Pilgub DKI Pertarungan Figur, Koalisi Besar Bukan Jaminan
Ilustrasi |
Menghadapi putaran kedua Pilgub DKI, Fauzi Bowo (Foke) panen dukungan dari banyak parpol besar. Namun Pilgub DKI adalah pertarungan figur, bukan sekedar pertarungan mesin partai.
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid memandang Pilgub DKI adalah pertarungan figur. Peran partai tidak terlalu dominan dalam pemenangan Pilgub DKI. Karenanya meskipun didukung koalisi besar, tak serta-merta menjamin kemenangan Foke atas Joko Widodo (Jokowi) dalam babak kedua Pilgub DKI usai lebaran nanti.
Menjelang putaran dua, Puskaptis telah melakukan survei untuk membaca peta persaingan. Ada beberapa hal yang menarik dalam hasil survei yang baru akan dirilis setelah lebaran tersebut. Saat ditanyakan pada pemilih Golkar dan PPP, ternyata pilihannya masih begitu cair. Hal tersebut menunjukkan pemilih punya arah politik sendiri, tak mudah disetir elit partainya.
"Hati-hati bagi para tim sukses. Sekarang pertarungan figur," ingat Husin, melalui siaran pers, Sabtu (18/8/2012).
Hasil survei tersebut menunjukkan hanya 25 persen konstituen partai yang mengikuti pilihan atau anjuran elit partainya. Sementara 75 persen pemilih akan memilih sesuai hati nuraninya.
"Bisa jadi koalisi besar itu hanya pepesan kosong," kata Husin.
Seperti diketahui menjelang putaran dua Pilgub DKI, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli berhasil mendapatkan dukungan baru dari PPP, Golkar dan PKS. Namun konstituen PKS diyakini tidak patuh terhadap sikap partainya, terbukti dengan kekalahan Hidayat Nurwahid di putaran pertama Pilgub DKI.
"Belum lagi pemilih Faisal Basri yang sangat mungkin beralih ke Jokowi," ujarnya.
Selain melakukan survei terhadap kecenderungan pemilih, dilakukan juga survei menyangkut kampanye SARA yang digulirkan belakangan ini. Ternyata hanya 10 persen pemilih yang terpengaruh dengan isu SARA.
"Putaran dua Pilgub DKI juga adalah pertarungan antara figur populis melawan figur elitis. Jokowi yang informal, non birokrasi melawan Foke yang prosedural, formal dan birokratis," tegasnya.
Editor: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Detik