The Leadership Secrets of Jokowi: Yen Ikhlas Ora Bakal SMS Aku
Jokowi @2012 Time.com |
Singkat cerita pak Jokowi mengutus ajudan untuk crosscheck kebenarannya dan setelah dicheck kejadian itu memang betul adanya. Lalu pada hari itu pak Jokowi mengajak ajudan bertandang ke kantor yang dimaksud. Sampai dikantor yang dituju pimpinan beserta staf tergopoh gopoh menyambut kehadiran pak Wali Kota sambil menayakan maksud kehadiran beliau.
Lalu pak Jokowi kumpulkan beberapa pegawai yang sedang tidak sibuk sambil menanyakan apakah benar tadi ada pak Y yang beralamat di Kelurahan X datang ke kantor ini dan minta dibuatkan surat keterangan. Lalu pimpinan kantor tersebut menyuruh staf untuk meneliti buku agenda legalisasi surat keluar dan didapati memang benar ada. Pimpinan kantor makin penasaran dan kembali melanjutkan pertanyaannya.
"Ada apa pak, apa ada yang salah pak?
Dengan gaya khasnya kalm dan innocen pak Jokowi menjawab,
Hmmm tidak salah, ora ana sing salah, kabeh apik kok, mung aku meh njaluk tulung mau ndak ?
Mau... mau pak jawab mereka hampir serempak.
"Begini pak pimpinan kantor, sampeyan saya beri uang Rp 25 000,- ini sampeyan terima ujar pak Jokowi sambil memberikan uang Rp 25 000,- trus, uang 25rb yang tadi diminta dari bapak Y dari kelurahan X harus sampeyan kembalikan sekarang juga, tak tunggu !
Ooo... anu pak, tidak pak, itu salah paham pak, ini begini pak, coba saya tanyakan dulu ke bagian pelayanan.
Pimpinan kantor itu meminta staf bagian pelayanan menjelaskan kronologi peristiwa ke pak Jokowi.
"Iya pak tadi memang ada pak Y dari Kelurahan X datang meminta surat keterangan, karena sudah selesai maka pak Y ninggali uang Rp 25 000,- tapi dia ikhlas kok pak, betul pak kami tidak meminta."
Lalu pak Jokowi menjawab: "Ikhlas tidak ikhlas, itu tidak boleh, kalau pelayanan gratis ya gratis tis tis tis, titik.
"Tur yo mokal, yen ikhlas ki mestine ora sms aku."
"Wis ngene... pak pimpinan kantor sampeyan ngajak staf pelayanan mendatangi rumah bapak Y di kelurahan X untuk mengembalikan uang yang 25rb itu terus uang yang dari saya sampeyan pek arep nggo jajan apa nggo tuku rokok, terseraaah."
"Sekarang berangkat, tak tunggu. Saya tidak akan kembali ke Balai Kota sebelum mendengar laporan sampeyan. "
Maka berangkatlah berdua, pimpinan kantor beserta stafnya menuju ke alamat yang dimaksud untuk mengembalikan uang 25rb, sekitar 30 menit kemudian mereka berdua sudah kembali dan menghadap pak Jokowi sambil melapor bahwa tugas sudah dilaksanakan.
"Sudah pak, sampun pak, sampun pinanggih pak Y dan uangnya sudah saya kembalikan."
"Ya sudah jawab pak Jokowi, terimakasih dan ini harap diingat untuk semua pegawai di sini, jangan memungut uang yang tidak sesuai dengan peraturan, kasihan masyarakat. Mungkin bagi kita uang itu tidak terlalu besar, tapi lihatlah pekerjaan mereka, ada tukang becak, tukang ojek, buruh pasar, buruh toko, berapa rupiah yang mereka hasilkan dari kerja keras mereka selama sehari, tidak banyak, betul tidak banyak, tidak cukup untuk membeayai hidup mereka dan keluarga selama sehari, lah kok tega teganya sampeyan meminta uang dari mereka padahal kita sudah digaji cukup, kasihan pak, kasihan masyarakat."
"Dah pak kepala kantor, saya minta ini yang terakhir dan jangan diulangi lagi ya, ingat kita ini abdi negara, pelayan masyarakat dan gajih kita sudah lunas dibayar tiap bulan."
Lalu pak Jokowipun pamit meninggalkan kantor itu dengan meninggalkan kegemparan yang sangat mengesankan bagi semua pegawai di kantor itu. Beraneka ragam kesan yang muncul sepeninggal pak Jokowi.
"Edaan isin tenan aku, sumpah aku pilih bayar satu juta tinimbang kisinan," ujar karyawan staf bagian pelayanan.
Lalu dengan agak geram bercampur kesal dan malu pimpinan kantor itu berucap, duwite ra sepiroa ning malunya sampai tujuh turunan, wis mulai sekarang bekerja harus hati-hati, nyambut gawe kudu ngati-ati ben aja diwirang-wirangke maneh." (bekerja harus hati-hati agar tidak dipermalukan lagi)
Hahaha... ya syukur, emang sekali-sekali harus dipermalukan di hadapan rakyat.
Sejak saat itu hingga sekarang sudah tidak terdengar lagi cerita tentang pungutan liar dari kantor itu, entah setelah sepeninggal pak Jokowi :)
Penulis: Pardi Yoko
PNS di Kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah.