Jangan Coblos yang Kasih Uang!
Ilustrasi Politik Uang/Republika.co.id |
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman mengajak warga DKI Jakarta untuk menerima uang tetapi tidak memilih calon gubernur dan wakil gubernur yang memberikan uang tersebut baik secara langsung maupun melalui tim sukses.
"Ambil uangnya, jangan pilih orangnya supaya mereka kapok, tidak main politik uang lagi," kata Hayono di Jakarta, Selasa (21/8).
Menurut Hayono, pengawas Pilkada DKI Jakarta harus melakukan pengawasan ketat pada putaran kedua yang akan berlangsung 20 September 2012. Ia tidak ingin terjadi kecurangan.
"Dari KPUD harus ada pengawasan dan masyarakat juga harus melaporkan. Jangan sampai terjadi kecurangan di TPS (Tempat Pemungutan Suara)," ujarnya.
Sebagai latar, Partai Demokrat adalah salah satu pendukung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara). Partai pendukung Foke-Nara lainnya antara lain Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera.
Tim Foke-Nara telah mendeklarasikan pembentukan Satuan Tugas Anti Politik Uang. Klaim kubu Foke-Nara, 30 ribu orang bergabung dalam Satgas itu.
Sementara itu, Indonesia Corruption Watch (ICW) pernah melansir temuan 27 praktek politik uang Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung 24 Juni hingga 5 Juli 2012.
Beberapa fakta dan modus yang ditemukan oleh ICW waktu itu antara lain pembagian uang oleh tim pemenangan Alex Noerdin-Nono Sampono pada 30 Juni 2012 di Posko Pemenangan Alex-Nono Cikini. Dibagikan duit Rp250 ribu per relawan.
Praktik politik uang dengan modus pembagian paket umrah oleh tim pemenangan Foke-Nara ditemukan di Klender, Jakarta Timur pada 29 Juni 2012. Tujuh warga diberikan doorprize berupa paket umrah gratis.
ICW juga mencatat pelanggaran yang dilakukan cagub incumbent melalui politisasi birokrasi. Melalui penyalahgunaan fasilitas negara dan mendompleng iklan pemerintah daerah di baliho, televisi, dan videotron. Pada 3 Juli 2012, Foke mengkonsolidasikan dan menggerakkan ribuan guru secara lisan untuk mencoblosnya.
Editor: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Gresnews