Koalisi Besar Foke Hanya Pepesan Kosong
Husin Yazid | Tribunnews |
Pilkada DKI adalah pertarungan figur. Peran partai tak terlalu signifikan dalam pemenangan Pilkada.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), Husin Yazid, mengatakan, koalisi besar yang digalang Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, hanya dukungan pepesan kosong.
Pilkada DKI adalah pertarungan figur. Peran partai tak terlalu signifikan dalam pemenangan Pilkada.
Husin mengatakan itu di Jakarta, kemarin. Pilkada Jakarta, kata dia, menarik dicermati. Di putaran pertama, pertarungan terbagi dalam dua arus besar.
Pertama, kekuatan soft power bersaing dengan kekuatan hard power. Kekuatan soft power diwakili oleh Joko Widodo atau Jokowi, Hidayat Nurwahid dan Faisal Basri yang mengedepankan gagasan dan konsep.
Sementara kekuatan hard power direpresentasikan oleh Alex Noerdin, Fauzi Bowo dan Hendardji, yang katanya mengandalkan kekuatan finansial. Sejarah Pilkada mencatatkan, Jokowi, dan Fauzi atau Foke yang lolos ke putaran dua.
Menjelang putaran dua, Puskaptis melakukan survei untuk membaca peta persaingan. Survei dilakukan pada 9 Agustus. Dan ada beberapa hal yang menarik dalam hasil survei Puskaptis itu.
Ia pun sedikit membocorkan beberapa dari hasil survei terbaru Puskaptis yang rencananya bakal dipublikasikan setelah lebaran nanti. Hasil survei yang pertama, saat ditanyakan pada pemilih Golkar dan PPP, mereka ternyata pilihannya begitu cair. Itu pula yang berhasil Puskaptis rekam saat putaran pertama dilangsungkan. Tak heran, bila Alex Noerdin jeblok.
Tapi, fakta itu menjelaskan, bahwa pemilih punya arah politik sendiri, tak mudah disetir elit partainya. Boleh saja, elit partai memutuskan dukungannya pada calon tertentu, tapi belum tentu itu diamini oleh konstituennya.
" Hati-hati ini, bagi para tim sukses. Sekarang pertarungan figur," kata Husin dalam pernyataannya kepada Tribun, Jumat (17/8/2012).
Hasil survei mencatatkan, hanya 25 persen konstituen partai yang bakal manut memilih sesuai pilihan atau anjuran elit partainya. Sisanya 75 persenan bakal memilih sesuai hati nurani.
Fakta bahwa hanya 25 persen konstituen partai bakal mengamini anjuran elit partai, hanya mengisyaratkan koalisi besar yang berhasil dihimpun pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, bisa jadi hanya pepesan kosong. Besar di elit, tapi tak menetes ke bawah.
" Bisa jadi koalisi besar itu hanya pepesan kosong," kata Husin.
Seperti diketahui, menjelang putaran dua, Fauzi Bowo-Nachrowi berhasil mendapatkan dukungan baru dari PPP, Golkar dan PKS. Tapi kata Husin, darah segar dukungan politik dari ketiga partai pendukung Foke, mungkin bisa sedikit diharapkan dari PKS.
Meski demikian, saat di survei, banyak konstituen PKS yang menyatakan dengan kekalahan Hidayat-Didik Rachbini, perjuangan sudah selesai. Dan mereka banyak yang berpikir untuk golput. " Pemilih Faisal Basri sendiri sepertinya akan beralih ke Jokowi," ujarnya.
Terkait kampanye dengan isu SARA, survei Puskaptis juga mencatatkan, bahwa kurang dari 10 persen yang terpengaruh oleh isu SARA. Selebihnya sekitar 90 persenan, tak terpengaruh dengan isu SARA, tapi tetap memilih sesuai kata hati, dengan melihat figur calon. Tapi isu SARA sendiri menandai di putaran dua, terjadi pertarungan ideologis.
" Putaran dua juga adalah pertarungan antara figur populis melawan figur elitis. Jokowi yang informal, non birokrasi melawan Foke yang prosedurel, formal dan birokratis," ujarnya.
Sekali lagi, Husin mengingatkan agar kedua tim sukses hati-hati mendekati pemilih. Bila tidak, dukungan yang didapatkan bisa jadi hanya pepesan kosong.
Redaktur: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Tribunnews