Walau PKS Gabung, Jokowi Masih Perkasa untuk Foke
Jokowi | Facebook |
Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti melihat ada dua alasan menganalisa efektifitas koalisi partai-partai politik yang dibangun dalam Pilkada DKI Jakarta kali ini. Khusus putaran kedua Ray melihat Foke masih sulit menaklukkan Jokowi.
Lalu bagaimana setelah PKS bergabung dengan koalisi yang lebih dulu terbentuk antara Demokrat, PPP, Golkar, dan PAN. Apakah pasangan Foke-Nara bakal memenangkan Pilgub DKI?
Menurut Ray, pertama koalisi besar itu baru dapat mengumpulkan suara sekitar 48-50%, hasil dari koalisi PKS dan PAN menyumbang 12%, koalisi PPP dan Golkar sekitar 4% dan suara Foke 32%. Jadi totalnya suara masih kisaran 48%. Kedua, Ray melihat peta pemilih di Jakarta adalah pemilih liberal dan rasional.
"Terlihat mereka tidak terlalu tergantung pada arahan partai. Terbukti koalisi PAN dan Golkar malah hanya mendapat suara di bawah figur independen. Parpol bukan gerbong utama yang dapat menarik minat pemilih ke TPS bahkan minat pemilih untuk menentukan calon mereka," ujar Ray saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (11/8).
Dengan analisa sederhana ini, Ray Rangkuti menegaskan, terlihat Foke belum juga dapat menjaring suara mayoritas dalam Pilgub nanti, yakni pada putaran kedua.
Ray melanjutkan, terpenting adalah figur itu menarik publik dan dapat memberi harapan bagi pemilih agar Jakarta dapat lebih manusiawi.
"Oleh karena itu, koalisi besar itu tidak jaminan bagi Foke untuk mudah menaklukkan Jokowi di putaran kedua," katanya.
Menurutnya, Jokowi sendiri telah mengantungi suara sebanyak 42%. Jika suara independen dapat diraihnya, setidaknya ia telah dapat mengumpulkan suara yang sama dengan Foke.
"Dan saya melihat kecenderungan itu, pemilih yang memilih kandidat independen akan lebih memilih Jokowi di putaran kedua," tandasnya.
Redaktur: Yudi Dwi Ardian
Sumber: Merdeka