Tokoh Papua: Kunjungan Menkopolhukam Bukan Dialog
Tokoh masyarakat Papua menilai kunjungan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Djoko Suyanto, Kapolri Jenderal (Pol) Timur Pradopo dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono ke Papua pertengahan Juni lalu bukanlah dialog.
”Itu hanyalah proses mengaburkan tuntutan rakyat Papua untuk berdialog. Dialog adalah dua pihak duduk satu meja secara setara membahas persoalan yang terjadi di masa lalu dan bersama-sama membahas masa depan,” kata Pendeta Benny Giay, Ketua Sinode Gereja Kingmi Papua, usai bertemu Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Jakarta, hari ini.
Menurut Benny, selama iniyang terjadi di lapangan masih terjadi pendekatan militeristik terhadap Papua. Dia juga prihatin politik stigma terhadap orang Papua terus dilakukan. ”Saya meminta pihak keamanan stop menstigma orang Papua sebagai separatis,” ujarnya.
Meski menghargai pidato dan pernyataan SBY tentang Papua, Benny menyesalkan hal itu masih hanya sebatas wacana. ”Kita berikan jempol untuk wacana yang bagus tapi kita berhadapan dengan realita, setiap hari ada penembakan dan tidak ada yang ditangkap dan tidak dilakukan penegakan hukum,” tutur dia.
Jika memang pemerintah ingin melakukan pendekatan kesejahteraan, kata Benny, harusnya ada tindakan dan program yang konkret dari perintah presiden kepada bawahannya.
Kejadian penembakan yang terus meningkat dalam waktu enam bulan terakhir ini membuat masyarakat menjadi tidak merasa aman dan nyaman. Selain itu dari sisi kesejahteraan pun masih banyak sekali yang belum tersentuh oleh pemerintah.
Benny melihat di komunitas gerejanya yang kebanyakan berada di pegunungan tengah dan di pesisir pantai yang jauh dari kota belum mendapatkan layanan pendidikan dan kesehatan yang memadai.
”Banyak sekolah tidak ada gurunya, Puskesmas tidak ada obat dan tidak ada petugasnya. Gizi buruk sangat tinggi dan banyak anak-anak menganggur karena tidak bisa membayar uang sekolah,” tandas Benny.