Andy K Natanael, Si Pemasar Properti Super Cepat!
Andy K. Natanael terbilang tokoh kunci di balik layar kesuksesan pemasaran produk-produk properti di PT Modernland Realty Tbk. Saatini Andy memegang posisi Chief Marketing Officer di PT Modernland Realty Tbk. |
Property itu ada titik jenuhnya, harga itu ada jenuhnya. Jika di satu titik harganya sudah jenuh, tidak mungkin bisa naik lagi.
[Andy K Natanael]
Merangkak dari seorang salesproduk properti, Andy K. Natanael kini terbilang tokoh kunci di balik layar kesuksesan pemasaran produk-produk properti di PT Modernland Realty Tbk. Memegang posisi Chief Marketing Officer di PT Modernland Realty Tbk, kepiawaiannya menjual produk properti tidak diragukan lagi; laku super cepat!
“Saya mulai dari seorang sales, berpindah ke sana kemari, dan bidang saya tetap di properti selama 21 tahun ini. Saya konsisten, tidak pernah pindah bidang bisnis, saya tidak pindah industri, saya tetap di properti. Dari seorang sales, sampai selesai kuliah, lalu menjadi manajer sales, saya tekuni dengan sedikit kenekatan. Puji Tuhan, saya bisa seperti ini sekarang,” kata pria kelahiran Lampung yang kini menginjak usia 41 tahun itu kepada Kompas.com, Senin (17/9/2012).
Di kawasan Serpong dan Tangerang, Banten, nama Andy memang populer, terutama di kalangan pengembang properti. Ayah dua anak ini dikenal kepiawaiannya memasarkan properti dalam waktu sangat singkat, yang bahkan dalam waktu sehari pun sebuah produk properti berhasil dipasarkannya.
Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Tarumanagara, Jakarta, ini menuturkan, awal menggeluti dunia pemasaran properti dilakoni sejak 1991, tepatnya di kawasan Serpong. Karirnya mencelat ketika mulai bergabung di PT Summarecon Serpong dan PT Paramount Serpong. Pria yang bercita-cita menjadi arsitek ini juga pernah mencicipi bekerja di grup Sinar Mas.
“Summarecon dan Paramount itu kan berseberangan. Waktu itu, bisa dibilang, penjualan Paramount jauh dibandingkan dengan Summarecon,” kata Andy, memulai kisahnya.
Ia menuturkan, dirinya berusaha menciptakan trust ke manajemen Paramount, bahwa perusahaan tersebut bisa dipercaya konsumen. Dia berusaha meyakinkan hal itu, karena menurutnya Paramount adalah satu-satunya perusahaan properti yang tidak punya hutang.
“Waktu itu saya launching sisa pasar moderen Paramount yang masih tersisa 100 unit. Itu sisa unit yang tidak habis saat masih dipegang sama agensi sebelumnya. Di tangan saya, semua ludes terjual,” kisah Andy.
Pada saat membangun klaster Oliester, Andy pun dihadapkan pada tantangan. Lokasi perumahan tersebut berada di pinggir kampung. Intinya, dari sisi lokasi sangat buruk dan tidak menjual.
“Cuma dengan keyakinan saya bilang, ayo kita bangun. Jadi, bukan hanya sisi pemasarannya, tapi juga produknya kita kembangkan. Kita bikin produknya seperti apa. Dan ternyata, waktu kita launchingmenuai kesuksesan. Bayangkan, hanya dalam satu hari habis terjual,” paparnya.
Ia mengaku, dirinya berhasil meningkatkan penjualan Paramount sekitar enam atau tujuh kali lipat. Berdasarkan catatannya, keberhasilan penjualannya dalam setahun saat itu, mencapai Rp 1,2 triliun.
“Saat saya sudah masuk ke Paramount, dari Modern sudah diminta untuk bergabung. Dan memang, saya merasa lebih comfort secara chemistry dengan kolega di Modernland. Setahun persis dari Paramount, saya pindah ke Modernland,” kisahnya.
Stres dan trust
Percaya diri didukung kerja sangat fokus dan keuletan tinggi adalah kunci sukses Andy di dunia pemasaran properti. Tak heran, tiap kali menjelang peluncuran sebuah produk properti, ia mengaku kerap stres lantaran tak sabar ingin memasarkan produk propertinya.
"Produk yang saya jual kenapa selalu berhasil laku dengan cepat, karena setiap pekerjaan saya pikirkan dengan detail agar hasilnya maksimal. Saya bukan lulusan arsitek, tapi setiap ada arsitek datang, selalu saya jelaskan kepada mereka, bahwa cobalah kita pakai hati mengerjakannya," ujar Andy.
“Contohnya, soal desain rumah-rumah yang akan kami pasarkan itu, saya langsung mengotak-atiknya sendiri. Saya selalu memposisikan diri sebagai yang punya rumah, yang ingin beli rumah, harus begitu,” kata pehobi golf ini.
Terbukti, tutur Andy, setelah “dipinang” oleh PT Modernland Realty Tbk pada Agustus 2010, kiprah dan kerja kerasnya terus menorehkan prestasi. Beberapa cluster yang dipasarkan Modernland habis terjual dalam waktu sehari.
Mau bukti? Klaster Havana di perumahan Kota Modem, Tangerang, misalnya. Sebanyak 119 unit rumah seharga mulai Rp 370 juta sampai Rp 700 juta ludes terjual dalam waktu sehari. Sementara produk Modern Town Market terjual 90% dalam waktu sehari, serta The Golf Residence dan Grand Golf terjual 85% dalam waktu sehari.
“Kita harus jeli melihat kebutuhan konsumen. Itu saya masukkan plan semuanya. Kita harus bisa lihat, jika lahan tidak pantas dibikin rumah karena ukurannya menjadi kecil, kita pikirkan cara lain. Ya, sudah kita jual kavling saja, misanya. Jangan dipaksakan dibuat rumah, hasilnya nanti jadi aneh. Atau, rumahnya dibuat miring sesuai tanahnya, padahal itu kan tidak sesuai dengan kebutuhannya,” kata Andy.
Selain itu, ia mengaku, membuat produk properti cepat laku terjual memang sangat mengandalkan jaringan yang dimilikinya. Selain itu, ia memasarkan produk sesuai keinginan pasar. Misalnya, sebuah rumah memiliki carport yang mampu menampung 2 buah mobil sekaligus berikut kamar tidur pembantu.
"Buat apa pembeli harus mengubah rumah, teras misalnya, untuk tambahan membuat carport, itu tidak perlu. Beli dan tinggal dihuni, sehingga tidak perlu mengeluarkan lagi waktu, tenaga, dan biaya sia-sia. Itu sudah kita pikirkan," ucap Andy.
Selain itu, ia juga mengaku perlu stategi memasarkan rumah dengan harga terjangkau. Rumah denganview golf misalnya, yang biasanya dijual dengan banderol miliaran. Andy justeru memasarkannya dengan harga ratusan juta saja dengan cara memperkecil ukurannya.
"Dalam menciptakan suatu produk, saya selalu kembali lagi pada kebutuhan. Dari situ membuat harga pun bisa kita pertimbangkan. Ingat, properti itu ada titik jenuhnya, harga itu ada jenuhnya. Jika di satu titik harganya sudah jenuh, tidak mungkin bisa naik lagi," kata Andy.
Optimistis
Pada 2011 lalu, Modernland berhasil meraih angka penjualan gemilang. Jika pada 2010 meraih nilai penjualan sebesar Rp 250 miliar, pada semester I tahun 2011 lalu nilai penjualan yang diraih bahkan telah mencapai Rp 460 miliar.
Tahun ini, pada kuartal I lalu, Modernland telah membukukan penjualan sebesar Rp 306,26 miliar, atau melompat 124% dari periode yang sama tahun lalu. Penjualan terbesar disumbangkan oleh kawasan residensial Kota Modern, Tangerang, sebesar 60%.
Andy menuturkan, untuk semakin menaikkan angka penjualan, tahun ini Modernland akan terus menggeber sederet proyek properti di wilayah Tangerang. Modernland bahkan sudah berencana meluncurkan klaster hunian dan ruko di Kota Modern dan Modernhill, Tangerang.
Klaster tersebut akan terdiri dari 150 unit rumah, yang masing-masing terdiri dari dua lantai. Satu unit rumah itu bakal dijual seharga mulai Rp 1 miliar per unit. Sedangkan untuk ruko di Kota Modern akan dibuat dengan konsep tematik, sehingga membutuhkan lahan lebih luas dibanding proyek klaster.
"Tahun ini kita meluncurkan klaster La Coletta, itu habis tidak sampai satu hari. Kemudian, kita akan meluncurkan ruko 22 kompleks, Ruko Costarica," jelas Andy.
Andy mengatakan, sejak tahun lalu harga ruko yang ditawarkannya ini memang naik hingga 100% lebih. Saat ini saja, harga satu unit ruko tersebut sudah mencapai Rp 2,5 miliar. Padahal, harga tahun lalu masih Rp 1 miliar.
Seperti halnya di Kota Modern, pihaknya juga akan membangun satu klaster dan proyek ruko di Modernhill, Pondok Cabe. Untuk menggarap hunian bertajuk The Palm Residence ini Modernland mengucurkan investasi Rp 46 miliar.
Andy mengaku optimistis, akhir tahun ini, klaster tersebut sudah terjual habis. Tingginya daya jual, kata Andy, karena Modernhill berada di lokasi strategis, yaitu dekat dengan Lapangan Terbang Pondok Cabe dan berbagai pusat kegiatan, mulai sekolah sampai supermarket.
Adapun saat ini Modernland memiliki lahan seluas 60 hektare di Modernhill. Dari jumlah tersebut, Modernland baru mengembangkan seluas 30 hektare. Sedangkan, total lahan yang dimiliki perusahaan di Kota Modern mencapai 470 ha, dan lahan tersisa masih sekitar 40-50 hektare. Ekspansi Modernland pun semakin luas. Tahun ini saja, Modernland telah mengakuisisi Hotel Novotel di Green Central City, Jakarta Barat, serta kawasan industri di Cikande, Tangerang, seluas 1.000 ha.
"Cukup bagus mengekspansi beberapa bisnis dan mengembangkan bisnis. Kalau stuck, tidak beli tanah, cuma diam saja, kita sebagai pebisnis perlu curiga, kita ini mau jadi pengembang atau tidak," kata Andy sembari terbahak.
Dengan sederet proyek yang direncanakan, ia optimistis, Modernland bisa meraih penjualan sebesar Rp 1 triliun. Target tersebut melonjak hampir 300% dibandingkan realisasi penjualan tahun lalu.
"Secara accounting sales kita ditargetkan Rp 1 trilliun yang harus kami laporkan ke publik, dan kami yakin bisa mencapainya," ujar Andy.
"Sampai tahun ini kami masih optimistis mengembangkan kawasan Tangerang. Tangerang ini sangat potensial, dekat dengan Jakarta dan pemerintah kotanya mendukung kita sebagai pengembang. Infrastrukturnya juga didukung. Sekali lagi, saya optimistis," pungkasnya.
Sumber: Kompas
Editor: Tasir Helmi