Pakar: Citra PKS Sebagai Partai 'Bersih' Mulai Luntur
Ilustrasi |
PKS sudah tidak berbeda dengan partai lainnya. Yang membedakan hanya organisasinya saja yang lebih baik karena PKS merupakan partai kader sedangkan yang lain lebih kepada partai massa.
Pakar politik Priyatno Harsasto mengatakan, isu tentang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menerima "mahar politik" sebesar Rp 20 miliar untuk dukungan kepada Fauzi Bowo dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 merupakan sebuah hal yang wajar.
"Dari awal, lembaga survei sudah memperkirakan PKS akan mendukung Fauzi Bowo. Fauzi Bowo yang sedang dalam keadaan tertekan juga wajar bila melakukan segala cara," kata Priyanto Harsasto saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Dosen Universitas Diponegoro, Semarang itu mengatakan saat ini tidak aneh bila di dunia politik yang sangat transaksional terdapat "komitmen" yang dinilai saling menguntungkan. Di satu sisi, seorang calon memerlukan dukungan, di sisi lain partai politik memerlukan biaya yang cukup besar.
Justru, menurut dia, merupakan hal yang aneh bila masih ada politisi atau partai yang bersih dan jauh dari politik transaksional. Semua partai di Indonesia sudah menerapkan politik transaksional.
"Politik bersih yang bebas dari transaksional bukan menjadi 'mainstream' politik saat ini. Hampir semua politisi dan partai melakukan politik transaksional," katanya.
Priyatno mengatakan saat ini citra PKS sebagai partai yang bersih sudah mulai luntur. Bila Partai Keadilan (PK) yang merupakan embrio PKS saat itu dinilai masih bersih dan bisa memberikan harapan, hal itu wajar karena masih baru muncul.
Apalagi, sejumlah politisi PKS pun ternyata diduga terlibat dengan sejumlah kasus korupsi. Hal itu, kata dia, semakin melunturkan citra PKS sebagai partai yang bersih.
"PKS sudah tidak berbeda dengan partai lainnya. Yang membedakan hanya organisasinya saja yang lebih baik karena PKS merupakan partai kader sedangkan yang lain lebih kepada partai massa," katanya.
Editor: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Republika