Meski Populer, Prabowo Dibayangi Isu Negatif
Lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), melalui hasil survei nasional, merilis 10 nama calon presiden (capres) populer pilihan masyarakat. Capres Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) menempati posisi tiga besar untuk suara dukungan. Prabowo Subianto mencapai 10,6 persen, Megawati 8 persen, Aburizal 4,4 persen, Ani Yudhoyono 4,3 persen, Ketua Umum PMI M Jusuf Kalla 3,7 persen.
Selanjutnya, tingkat elektabilitas Surya Paloh memperoleh 1,4 persen, Wiranto 1,1 persen, Sultan Hamengku Buwono X mencapai 0,9 persen, Dahlan Iskan mencapai 0,9 persen, dan Hatta Rajasa mencapai 0,7 persen.
Untuk tingkat ketertarikan masyarakat terhadap pencapresan, ARB juga menempati posisi ketiga. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mendapat 68,2 persen, Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto 67 persen, dan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa 65,6 persen. Sedangkan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum hanya mendapat sebesar 29,4 persen.
Peneliti SMRC Grace Natalie di Jakarta, Minggu (8/7), memaparkan bahwa kendati populer, para tokoh yang digadang-gadang bakal melaju pada ajang perebutan kursi presiden pada 2014 itu tetap harus mendongkrak popularitasnya.
"Tidak ada tokoh yang secara spontan dipilih sebagai presiden oleh pemilih dengan jumlah yang cukup besar, misalnya di atas 20 persen, seperti dialami SBY dua tahun menjelang pemilihan presiden pada 2009. Atau, dibandingkan dengan Mega menjelang 2009," katanya.
Menurut Grace, temuan survei itu menunjukkan bahwa belum ada tokoh yang kuat secara elektoral sehingga hal ini membuka peluang bagi calon alternatif yang belum melakukan sosialisasi.Apalagi dari survei tersebut, sebanyak 60 persen responden mengatakan belum memutuskan soal calon presiden yang mereka pilih untuk memimpin Indonesia selama lima tahun mendatang.
Menurut pengamat politik Salim Said, ada pihak-pihak yang memanfaatkan watak bangsa Indonesia yang mudah melupakan sejarah sebagai "senjata" untuk memenangi Pemilu 2014, terutama dalam upaya mengganjal kompetitor politiknya melalui isu negatif.
Padahal, sejumlah nama capres yang ada kemungkinan ikut meramaikan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 juga memiliki catatan buruk dalam masa lalunya. Salah satunya kasus yang menyeret Prabowo Subianto dalam kasus penculikan pada tahun 1997.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Golkar Yorrys Raweyai mengakui, popularitas calon presiden yang diusung oleh Partai Golkar, Aburizal Bakrie (ARB), hingga dua tahun menjelang dilakukannya pemilihan presiden, masih terhitung rendah. Sadar atas hal itu, Golkar dan Ical bekerja keras untuk menyosialisasikannya keliling Indonesia.
"Sekarang ARB sedang roadshow untuk menyosialisasikan tidak hanya di internal Partai Golkar, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat, khususnya pemilih pemula yang dipastikan mencapai 65 juta pemilih pemula. Tak hanya roadshow, tapi juga didorong oleh mekanisme partai melalui instrumen-instrumen partai untuk mendukung ARB," ujarnya.
Yorrys menambahkan, popularitas ARB yang masih rendah saat ini menjadi tantangan bagi Partai Golkar untuk melakukan peningkatan. Oleh karena itu, selain melakukan sosialisasi ke masyarakat, Partai Golkar juga terus melakukan konsolidasi di internal, dalam rangka memperkuat dukungan dari internal partai.
Ia menegaskan, Golkar tetap solid mendukung ARB sebagai capres dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Hal ini sejalan dengan hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar beberapa waktu lalu yang telah mendeklarasikan pencalonan tersebut.
"Ini keputusan Rapimnas Partai Golkar yang menetapkan Aburizal menjadi capres sehingga menjadi amanah yang harus dilaksanakan. Lagi pula, keputusan itu realistis dan rasional. Kita juga telah membahasnya secara internal dan solid untuk mendukung ARB memenangi pemilu mendatang," ujarnya.
Kuncinya, menurut Yorrys, harus solid karena ini pekerjaan politik. Jadi, soliditas dengan melakukan kerja-kerja politik bersama sebagaimana meningkatkan popularitas ARB dengan berbagai macam persoalan yang merupakan tantangan bagi kita. "Saya yakin, Partai Golkar mampu mengelola perbedaan dalam kebersamaan dalam mencapai tujuan," ucapnya.
Yorrys juga menjelaskan mengenai deklarasi pencapresan ARB yang lebih awal dari calon-calon lain. Menurutnya, hal itu makin awal ditetapkan, capres bisa bekerja lebih mudah dan berfokus dalam memenangi Pemilihan Presiden 2014 nanti.
"Dengan deklarasi lebih awal, diharapkan ini bisa bersama-sama dengan calon-calon pemilu legislatif yang dicanangkan oleh Partai Golkar, sehingga bisa paralel secara simultan bekerja bersama. Sebab, jarak pemilu legislatif dan presiden sangat dekat," katanya.
Menurut Yorrys, meski ARB diterpa isu mengenai lumpur Lapindo, namun tidak menyurutkan optimisme Partai Golkar untuk memenangi pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden.
Sumber