Kampanye Pencitraan Parpol Munculkan Korupsi
ilustrasi |
"Pencitraan itu biayanya mahal, karena harus membayar iklan di media cetak, elektronik, sampai televisi."
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit mengatakan, kompetisi tidak sehat partai politik (parpol) merupakan cikal bakal korupsi di Indonesia.
"Ini menyangkut kompetisi politik yang tidak jujur," ujar Arbi saat dialog Polemik bertajuk 'Korupsi karena Kursi', di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (6/10/2012).
Arbi menjelaskan, kompetisi yang tidak sehat lahir dari banyaknya parpol yang bermunculan di Indonesia.
Untuk melakukan kampanye yang jitu, tuturnya, biasanya mereka mengumandangkan pencitraan di tengah publik demi persaingan merebut hati publik.
"Pencitraan itu biayanya mahal, karena harus membayar iklan di media cetak, elektronik, sampai televisi," ucap Arbi.
Metode kampanye pencitraan itulah yang diyakini Arbi memunculkan praktik korupsi, untuk menutup biaya yang besar yang telah dikeluarkan parpol.
Di sisi lain, jelas Arbi, melakukan kampanye pencitraan tidak ada salahnya. Yang menjadi masalah, pencitraan hanya untuk menutupi keburukan calon yang diusung parpol.
"Pencitraan boleh aja, tapi secukupnya. Seharusnya kompetisi itu didasarkan pada track record. Itu yang harus dijual ke masyarakat, bukan visi saja. Yang penting itu kan apa yang sudah dikerjakan," kata Arbi.
Arbi mengimbau kepada para pemangku kebijakan, agar melakukan perubahan yang sistemik. Jika tidak, maka perilaku korupsi ini tidak akan pernah bisa diselesaikan.
Sumber: Tribunnews
Editor: Gurun Ismalia