan sudah cerdas, melihat calon dan pendukungnya. Tapi ini tidak begitu saja diartikan ada kaitannya dengan PD yang kemudian merosot. Tidak secara harfiah harus diartikan demikian,” bantah Nurhayati, menjawab wartawan, Kamis (12/7) di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Namun Nurhayati enggan mengomentari saat ditanya apakah merosotnya suara Foke karena sebagai incumbent gagal memimpin DKI. “Kami belum bisa bicara demikian, karena inikan baru hasil quick count (perhitungan cepat),” kata Nurhayati.
Menurutnya, hasil quick count tidak bisa seratus persen. Namun ia mengakui hasil hitung cepat itu bisa menjadi acuan sementara. “Nanti kalau kita sudah nerima hasil dari KPUD secara keseluruhan tentunya kita baru bisa menjabarkan, apa yang menjadi permasalahan kita dalam kekalahan,” ujarnya.
Dia menegaskan, di putaran kedua nanti pihaknya harus bekerja lebih keras. Termasuk memperkuat koalisi partai pendukung Foke. Dia menegaskan, semua anggota F-PD untuk ikut membantu dalam memengkan pasangan Foke-Nara. “Karena bagaimanapun juga ini pekerjaan kita bersama. Untuk putaran kedua kita harus bekerja lebih keras lagi,” tegasnya. Bagaimana dengan cagub lain?
Golkar Sulit Taklukkan Jakarta
Golkar Sulit Taklukkan Jakarta
Ketua DPP Partai Golkar, Hajrianto Tohari mengakui bahwa kekalahan Alex Noerdin-Nono Sampono di pemilukada DKI Jakarta, Rabu (11/7) kemarin, menandakan ibukota bukan medan yang mudah bagi Partai Golkar. Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai Golkar itu menegaskan, dari dulu DKI Jakarta itu memang bukan lumbung suara Golkar.
"Lihat saja kursi Golkar di DPRD DKI sekarang ini cuma tujuh kursi. Untuk maju dalam pilgub sekarang ini saja Golkar perlu bantuan koalisi dari PPP dan PDS. Jadi memang DKI ini medan yang berat bagi Golkar," kata Hajrianto, di Jakarta, Kamis (12/7).
Dijelaskan, pemilih DKI Jakarta itu memang memiliki karakter yang unik dan sangat berbeda dengan pemilih di daerah lain. "Tidak salah memang kalau namanya Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Rakyat Jakarta itu memang khusus. Lihat saja pemilu-pemilu sejak zaman Orde Baru, DKI Jakarta itu hampir-hampir tidak pernah bisa ditaklukkan Golkar," katanya.
Bahkan, kata dia, pada masa Pemerintahan Presiden Suharto sedang kuat-kuatnya, Golkar kalah di Jakarta. "Perhatikan saja Pada awal reformasi yang menjadi pemenang adalah PDIP, tetapi pada pemilu 2004 PKS berada di atas. Walhasil, kekalahan cagub Golkar di Pilgub DKI Jakarta 2012 ini tidak perlu terlalu didramatisasi sebagai indikasi kekalahan Golkar secara nasional," kata Hajrianto.
Karena dia menilai pemilih Jakarta itu sangat rasional, situasional, dan likuid sekali. Menurutnya, tidak ada pemilih tradisional yang fanatik di DKI ini.
Maka parpol-parpol harus benar-benar bermain cerdas di kota ini. "Tidak bisa asal pukul begitu saja. Harus benar-benar cerdik dan piawai mengatur taktik dan strategi," katanya.
Dia menjabarkan, dalam konteks dan perspektif seperti ini lantas bagaimana posisi Partai Golkar selanjutnya dalam putara kedua nanti? "Saya berpendapat lebih baik PG tidak koalisi dengan partai atau calon gubernur manapun. Bebaskan anggota PG untuk memilih. Sementara PG mencermati keadaan dengan tajam untuk dijadikan bahan perumusan strategi menghadapi Pemilu 2014," katanya.
Awasi Rekapitulasi
Proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS selalu diawasi saksi dari tiap-tiap pasangan calon. Para saksi tersebut diharapkan bisa mencegah upaya kecurangan baik dari pihak penyelenggara maupun pihak pasangan calon sendiri.
Awasi Rekapitulasi
Proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS selalu diawasi saksi dari tiap-tiap pasangan calon. Para saksi tersebut diharapkan bisa mencegah upaya kecurangan baik dari pihak penyelenggara maupun pihak pasangan calon sendiri.
KPU DKI berharap saksi pasangan calon tidak hanya mengawal proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS saja. Proses penghitungan suara oleh KPU DKI yang masih akan berlangsung hingga 20 September diharapkan juga ikut diawasi.
"Kami meminta bahkan dalam sosialisasi KPU kepada tim sukses pasangan calon, agar semua saksi mengawal penghitungan dan untuk rekapitulasi perolehan suara dari TPS sampai tingkat provinsi," ujar Ketua Pokja Sosialisasi, Pemungutan dan Penghitungan Suara KPU DKI Jakarta Sumarno di kantornya, Kamis (12/7).
Menurut Sumarno, potensi kecurangan masih tetap besar di setiap tahap penghitungan suara. Karenanya, ia meminta saksi menjaga kotak suara bahkan jika perlu menginap di tempat penghitungan berlangsung.
Menurut Sumarno, potensi kecurangan masih tetap besar di setiap tahap penghitungan suara. Karenanya, ia meminta saksi menjaga kotak suara bahkan jika perlu menginap di tempat penghitungan berlangsung.
"Pergerakan kotak suara itu juga menjadi titik rawan kecurangan yang harus dicermati. Jadi saksi dipersilakan kalau mau menunggui kotak suara, kalau perlu menginap buat jaga kotak suara," tuturnya.
Namun, sayangnya beberapa pasangan calon tampaknya tidak berpikiran serupa. Hasil perhitungan cepat dari berbagai lembaga survei yang telah memetakan perolehan suara para pasangan calon tampaknya telah mengendurkan semangat pihak pasangan calon yang kalah untuk mengawal perhitungan suara Pilkada DKI 2012.
Pantauan di kantor Kelurahan Gambir, hanya ada saksi dari 3 pasangan calon yang mengawasi proses penghitungan suara. Saksi tersebut mewakili pasangan calon Foke-Nara, Jokowi-Ahok, dan Hidayat-Didik.
Dari hasil perhitungan cepat yang dilakukan beberapa lembaga survey, pasangan calon Jokowi-Ahok meraih suara terbanyak dengan selisih sekitar 9 persen dari pasangan Foke-Nara yang berada di posisi kedua.
Tak Ngantor
Tak Ngantor
Di bagian lain, sehari setelah pemungutan suara 11 Juli 2012, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo tak muncul di kantornya. Padahal, hari ini Foke -sapaan Fauzi- hari ini dijadwalkan melakukan sejumlah kegiatan di gedung Balai Kota.
Agenda kegiatan Foke hari ini di antaranya menerima Sekda, Inspektur dan Asbang di ruang rapat 1 Gubernur pada pukul 09.00 WIB. Kemudian pada pukul 10.00 WIB diagendakan menerima Sekda, As Ek, As Bang dan Tim, perihal Permohonan Penyesuaian Tarif Parkir di ruang rapat 1 Gubernur pada pukul 11.00 WIB.
Hingga pukul 13.00 WIB, Foke belum juga muncul di Balai Kota Pemprov DKI Jakarta. Sejumlah agenda kegiatan rapat pun terpaksa batal digelar. Staf Humas Pemprov DKI Jakarta, Aan Nurjanah membenarkan pembatalan agenda rapat Pemprov DKI Jakarta tersebut. "Iya (batal)," kata Aan lewat pesan singkat kepada wartawan, Kamis (12/7).
Aan mengatakan bahwa Foke dijadwalkan menghadiri kegiatan di Exhibition Hall, Ecopark TIJA, Ancol, Jakarta Utara pada pukul 14.00 WIB. Agenda kegiatan yakni melepas calon Peserta Program Pengembangan Diri Yayasan Putera Bahagia Jaya 2012.