Foke Gubernur Paling Korup Se Indonesia
Foke | Facebook |
Dari judul ini kita sudah melihat bahwa baik Foke menang ataupun kalah putaran 2 tetap berakibat pada dirinya. Tidak percaya? Mari kita buktikan.
Masyarakat Jakarta sangat mengenal Foke, dia adalah gubernur paling GAGAL yang pernah memimpin Jakarta hingga saat ini. Bahkan presiden pun sampai angkat bicara dan mengatakan kinerja Foke adalah pepesan kosong. Semua janji yang dia buat tahun 2007 bahkan tidak ada yang terealisasi.
Tapi bagaimanapun juga masih ada prestasi Foke yang paling fenomenal, yaitu mengubah BANJIR menjadi GENANGAN AIR dan mengubah MACET menjadi PADAT MERAYAP. Istilah itulah yang menyebabkan masyarakat Jakarta ingin sekali “nabok” gubernurnya tapi tidak bisa karena pengawalnya banyak.
Foke adalah satu-satunya gubernur yang selalu ketakutan bertemu wartawan dan selalu marah-marah jika ditanya kapan jakarta bebas macet dan banjir. Wartawan yang jadi bulan-bulanan Foke pun mengaku kalau Foke waktu diwawancarai terkesan arogan, sombong, kasar, dan suka menyalahkan orang lain. Tentu para wartawan pun muak dengan sikap Foke yang seperti itu.
Apalagi waktu kemarin Foke ditanya wartawan mengapa Foke tidak datang ke balaikota sehari pasca pemilukada, Foke malah menjawab, “MATA ANDA KE MANA???”.
Sikap temperamental memang bukan barang baru buat Foke. Menurut catatan merdeka.com, Bang Kumis paling sensitif jika ditanya soal banjir yang melanda Jakarta.
“Ngurusin Jakarta itu bukan kayak bikin kerak telor, gak bisa instan. Ada tahap-tahapannya, dan sekarang kita sedang melakukan itu,” kata Foke dengan nada tinggi di Balaikota, Jakarta, 8 Oktober 2010.
Tidak hanya itu, saat ditanya soal prediksi Walhi bahwa Jakarta akan ambrol 20 tahun mendatang karena permukaan laut yang terus naik, nada bicara Foke tak kalah tingginya.
“Bagus, buru-buru lu pindah dari Jakarta, gue girang juga,” kata Foke kepada wartawan, usai apel peringatan 65 tahun Rapat Raksasa Ikada di Monas, Jakarta, 20 September 2010.
Pantaskah gubernur berkata seperti itu? Tidak heran jika hampir seluruh wartawan di Jakarta tidak suka dengan Foke, berbanding terbalik dengan Jokowi yang selalu ramah dan bersikap ‘friendly’ dengan wartawan dan menyebabkan dia jadi “media darling”.
Setelah wartawan, mari kita melihat PNS DKI. Kebanyakan PNS di seluruh Indonesia pasti ingin jika incumbent (gubernur/walikota) bisa terpilih lagi. Berbeda dengan PNS Jakarta, mereka ingin Foke cepat-cepat jadi MANTAN gubernur.
PNS DKI melihat sifat Foke dengan mata kepala sendiri bahwa ternyata Foke itu punya jiwa yang tidak stabil, arogan, suka meremehkan orang lain, pemarah, sombong, sok kuasa, otoriter dan korup. Banyak PNS DKI yang ingin menimpuk kepala Foke dari belakang, tapi takut dipecat dan dipenjarakan. Oleh sebab itu para PNS bungkam dan memilih sabar menghadapi Foke, sifat Foke tersebut sudah menjadi rahasia umum sesama PNS bahkan seluruh Jakarta.
Coba bayangkan, waktu survei kemarin hampir seluruh PNS DKI menolak Foke jadi gubernur lagi, kecuali PNS guru sebab para guru belum melihat kelakuan sebenarnya Foke. Kalau sudah melihat pasti langsung muntah darah.
Anda bayangkan saja, APBD DKI itu puluhan triliun per tahun. Tahun depan 40 Triliun. Sebagian besar habis untuk gaji dan belanja PNS. Lihat saja, mana ada PNS DKI yang susah. Gaji mereka minimal 5 juta/bulan. Gaji PNS guru 7.8 juta/bulan, belum objekan kiri kanan. Tapi para PNS (kecuali PNS guru) tetap muak dengan sifat Foke.
Foke tidak akan menang di pilkada putaran 2 sebab masyarakat Jakarta trauma dipimpin gubernur seperti Foke. Seolah-olah DKI tidak punya gubernur selama 5 tahun sebab Foke tidak punya prestasi apa-apa.
Jika Foke menang di pilkada putaran 2, hampir seluruh masyarakat Jakarta akan mencurigai jika Foke telah menggunakan politik uang, membeli partai, menggunakan DPT ganda, membayar anu, membayar itu, suap KPUD, pilkada tidak jujur, dsb. Karena bagi Foke cara haram pun akan dilakukan demi memperoleh kekuasaan.
Nah kemungkinan terburuknya adalah Foke bisa diseret massa ke jalan atas dugaan penyelewengan pilkada DKI, persis seperti Alm Khadaffi. Yang pasti Foke akan tambah dibully oleh para wartawan dan masyarakat Jakarta. Bagi warga Jakarta, memilih Foke berarti mengulang kembali 5 tahun masa-masa mengenaskan hidup di Jakarta.
Sebaliknya jika Foke kalah pada putaran 2 maka nyawanya akan terselamatkan dari pembantaian warga Jakarta. Tapi seluruh akhir hayat Foke akan dihabiskan di sel penjara KPK atas kasus korupsi yang membelitnya, seperti Mantan Presiden Husni Mubarak.
Foke sudah dilaporkan wakilnya sendiri Prijanto atas 10 kasus dugaan korupsi yang merugikan negara, selain itu ICW dan LBH juga mencurigai adanya penyelewengan dana hibah anggaran DKI sebesar 1,3 triliun untuk pemenangan dirinya pada pilgub DKI.
Harta Foke melonjak Rp 13 milyar hanya dalam 2 tahun, tapi tidak bisa menjelaskan perolehan hartanya dari mana. APBD 140 triliun untuk rakyat tapi rakyat tidak pernah merasakan manfaatnya, APBD triliunan malah jadi bancakan korupsi gubernur dan birokratnya. Foke akan menjelaskan itu semua pada KPK setelah dirinya tidak lagi berkuasa.
Sekarang mana yang akan dipilih Foke?
Menang putaran 2, tapi jadi bulan-bulanan masyarakat dan media
ATAU
Kalah dan hidup tenang di penjara KPK, menghabiskan masa tuanya sampai akhir hayat
Hanya Foke yang tahu..
Redaktur: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Sukabaca.com