Banyaknya Dukungan di Media Sosial, Jokowi Anggap Jadi Trendsetter
Ilustrasi |
Calon Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, terus mendapatkan dukungan untuk melaju hingga putaran kedua. Dukungan datang dari berbagai kalangan, termasuk kaum muda yang aktif berinteraksi di media sosial.
Banyaknya simpul pendukung pasangan yang pada putaran pertama bernomor urut tiga ini di sosial media, Jokowi menanggapinya positif, yaitu sebagai pencetak tren. "Yang lain ngikutin tidak apa-apa, yang penting itu Jokowi trendsetter bukan follower," katanya pada awak media, Sabtu (25/8), di Jakarta.
Salah satu simpul pendukung Jokowi-Ahok ialah Jasmev. Jasmev merupakan kepanjangan dari Jokowi-Ahok Social Media Volunteer. Jokowi yang hadir dalam undangan Jasmev, sangat mengapresiasi. "Ini (media sosial) sangat penting sekali kalau di Jakarta. Semua orang pegang facebook, twitter," ucapnya.
Sedangkan, salah satu yang diharapkan dengan adanya simpul pendukung wali kota Solo ini di media sosial ialah untuk membangun persepsi. Sehingga jika ada informasi yang tidak benar, dapat diluruskan. Selain itu, tugasnya media sosial pula untuk meluruskan hal yang tidak benar, agar tidak menjadi isu yang bukan-bukan. "Ini semua relawan," tegas dia.
Ditanya mengenai apakah ini merupakan bentuk bantuan untuk media berkampanye, Jokowi mengatakan ini ditujukan untuk membangun informasi yang benar kepada masyarakat. Bentuk dukungan seperti ini juga sudah dilakukan sejak lima bulanan yang lalu dan bukan untuk meredam isu yang miring. Melainkan untuk menunjukkan kebenaran mengenai apa yang dilakukan pasangan Jokowi-Ahok ini.
Ini juga merupakan satu bentuk penguatan strategi menuju putaran kedua. Soal apakah langkah ini nantinya akan diikuti pasangan lawan, Jokowi mengaku tidak masalah.
Untuk dapat mengakses Jasmev, pendaftarannya bisa dibuka melalui www.jasmev.com. Ini terjaring dalam tiga jenis jejaring sosial lainnya, seperti Twitter, Facebook, dan kaskus.
Sedangkan, ada berapa banyak simpul Jokowi dan Basuki yang ada di media sosial, Jokowi menjawab, "Simpul kita tidak satu. Bukan hanya puluhan tapi ratusan."
Editor: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Republika